Mom captured it while on holiday at the beach. both of them were very young
**
Terlahir sebagai anak tunggal tidak membuat Lucas menjadi manja dan ketergantungan dengan orang tuanya. Sebab, sejak kecil ia selalu hidup dengan adik sepupunya.
Lucas punya tiga adik kembar yang selisih tiga tahun dengannya.
Mereka berempat hidup berdampingan dengan senormalnya anak kecil. Tak jarang mereka berantem dan menangis.Kemudian, Lucas berpisah dengan sibungsu. Kata mama, adek Raga sudah punya keluarga baru dan akan hidup bahagia dengan keluarga barunya. Pada saat itu Lucas belum terlalu mengerti apa arti dari ucapan mama.
Yang ia tau, Raga akan kembali bermain bersamanya dan akan meninggalkannya selama seminggu, seperti itu terus sampai pada suatu siang mama membawa Raga yang menangis meraung dengan tatapan kosong.
Lalu, mama membawa Raga pergi ke rumah Oma yang berada di Australia. Mama meninggalkannya dan lebih memilih hidup bersama Raga.
Pada saat itu, Lucas yang berumur hampir sepuluh tahun itu marah. Ia marah dengan mama dan Raga. Lucas pernah membenci Raga karena merebut mama darinya.
Sampai papa menjelaskan semuanya dengan bahasa yang dapat ia pahami.Mama tidak meninggalkannya. Mama hanya merawat adik yang sedang sakit. Dan kata papa, ketika mama pulang nanti, Raga akan sepenuhnya menjadi adiknya. Raga akan tidur di rumahnnya dan satu kamar dengan dirinya.
"Adik sakit apa pa?" Ia tidak pernah mendapat jawaban dari pertanyaan itu. Sehingga seiring bertambahnya usia, ia bisa memahami tanpa harus di jelaskan.
**
Tiga tahun kemudian, mama kembali. Bersama Raga yang sudah kembali ceria. Tidak seperti yang ia lihat terakhir kali.
Tapi, Raga lebih sering melamun.
Mama bilang, Lucas itu kakak, harus jaga adek. Harus mengalah karena adek masih sakit.Dan Lucas melakukannya. Ia terlampau jatuh dalam pesona Raga yang sangat menggemaskan. Ia akan membela Raga dari Dikta dan Ajuna.
Tetapi, ia juga akan membela ketiganya jika ada yang mengganggu mereka.
Maka dari itu, ketiga adiknya ini sangat mengaguminya. Katanya, ia terlihat keren."Kak, lo udah nggak sayang lagi sama kita ya? Semenjak Raga pulang lo ngelupain kita." Kala itu, Dikta kecil berucap dengan emosi.
"Gue sayang sama kalian kok. Tapi... Sekarang kan Raga tinggal sama gue. Dia jadi adik gue sepenuhnya."
"Tapi kita juga adek lo kak!" Dikta menatap marah Lucas. Mereka sedang berada di taman komplek. Bermain sepeda bertiga karena mama tidak memperbolehkan Raga untuk ikut.
"Iya, kalian adek gue. Gue sayang kalian kok. Nggak ada yang berubah."
"Ada. Buktinya tadi kakak buat Dikta nangis," sahut Ajuna yang sedari tadi berdiri di belakang Dikta.
"Itu karena Dikta buat nangis Raga duluan."
"Tapi gue udah minta maaf."
"Yaudah maafin kak Lucas ya. Tapi, lain kali jangan di ulangi lagi buat adeknya nangis. Ayo... Kaka traktir es krim tadi papa kasih uang banyak."
Kemudian, ketiganya bergandengan memasuki supermarket yang berada di seberang taman.
**
Lucas baru saja selesai malakukan study tour ke Bandung. Ia turun dari bus dan menatap sekeliling. Mencari papa yang katanya akan menjemputnya.
"Kakak." Lucas menoleh ke asal suara. Ia tersenyum lebar tatkala melihat Raga berlari ke arahnya. Masih lengkap dengan seragam putih merahnya.
"Adek jangan lari-lari. Nanti jatuh."
"Adek kan rindu kakak." Mereka baru berpisah tiga hari. Tapi, bocah yang lebih muda tiga tahun darinya itu sudah merindukannya?
"Kakak juga rinduuuuu adek."
"Papa mana dek?"
"Lagi beliin bang Dikta sama bang Ajun es dungdung." Raga menunjuk ke arah ayah dan dua adiknya yang lain.
"Adek nggak ikut beli?"
"Nggak kak. Udah janji sama mama buat nggak minum es selama seminggu."
"Habis sakit ya dek? Kok mama nggak bilang sama kakak."
"Udah sembuh kok. Mama takut ganggu kakak study tour."
Saat itu, Lucas masih duduk di bangku tiga SMP.
Lucas menggandeng tangan mungil yang lebih muda, mereka berjalan menuju mobil."Setelah perjanjian adek sama mama selesai, kita mukbang es krim. Oke!"
Raga mengangguk antusias.
"Gemes banget adeknya kakak." Lucas mencubit kedua pipi Raga yang membuat sang empunya menangis."Eh, adek maafin kakak:( jangan nangis ih, nanti ketahuan papa," ucapnya.
**
Mengingat waktu kecil, membuat Lucas tersadar. Bahwa, waktu cepat sekali berlalu. Adik-adiknya juga sudah besar dan berprestasi.
Dan sudah setengah jam Lucas berada di dalam ruang rawat Raga. Yang ia lakukan hanya menatap pemuda yang semakin kurus itu. Dan tidak ada satupun, kabel-kabel medis itu terlepas sejak satu bulan yang lalu.
Sekarang, Lucas siap atas segala kemungkinan yang ada. Ia tadi tidak sengaja mendengar percakapan ayah Daniel dengan dokter.
Dokter bilang, Raga tidak akan bertahan tanpa alat-alat itu. Dan Raga tersiksa karena alat-alat itu.
Tapi ayah masih bersikukuh untuk mempertahankan Raga. Ayah masih percaya dengan keajaiban tuhan. Ayah masih akan mempercayai satu persen celah Raga untuk hidup.Waktu besuknya tinggal separuh menit. Lucas menyentuh lembut tangan Raga. Ia usap dengan lembut punggung tangan Raga sembari tersenyum.
"Jangan buat ayah kecewa ya dek. Dan maafin kakak karena egois mempertahankan kamu. Maafin kita yang nyiksa adek dengan kabel-kabel medis ini. Sebentar lagi adek sweet seventeen. Katanya, mau camping di dekat pantai. Ayo! Kita bujuk mama bareng-bareng." Lucas menghela nafas panjang sebagai jeda.
"Kakak keluar dulu ya. Besok harus bangun ya dek." Setelahnya, Lucas berlalu dari sana. Tanpa menyadari, bahwa, Raga tengah meneteskan air matanya.
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
after(End)
Teen Fictionkeegoisan itu akan membawa penyesalan dikemudian hari. Jadi, setelah semuanya terjadi, mereka menuntut sang korban untuk bertahan.