11_Terlalu Nyata Untuk Dikatakan Hanya Sebuah Mimpi

125 27 0
                                    

"Vania"suara khawatir dari Revan mulai memasuki pendengaran Vania. Vania membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya berada diranjang kamar Revan.

"Kenapa saya dikamar mu?"tanya Vania bingung.

"Apa itu penting? Katakan pada saya, apa kepala anda sakit atau ada yang tidak nyaman?"tanya Revan khawatir.

"Tidak ada, saya baik-baik saja. Anda terlihat khawatir, ada apa? Bukankah saya hanya tidur beberapa menit?"tanya Vania bingung.

"Apa maksud anda beberapa menit? Anda koma selama 2 minggu"jelas Revan.

"2 minggu?!"ulang Vania terkejut.

"Lalu bagaimana dengan pernikahannya?"tanya Vania.

"Pernikahan itu tidak penting. Ayo sembuh dulu, kesehatan adalah yang paling penting"jelas Revan dan mulai memeriksa denyut nadi dan suhu tubuh Vania. Vania yang melihatnya memiliki keraguan. Kenapa Revan memeriksa dirinya seperti seorang dokter? Bukankah kamu seumur hidup hanya menggenggam Pedang? Vania memang ingat bahwa dirinya pernah menulis sebaris kalimat di novel, yang berisi bahwa

karena Revan tidak mengetahui bahwa siapa teman dan musuhnya, Revan memaksa dirinya untuk mahir dalam segala hal, mulai berpedang, mahir dalam menggunakan berbagai senjata, bisa memasak, bahkan menjadi kusir. Revan juga belajar dalam hal medis saat dirinya berusia 15 tahun. Revan belajar medis setelah secara tak sengaja dia melihat seseorang memasukkan sesuatu kedalam makanannya.

"Anda bisa medis?"tanya Vania ragu, Revan hanya mengangguk sebagai balasan. Karena pada kehidupan sebelumnya Revan tidak tau siapa teman dan musuh, maka dirinya harus memaksa dirinya serba bisa, mulai dari berpedang, mahir semua senjata, mahir dalam hal medis, memasak menjadi kusir dan masih banyak lagi.

"Hebat"seru Vania berbinar. Vania merasa bahwa Revan pantas menjadi tokoh utama yang ditulisnya dengan hati-hati.

"Sekarang istirahatlah, saya akan duduk disini menjaga anda. Jadi jangan khawatir jika ada pembunuhan bayaran atau hal berbahaya yang akan terjadi"ucap Revan dengan tulus. Untuk sesaat Vania merasa kesurupan, mengingat ucapan dari gadis bertopeng beruang, bahwa dirinya adalah seorang yang memutar waktu. Lalu apakah pemutaran waktu itu, membuat orang lain seperti Revan juga terseret pada putaran waktu itu? Karena Vania merasa bayangan Tokoh Utama Pria yang ditulisnya mulai nampak pada anak kecil didepannya. Ini sulit dijelaskan, intinya Revan terlihat lebih dewasa dari pada umurnya.

Revan yang bertindak dewasa, ditambah pengalaman medis yang Vania yakin bahwa yang ditulisnya di novel, Revan belajar medis saat berusia 15 tahun. Perlakuan Revan yang awalnya sangat jijik padanya karena terlihat mesum. Sekarang Revan akan menatapnya dengan tatapan aneh, tapi Vania yakin tidak ada rasa jijik atau benci didalamnya.

Jadi apakah Vania berada didalam Novel yang ditulisnya atau berada di situasi mengulang waktu?

Jawaban ini hanya bisa ditemukan dengan menemuka 3 benda yang dikatakan gadis bertopeng beruang.

"Vania, berhenti mentap wajah saya dan tidur"perintah Revan, dengan suara agak bergetar menahan tawa bahagianya karena menurutnya Vania pasti sedang terpesona padanya.

"Saya tidak akan tidur sendirian. Ayo tidur dengan saya"ajak Vania. Vania ingin menguji apakah Revan adalah Revan yang dikenalnya selama ini, atau Revan yang mengulang waktu? Jika Revan mengulang waktu juga, maka kira-kira siapa saja yang telah mengulang waktu? Bagiamana jika yang mengulang waktu adalah musuh mu? Banyak yang perlu Vania cari jawabannya.

Sedangkan Revan yang sepertinya salah paham dengan ajakan Vania, memerah padam.

"Vania, kita tak bisa melakukannya"bisik Revan menahan malu.

"Kenapa tidak bisa?"tanya Vania bingung.

"Kami belum menikah!!"seru Revan malu.

"Sepertinya anda salah paham, saya meminta anda hanya tidur disamping saya, karena sepertinya anda lelah"jelas Vania.

"Saya.... Agak lelah, ayo tidur"Revan bergerak seperti robot karena malu dan membaringkan dirinya disamping Vania, lalu berusaha menutup matanya.

"Dalam Bab 5 novel My Beast yang ku tulis, tepatnya halaman 24. Ada masa dimana salah satu antogonisnya mengulang waktu. Dirinya dari masa lalu, sangat mencintai Tania setengah mati dan ingin mendapatkannya. Lalu hal itu terungkap diakhir Bab Novel, disana tertulis jika kita mengalirkan mana dengan arus terbalik dengan cara kita mengeluarkan mana, kepada tubuh seseorang akan terjadi dua efek. Efek pertama adalah efek normal, yaitu muntah darah dan jika terus dipaksakan akan berakibat kerusakan organ dalam. Sementara Efek kedua adalah efek yang berbeda, yaitu cahaya orange akan keluar dari tubuhnya. Seseorang yang memiliki cahaya orange ini, adalah orang yang telah memutar waktu"batin Vania mulai mengingat baris novel My Beast. Jadi misi Vania adalah menunggu Revan tertidur dan mulai mengalirkan mana, dalam tubuhnya. Tentunya ini tak boleh ketahuan, jika tidak maka Revan akan berpikir jika dirinya akan mencoba membunuhnya. Maka perjanjiannya dengan Revan akan sia-sia.

Setelah menunggu 2 jam, Vania rasanya ingin menyerah saja. Karena Revan yang ditunggu untuk tertidur lebih dahulu malah berpura-pura tidur. Vania mengetahuinya karena melihat kegelisaannya yang selalu membolak-balikkan tubuh. Vania tau kebiasaan tidur Revan adalah diam seperti patung dan sekarang Revan memberinya respon sebaliknya.

"Apa Duke Muda tak bisa tidur?"tanya Vania dengan nada menahan rasa jengkel.

"Sedikit"

"Kenapa anda tidak bisa tidur?"tanya Vania mencoba mmbuatnya tertidur, agar dirinya bisa melakukan tes dengan mudah.

"Mungkin karena ketakutan"jawab Revan dengan eksperesi sendu. Revan agak takut jika dirinya menutup mata dan benar-benar tertidur. Bagaimana jika semua yang dilihatnya sekarang hanya mimpi?

Dari pada tidur lebih baik, membuka mata dan menatap wajah tidur Vania. Hanya saja Vania sepertinya juga tidak bisa tidur, makanya Revan hanya bisa berpura-pura tidur dan menunggu Vania tertidur, agar dirinya bisa menatap wajah Vania saat tertidur.

"Anda takut?"ucap Vania dengan eksperesi yang tiba-tiba sedih. Revan mengedipkan matanya kebingungan.

"Apa anda takut, karena berpisah dengan rombongan saat itu? dan juga ditambah saya yang sakit, sehingga anda takut jika dijodohkan dengan gadis yang aneh kan?"ucap Vania sendu. Sangat sulit untuk anak berusia 12 tahun untuk memiliki banyak kekhawatiran. Vania merasa tertekan untuk anak yang seharusnya bermain, tetapi sekarang memikirkan masa depannya dalam ketakutan.

"Jelas Revan hanya anak kecil, mungkin aku terlalu sensitif berpikir dirinya mengulang waktu hanya karena alasan dewasa dan bisa medis. Keberadaan ku yang menjadi tunangan Tokoh Utama Pria saja, sudah membuat jalur utamnya melenceng. Mungkin saja ini efek kupu-kupu kan?"batin Vania meyakinkan dirinya.

"Saya akan menggenggam tangan anda, jadi jangan takut"ucap Vania dengan nada membujuk seorang anak. Revan yang mendengarnya terkekeh karena di perlakukan seperti anak kecil. Mereka berdua akhirnya tertidur dengan bergandengan tangan.

❤❤❤

Bersambung

Terjebak dalam Novel "My Beast" - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang