Enja mencoba mengacuhkan ucapan Jiee, dia lelah menanggapi ini semua. Kenapa menjadi seperti ini, dia kan jadi malas sekali.
"Lah bang Enja plis lah bang" ucapnya penuh permohonan.
"Ya terus lo mau apa anjir, lo ini juga mau pergi sendiri kan tadi? Kenapa malah sekarang gue gk boleh balik?" Tanya Enja menyentak Jiee.
"Ya bukan itu masalahnya, kalo lo bilang Cashel gue kan bisa bahaya" Jiee nampak menunduk takut.
"Pasti motor gue disita sama nyokap gue, pasti gue bisa di marahin habis habisan dan gk dibolehin tinggal sendiri jadi mandiri gara gara Cashel tau intinya gue gk mau gitu"
"Jiee? Lo ngerap?!" Tanya Enja memekik kaget.
"Enggk tuh" jawab Jiee tidak sadar dengan apa yang baru saja dia lontarkan dari mulutnya.
"Setres nih anak" Enja meninggalkan Jiee kembali melangkah menuju arah motornya dan mengenakan helm.
"Arghh bang Enjaa!! Woy!! Gue cekek lo!!" Jiee berteriak frustasi sekarang melihat Enja yang hendak pergi.
Enja mendiamkan Jiee, dia mulai menghidupkan motornya dan menarik standarnya, tanpa memperdulikan rengekan dan teriakan dari bocah itu.
Namun yang Jiee lakukan malah menghadang Enja sembari merentangkan kedua tangannya, apalagi wajahnya terlihat sangat melas.
"Sumpah lo ya Jiee" kesal Enja sudah habis kesabarannya sekarang.
"Gue bakal halangi lo terus kalo lo balik" ucap Jiee keukeuh.
Enja pasrah, dia melepaskan helmnya dan menyangga motornya menggunakan kedua kaki.
"Oke gk balik, tapi gue mau kita keluar arena" final Enja pasrah melihat anak itu terus menunjukkan ekspresi wajah takut.
"Realy?" Jiee sedikit tak percaya oleh ucapan Enja baru saja.
"Iya anjing, cepetan" suruh Enja pada Jiee.
Bocah 19 tahun itu langsung antusias, Enja yang tadinya ingin berbohong jadi mengurungkan niatnya dan memilih mengikuti kemana Jiee akan membawanya pergi.
Meski dengan rasa kesal dan umpatan demi umpatan yang dia lontarkan, Enja masih mengikuti Jiee tidak ingin bocah itu kenapa napa.
Hingga dia sampai di suatu tempat, mansion? Mungkin. Rumah Jiee? Enja sendiri tidak tau karena ini pertama kalinya bukan. jika itu rumah mengapa sesepi ini, sepertinya tidak ada seorang pun dan aura kehidupan disana.
Enja mengikuti Jiee sampai halaman mansion tersebut, dimana Jiee langsung melepaskan helmnya dan membuka gerbang lebar lebar.
"Ngapain lo buka gerbang sampe selebar itu?" tanya Enja heran.
"Kan mobil gue dateng" ucapnya santai, sangat santai.
"Mobil? Hadiah tadi?" Tanua enia kembali, dia juga mulai turun dari motornya.
"Heem, ini mansion gue hasil dari hadiah taruhan balapan wkwk. Gk ada yang tau, yang kesini juga cuman gue buat cek beberapa barang barang gue, mobil dan motor gue di dalem" ucap Jiee.
"Dalem?" Enja semakin bingung sampai tidak bisa berfikir apa apa.
Jiee langsung berjalan kearah dimana itu terlihat seperti garasi, dia juga mengikuti Jiee karena suruhan dari sang pemilik rumah sendiri.
Dia menatap Jiee mulai membuka pintu garasi tersebut dengan susah payah, yang awalnya Enja tidak ingin membantu akhirnya hatinya bergerak untuk menolong Jiee.
"Hehe maaf, gue lumayan capek hari ini" ucap Jiee, dia memang terlihat sedikit loyo.
Enja hanya diam, lalu setelah garasi itu terbuka? Lah bukan garasi, hanya ada jalan turunan saja? Enja jadi melirik kearah Jiee dimana cowo itu melangkahkan kaki mulai turun kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me | Nosung [ End ✓ ]
Teen FictionEnja adalah seorang mahasiswa, dimana saat universitas Enja membuka pendaftaran ajaran baru dan membuat di kampus Enja menjadi ramai banyak anak didik baru. Hingga dimana Enja merasa pernah mengenal adik tingkatnya Jiee yang baru saja bertemu dengan...