21_Menyadari Perasaan (1)

78 18 0
                                    

"Apa yang anda bicarakan"bisik Vania malu, Revan yang gemas mengigit pipi Vania. Sedangkan Delia malang yang ditinggalkan sendiri, menahan tangisnya karena malu.

"Tidak, ini pasti karena Vania menggoda Duke. Saya lebih cantik dari Vania, selama saya tidak menyerah. Duke akan melihat saya, suatu saat nanti"batin Delia bersemangat.

"Jika Duke berkenan, kenapa Duke tidak mencoba masakan saya?"tanya Delia dengan berani.

"Maaf, saya tidak memakan makanan sembarangan. Anda bisa pulang sekarang dan sampaikan pada Tetua ketiga bahwa saya benci seseorang yang mengancam Vania saya, entah itu dalam hal kedudukan posisinya sebagai Duchess atau pun keselamatannya. Jika mereka masih menyukai posisinya itu, jangan main-main dan dengarkan saran saya"ancam Revan dengan eksperesi dinginnya. Tubuh Delia gemetar ketakutan dan bahkan perlu di papah oleh pelayan untuk pergi.

"Apa anda tidak terlalu kejam padanya?"tanya Vania. Revan menatap Vania yang polos dengan hembusan napas pasrah. Revan harus mengakui, bahkan apa pun yang terjadi, meskipun ada perubahan antara kehidupan pertamanya dan sekarang, tetapi masih ada ke-saman yang sulit di ubah yaitu sifatnya yang tidak mengerti akan bahaya. Ini dapat dilihat dari Vania yang dengan polosnya ingin memebela Delia. Jika Vania tau identitas asli Delia, Vania pasti tidak akan membelanya. Revan yang menyelidiki semua kaki tangan Tetua-tetua itu tentunya tau identitas Delia. Selain cucu dari Tetua ketiga, Delia adalah salah satu dari murid jenius pemilik menara sihir, yang artinya Delia bisa saja mencelakai Vania.

Tentu saja Revan tidak tau, jika sebenarnya Vania sendiri memiliki sihir yang setara dengan pemilik menara sihir. Makanya Vania tidak peduli dengan sedikit reaksi sihir dari Delia. Karena menurutnya hal itu terlihat seperti mainan anak-anak. Bahkan Vania sendiri sudah berteman akrab dengan pemilik menara sihir. Hal ini awalnya terjadi dikarenakan Vania penasaran dengan wajah Tokoh Utama Pria ke-4, dan akhirnya saat bertemu Vania terpesona dengan ketampanannya tapi hal itu hanya bertahan selama 3 detik. Setelah mengetahui sifat aslinya, Vania menjadi merasa jijik berdekatan dengannya. Sifatnya yang selalu melompat-lompat dan membuat masalah meminta duel setiap hari, membuat Vania letih.

Disisi lain, Revan memikirkan cara agar istrinya ini menyadari jika dunia ini penuh bahaya dan tidak boleh terlalu percaya pada semua orang.

"Apa yang harus saya lakukan untuk melindungi anda?"gumam Revan sedih, Vania yang mendengar gumaman Revan memiliki tanda tanya dikepalanya.

"Untuk apa melindungi saya? Apa akan ada bahaya?"tanya Vania ragu, Revan menggelengkan kepalanya pelan. Tak ingin Vania panik dan menjadi takut.

"Bukan apa-apa, hanya saja apa saya boleh mencium anda?"tanya Revan penuh semangat. Vania kehilangan kata-kata untuk beberapa saat, karena melihat perubahan suasana hati yang sangat cepat.

"Baik"jawab Vania pelan, tapi sebenarnya agak gugup, karena ini ciuman pertamanya dalam keadaan sadar jika dirinya juga memiliki perasaan pada Revan. Dengan perlahan Revan mendekatkan wajahnya kehadapan Vania, Vania juga mulai menutup matanya karena malu. Tetapi sepertinya alam tak berpihak pada mereka.

"Duke Revan! Apa yang anda lakukan pada cucu saya? Mengapa dirinya menangis?!!"geram Diora Amor, Tetua ke-3 kesal. Untuk sesaat Vania rasanya ingin meledakkan Tetua ke-3.

"Oh.... Apa itu Tetua ke-3? Ada apa?"tanya Revan santai sambil memeluk Vania yang ada dipangkuannya. Melihat kemesraan Revan dan Vania, Tetua ke-3 marah karena menurutnya junior ini tidak menghormatinya. Dan dengan marah Tetua ke-3 melemparkan vas bunga tepat kearah Vania. Vania yang mendapat vas bunga tepat didepannya, tanpa sadar menggunakan sihir menahan vas yang ingin mengenai wajahnya. Vas bunga itu tiba-tiba terlilit cahaya ungu yang berasal dari tangan Vania.

Revan yang melihat Tetua ke-3 melemparkan barang berbahaya pada istrinya sangat marah, dan memerintahkan penjaga untuk memasukkannya kedalam penjara. Tetapi sebelum penjaga itu menangkap Tetua ke-3, Tetua Ke-3 terlihat ketakutan dan bergegas kearah Vania bertanya tentang identitasnya.

"Anda.... Penyihir?"gumam tetua Ke-3 gugup, tetapi meski begitu dia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Lagi pula, cucunya adalah murid jenius dari pemilik menara sihir. Jadi tidak perlu takut pada penyihir kecil.

"Delia adalah penyihir yang lebih hebat dari anda. Bahkan lebih tepat untuknya duduk dikursi Duchess. Tidak seperti anda yang hanya pemula"ejek Tetua ke-3. Vania yang sudah kesal karena Tetua ini telah membuatnya gagal berciuman dan ditambah menghinanya. Tentunya Vania, tak akan melepaskannya dengan mudah.

"Heh, karena saya antagonis. Bukankah tidak adil jika saya membiarkan anda berkoar-koar dihadapan saya"ucap Vania tenang, Revan menatap istrinya yang tiba-tiba menjadi antagonis dengan tatapan terpesona. Revan merasa saat ini Vania semakin mempesona, apa yang harus dilakukan oleh Revan malang yang sepertinya jatuh cinta lagi pada Vania.

"Zay Alvaro Aditama, datang kesini"ucap Vania pelan dan mengulurkan tangannya kearah lantai dibawah. Saat itu tiba-tiba lambang lingkaran tergambar dan seorang pria tampan berteleportasi kesana. Zay Alvaro Aditama, Pemeran Utama Pria-3 dan Pemimpin menara sihir saat ini.

"Zay, saya ingat saya punya permintaan pada duel kita tahun lalu. Anda akan mengabulkan apa pun permintaan saya kan?"tanya Vania mengulanginya.

"Tentu saja, untuk rival kesayangan saya. Saya bisa melakukan apa pun yang telah saya janjikan. Katakan apa keinginan anda?"tanya Zay.

"Kamu mengenal pemimpin menara sihir?"bisik Revan hati-hati, karena Zay adalah karakter yang berbahaya jika dirinya adalah musuh mu.

"Zay teman ku"jawab Vania seadanya, Tetua ke-3 yang mendengarnya ketakutan dan mulai menyesali kenapa dirinya menentang Vania terus-menerus.

"Usir Delia dan pecat dia jadi murid mu"

"Murid? Delia? Saya tidak pernah menerima murid bernama Delia? Tapi akan saya periksa dimenara sihir semua yang bernama Delia akan saya usir"ucap Zay dengan senyum peracaya diri.

"Jangan usir orang sembarang. Aku hanya ingin Delia Amor"ucap Vania yang tak ingin orang yang tidak bersalah di usir.

"Baik. Jika tidak ada lagi, saya akan kembali ke menara"ucap Zay dan akhirnya kembali teleportasi ke menara sihir.

"Tidak..... Maafkan saya.... Duchess saya menyesal"isak Tetua ke-3 sedih. Vania yang melihatnya malah tersenyum manis, menikamti kemalangan dari musuhnya.

"Saya sudah katakan bahwa saya antagonisnya kan? Antagonis tidak memaafkan musuhnya. Nah, kakak-kakak ksatria sebaiknya antar tamu kita ini ke sel tahanan"ucap Vania dengan nada ceria.

Vania terkejut tiba-tiba Revan memeluknya dengan erat. Vania bertanya-tanya kenapa tiba-tiba Revan memeluknya erat?

"Apa hubungan anda dengan Zay? Kenapa anda memanggil mereka kakak-kakak ksatria?!"

Sepertinya Vania tau alasan kemarahan Revan, bukankah ini penyakit cemburu?

❤❤❤

Bersambung

Terjebak dalam Novel "My Beast" - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang