2. Aku Dan Dia

384 13 0
                                    

Malam hari setelah kejadian di kantor itu, tentu saja aku menjadi lebih was-was, sudah pasti malam ini aku tidak bisa tidur nyenyak. Walaupun sering merasakan kehadiran mereka tetapi tetap saja membuatku takut. Aku mendapatkan kekurangan ini dari nenek buyut ku, kata simbok ku beliau dulu orang pintar, banyak warga berdatangan untuk berobat dengannya. Sebenarnya bisa saja aku pertajam penglihatan ku ini dengan sholat malam dan puasa. Itu kata pak ustad yang membimbing ku dulu. Tapi untuk apa, bisa merasakan saja aku sudah ketakutan. Untuk menghilang rasa takut ini, sambil merebahkan diri di atas kasur aku mencoba membuka hp dan berselancar di dunia maya. Aku membuka akun Facebook ku yang tak pernah ku log out dari hp ku.
Saat asyik sedang melihat-lihat beranda. Ada seseorang yang mengirim inbox pada ku.

"Assalamualaikum Siti" sapa orang itu.

Siapa orang ini? Mungkin hanya orang iseng saja dan sepertinya kita tidak berteman di facebook, batin ku. Aku pun tak membalas pesan tersebut. Aku iseng mencoba membuka profil Febri, laki-laki teman SMA ku dulu yang pernah mendekati ku. Dia sebenarnya bekerja di kawasan yang sama dengan ku. Tapi sudah lama kita tidak saling bertemu ataupun bertukar kabar. Sepertinya dia belum memiliki kekasih sampai sekarang, terlihat dari foto-foto di facebooknya tidak ada foto perempuan. Statusnya juga lajang, aku iseng meng inbox dia.

"Assalamualaikum Feb, gimana kabarnya lama gak ketemu yah." sapa ku di pesan saat itu.

Lama sekali aku menunggu pesan balasannya, padahal aku lihat dia sedang online. Saat akan kembali melihat beranda, ada satu permintaan pesan masuk, dan itu ternyata dari laki-laki yang tadi meng inbox ku. Aku masih ingat dengan namanya karena namanya terlihat alay bagiku. Berhubung tidak ada kerjaan dan sambil menunggu balasan Febri, aku mencoba kepo dengan akun laki-laki tadi, saat aku membuka profil nya ternyata di privat. Jadi aku terpaksa menerima dulu permintaan pertemanannya itu. Aku membuka profilnya, setelah di lihat-lihat fotonya terlihat tidak asing bagiku, seperti pernah bertemu tapi lupa dimana.

"Kok gak bales sih cantik"

Kulihat dia mengirim pesan padaku lagi. Aku terpaksa jadi membalasnya. Disaat bersamaan ternyata Febri juga membalas pesan ku.

"Walaikumsalam Mar, alhamdulillah aku baik Mar, kamu gimana? Bagi nomor wa mu donk."

"Walaikumsalam, ini siapa yah?" balasku pada laki-laki itu.

"0853xxxxxxxx, itu yah nomer ku. Alhamdulillah aku baik" saat mengirimkan pesan itu pada Febri kulihat dia sudah tidak online.

Ya sudahlah aku berencana akan makan malam terlebih dahulu, namun ternyata laki-laki itu membalas inbox ku lagi.

"Ini aku Iwan ti, kita pernah bertemu di mall Citra saat kamu sedang membeli baju, kita pernah berkenalan saat itu."

Setelah aku ingat-ingat kembali, iya benar kita pernah bertemu. Lalu aku membalas pesannya dan dia meminta nomer wa ku, untuk menambah teman tak ada salahnya aku pun memberikan nomer ku. Aku beranjak dari tempat tidurku dan hendak makan malam. Ku lihat sepertinya simbok masih di masjid, seperti biasa simbok akan berada di masjid dari maghrib sampai isya nanti. Saat kulihat meja makan ternyata simbok sudah menyiapkan makanan, ada ikan asin dan sayur asem kesukaan ku tidak lupa sambel terasi buatan simbok yang terbaik menurutku. Saat sedang enak melahap makanan, ada wa dari nomer baru. Ternyata itu Febri, dia bertanya apakah besok bisa ketemu sepulang kerja. Tentu saja aku mengiyakan ajakannya itu.

Pagi hari seperti biasa setelah sarapan aku menaiki motor matic ku untuk membelah jalanan menuju tempat ku mengais rejeki.

"Yan, nanti pulang kerja aku mau ketemu Febri" kataku pada Dian saat hendak menaruh tas di kursi.

"Febri temen sekolah kita dulu?" tanya Dian memperjelas.

"Iya donk, memang Febri siapa lagi"

"Bukannya udah lama yah kita tidak bertemu dia ya Mar, ngapain dia ngajak ketemuan?" tanya Dian sambil berfikir.

"Halah ngapain di pikirin sih yan, wong namanya temen lama ya wajar donk pingin ketemu, toh mungkin dia lagi ada waktu senggang juga."

"Iya sih, dia masih suka kamu kali Mar" Dian meledeku.

"Ihh apaan sih itukan cerita lama" bantah ku.

Semenjak kejadian siang itu, sekarang aku tidak berani berada di dalam kantor sendirian. Aku memilih ikut keluar ketika Dian atau teman kerja yang lain istirahat mencari makan. Sebenarnya setiap masuk ruangan itu, bulu kuduku juga masih sering merinding, belum lagi kalau ke toilet wanita disitu sudah jelas pasti aku selalu merasakan kehadiran mereka, tetapi untung saja tidak ada yang pernah menampakkan diri. Akhirnya jam menunjukkan pukul 5 sore, saatnya bersiap-siap untuk pulang.

"Mar, kamu jadi mau ketemu Febri?" Dian memastikannya lagi.

"Jadi donk yan, nanti di kafe deket rumah ku" jawabku santai.

"Terima aja Mar kalau dia nembak kamu" ledek Dian.

Aku hanya tersenyum sambil berlalu pergi meninggalkan Dian yang masih merapihkan meja kerjanya.

Sesampainya di kafe tempat janjian kami bertemu, kulihat sepertinya Febri belum sampai, jadi aku memesan terlebih dahulu es teh manis untukku yang lumayan haus saat itu. Sambil mengadu-aduk es teh , aku bermain-main dengan hp ku. Terdengar suara yang familiar di telinga ku.

"Hai mar, maaf yah telat. Udah lama nunggu?"

Ternyata Febri, dia tambah berotot, tinggi dan ganteng saja. Dengan seragam atasan warna putih khas petugas keamanan yang di tutupi dengan jaket bolanya, aku semakin terkesima saja di buatnya.

"Hai Feb, baru aja sampai kok. Maaf yah aku pesen minum dulu, tadi haus banget soalnya di jalanan kena macet"

"Iya gak papa lagi Mar, santai aja. Tadi aku sholat maghrib dulu, makanya telat."

Kami bercerita tentang masa SMA dulu, selalu lucu bila di ingat. Apalagi kami termasuk murid yang sering menjadi langganan terlambat masuk sekolah. Aku dan Febri sering memanjat pagar tembok halaman belakang sekolah untuk memasukinya. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Febri masih menjadi pribadi yang menyenangkan dan selalu memperhatikan ku. Apa dia masih menyukai ku yah?






Pelet Sang Suami (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang