19. POV Iwan 2

151 8 0
                                    

Terlihat banyak sekali sesajen dan sebuah patung.
"Wah wis gak bener nih bapak."

Segera kututup kembali pintu kamar itu, aku memang bukan dari keluarga yang paham agama tapi aku masih tau hal-hal yang dilarang agama. Namun semua itu seperti tak berguna ketika kita sudah merasakan nikmatnya jika melakukan hal-hal yang di larang. Bodo amat bapak mau berbuat apa yang penting aku bisa hidup enak dan nyaman, semua yang aku inginkan bisa aku beli sesuka hati. Kalaupun aku berusaha mencari tahu tentang semua ini yang ada bapak akan menghajarku habis-habisan.

*kembali saat di mall.
Ketika Agus sibuk mencari-cari baju, tanpa sengaja aku menabrak seorang wanita yang begitu cantik. Dia menggunakan jilbab warna hitam di padukan dengan gamis yang membuatnya terlihat semakin menawan.

"Maaf mba!"

"Iya gak apa-apa mas" jawab wanita itu lembut.

"Nyari baju juga mba?" tanyaku basa basi.

"Iya mas"

"Kalau boleh tau namanya siapa?" langsung saja aku mengambil kesempatan berkenalan.

"Siti Maryam, duluan ya mas." jawab wanita itu sambil berlalu berjalan menjauh melewati aku.

Boleh juga nih cewek, baru kali ini aku melihat wanita yang membuat hatiku bergetar penasaran. Hampir semua wanita yang kutemui biasa saja bahkan cenderung membosankan.
Sepulang dari mall, seperti biasa kami mampir terlebih dahulu membeli "jamu" istilah yang kami gunakan untuk minuman yang membuat kami bisa mabuk melayang.
Kalau sudah mabok, sudah pasti badan terasa panas dan nafsu pun bergejolak. Agus yang sudah tahu dengan kebiasaanku ini pasti sudah membayar seorang PK yang menjadi langgananku. Nikmat sekali duniaku!!

Pagi itu setelah tersadar dari pengaruh alkohol, aku pulang kerumah. Dan tentu saja bapak dan ibu sudah berada di warung. Rumah sepi, makanan yang di masak ibu kurang menggugah selera. Aku memutuskan untuk pergi ke salah satu warung makan. Saat setelah selesai makan, sambil ku hisap sebatang rokok. Aku melihat seorang wanita yang ku temui tempo hari.. ya itu Siti!!
Aku melihatnya sampai tak sadar kalau Agus ternyata ada di sebelahku.

"Liat siapa kamu Wan?" tanya Agus.

Aku yang kaget, reflek melihat asal suara itu,
"Lah kamu Gus, makan juga apa ibumu gak masak?"

"Gak, ini aku beli buat orang rumah. Liat sapa kamu tadi, sampe segitune." tanya Agus sambil ikut mengambil rokok yang ku letakkan di atas kursi.

"Itu loh, cewek cantik namanya Siti Maryam." jelasku

"Oh Maryam, yang pake motor m*o itu kan? Pake jilbab juga? Kalo itu sih aku tau. Rumahe di samping gang sana, langganane air isi ulang pakde ku. Aku kadang sering nganter kesana." jelas Agus panjang lebar.

"Kamu tahu ada cewek cantik kok gak pernah di kenalke aku to Gus?" cecarku

"Jangan dia Wan, sulit. Sudah banyak yang deketin tapi di tolak semua." jawab Agus yang membuatku semakin penasaran.

"Halah moso sih, tak buktiin aku bisa dapetin dia!" jawabku sombong.

"Iya, tapi aku gak yakin haha" jawab Agus meragukanku.
"Nih tak bantu, ini akun facebooknya. Dah sana terserah kamu selanjutnya."

Singkat cerita aku menghubunginya, tapi memang dia sepertinya kurang tertarik dengan ku. Aku diam-diam juga sering membuntuti kemana dia pergi, ternyata dia dekat dengan seorang laki-laki. Aku punya saingan ternyata. Dari pada aku mendekatinya dengan hasil yang tak pasti, aku nekat "melakukanya".

"Pak, dukun mana yang bapak pake?" tanyaku langsung tanpa basa basi saat bersama bapak duduk di ruang tamu sembari menghirup asap kehidupan.

"Maksudmu opo?" jawab bapak pura-pura tidak mengerti maksud pertanyaanku

"Sudah cerita saja pak, aku sudah tahu apa yang ada di kamar itu." jelasku kepada bapak

"Owalah sudah masuk kesana ta kamu." respon bapak datar
"Ada perlu apa tanya dukune bapak?"

"Pokoknya ada lah pak, cepet kasih tahu dimana tempatnya!" seruku tak sabar

"Tapi kamu harus bisa mempertanggungjawabkan perbuatan mu nanti ya, itu semua tidak gratis loh." Bapak memberi wejangan.

Esok hari, pagi-pagi buta aku sudah berada di atas motor kesayanganku. Aku hendak menuju kota sebelah, sesuai dengan petunjuk bapak. Perlahan aku pacu motorku menyusuri jalanan yang sudah rame pada saat itu, lumayan jauh juga ternyata. Aku sampe melewati hutan yang masih begitu rindang, jalan setapak yang masih belum di aspal.

Seorang laki-laki tua keluar dari rumah yang terbilang biasa saja. Tidak begitu besar tapi memiliki halaman yang luas, seperti rumah desa pada umumnya.

"Assalamualaikum" sapaku

"Wa'alaikumsalam, monggo pinarak." (Wa'alaikumsalam, silahkan masuk) jawab pak tua itu

"Mau nggaet cewek ayu pundi mas?" (mau melet cewek cantik mana mas?)

Kok pak tua itu bisa tahu ya, aku hanya tersenyum tipis.

"sampeyan dah tau nama, weton, sama fotone mas?" lanjut pak tua berbicara

"Sudah pak." Jawabku sambil menyerah secarik kertas dan foto yang sudah aku cetak.

"Ya sudah, tunggu dulu ya." jawab pak tua itu sembari masuk kedalam bilik kamarnya.

Aku menunggu cukup lama, setelah akhirnya pak tua itu kembali.

"Ini bacaan yang harus kamu baca saat memberikan makanan atau minuman kepada gadis itu, pastikan dia yang memakannya!" perintah pak tua

"Dan ini mahar yang harus kamu bayar." pak tua menuliskan nominal pada sebuah kertas.

"Iya pak" aku memberikan sejumlah uang yang lumayan banyak kepada pak tua itu.

"Dan ingat, setiap malam selasa kliwon kamu harus membaca rapalan ini di depan fotonya, di jamin cah ayu iku bakal kepincut, haha!! Jelas pak tua itu

Aku iku tersenyum puas. Akhirnya Siti Maryam akan menjadi miliku. Aku pun pamit pulang. Sesampai di rumah, bapak dan ibu sudah menungguku.
Terlihat jelas wajah ibu sedikit kesal. Ibu memarahiku habis-habisan, beliau kecewa kenapa aku ikut-ikutan bapak mengambil jalan pintas, ibu takut aku kenapa-kenapa.

"Sudah cukup bapak dan ibu yang sesat, kamu jangan!"

Aku terdiam, baru kali ini aku melihat ibu marah sampai seperti itu. Namun semua sudah terjadi, aku hanya perlu melakukan perintah pak tua itu, agar semua baik-baik saja.

Aku memperkenalkan Maryam kepada keluarga ku, dan ternyata mereka tidak menyukainya . Tapi aku nekad dan akad nikahpun digelar. Kehidupan rumah tangga bersama orang yang aku inginkan terjadi, hingga dia akhirnya hamil. Aku sebenarnya tidak menginginkan dia hamil karena pasti akan menambah beban saja, dan sudah pasti perhatian dan cintanya nanti juga terbagi dengan anak itu. Aku akhirnya meminta bapak dan ibu melakukan sesuatu dengan anak itu.
Tapi ternyata semua itu menjadi awal mula dari apa yang akan terjadi, dan benar saja, akhirnya Maryam istriku mengetahui apa yang terjadi.

Pelet Sang Suami (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang