•••
Auree merengut masam saat Bada tertawa puas meledeknya, bagaimana tidak—salahkan motor besar merek Ducati Panigale V4 itu yang membuat Auree kesusahan untuk naik. Alhasil, gadis kecil itu di bantu oleh Bada dengan cara di angkat tubuhnya keatas motor.
"Berhentilah tertawa, ini tidak lucu!" Ucap Auree yang kelewat tak mood, "Apa-apaan motor ini, tinggi sekali!" sambungnya membuat Bada terbahak-bahak. "Itu karna tubuhmu kecil."
"Diam! Aku ingin pulang saja." Auree mengerucutkan bibirnya. Memasang pose ngambek yang terlihat lucu dimata Bada.
"Baik, berpeganglah." Ucapnya yang kemudian memasang helm dan menyalakan motornya. Bada memainkan gas motornya—membuat Auree spontan memeluk pinggang Bada.
Disepanjang jalan, Auree tampak tenang dengan mata terpejam. Tangan yang terus memegang pinggang ramping Bada mendadak memeluk erat, bersamaan dengan punggungnya yang terasa berat. Bada yang di peluk merasa senang. Tanpa diminta gadis itu memberinya secara gratis!
"Dimana rumahmu?" Tanya Bada sambil membuka kaca helm sedikit, namun tak mendapatkan balasan dari gadis dibelakangnya itu. Ia membuka kaca helmnya lebih lebar lagi dan kembali bertanya pada Auree.
"Auree-ah, rumahmu dimana?"
Bada bingung karena Auree tak menjawabnya, ia menepikan motornya. Bada berbalik dan menepuk kepalanya saat melihat gadis itu sedang tertidur pulas. Bagaimana bisa ia tidur diatas motor?
"Auree, bangun. Rumahmu ada dimana?" Tanya Bada lembut membuat Auree mengerjapkan matanya sejenak, "Di komplek sana, putih."
"Jangan tidur, kau akan jatuh nanti."
"Tidak." Ucapnya setengah sadar, Auree mengeratkan pelukannya. Menyandarkan kepalanya pada punggung tegap Bada. Sedangkan Bada hanya tersenyum, lucu sekali!
Ia kembali menjalankan motornya dan pergi menuju sebuah komplek yang tak jauh dari persimpangan didepan. Tak sulit untuk menemukannya karena Bada sendiri hafal daerah situ. Bada membawa motornya dengan hati-hati, karena si gadis kecil tengah tertidur bukan?
Tak sampai dua puluh menit, Bada sampai disebuah rumah lantai dua berwarna putih. Ia mematikan motornya dan membangunkan Auree, gadis itu hanya mengangguk sebagai respon. Bada ingin tertawa rasanya, hari ini gadis itu benar-benar menunjukkan semua sisi lainnya.
"Ayo bangun, kita sudah sampai."
"Hah?" Ucapnya sambil mengucek matanya pelan, Auree merentangkan tangannya. Bada yang paham langsung menurunkan gadis mungil itu. Ia membantu Auree untuk berjalan sampai ke depan pintu rumahnya.
Tok!
Tok!
"Permisi!"
"Eomma!" Teriak Auree pelan, ia masih setia memegang jaket yang dikenakan oleh Bada. Tak berlangsung lama, seorang wanita paruh baya membuka pintu. Ia tampak sedikit terkejut.
"Auree? Astaga larut sekali." Ucap wanita itu membuat Bada melepaskan helmnya, "Maaf Bibi, sepulang sekolah ada acara club, jadi pulangnya sedikit lebih lama." ucap Bada menjelaskan.
Wanita itu hanya mengangguk kecil, "Ah begitu, maaf sudah merepotkan mu karena harus mengantarkan Auree." Wanita itu memandang wajah Bada dengan intens, yang ditatap merasa bingung. "Jika aku boleh tahu, siapa namamu Nak? Sepertinya wajahmu terlihat tak asing."
"Bada Lee."
"Bada?" Wanita itu tampak berpikir sejenak, "Apa kau anak Monika Shin?" Tanya wanita itu dibalas anggukan oleh Bada, "Benar. Kenapa Bibi bisa tahu Ibuku?" Tanyanya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
badalee; DANCEMATE
Fanfiction[ON GOING] Saat cinta dimulai dari tarian pertama. Baginya Auree adalah segalanya. Gadis itu berada di posisi tertinggi, setara dengan kecintaannya terhadap dunia industri tari. ••• rangking #1 on #ygx rangking #3 on #bada •••