Chapter 8

2.1K 212 3
                                    


Jennie POV

'Tenang Jennie, hanya satu jam lagi dan kamu akan baik-baik saja.'

Kami baru berkendara selama 30 menit dan aku sudah merasa seperti tercekik. Aroma segarnya memabukkan, mengingatkan aku pada malam itu. Aku belum pernah berduaan dengannya di tempat yang dekat sejak kejadian di kamar tidur ku.

Aku merasa pipi ku memanas saat mengingatnya, bagaimana aku bisa kehilangan kendali secepat itu? Kekuatan macam apa yang dia miliki atas diriku? Apakah karena matanya yang menunjukkan intensitas yang begitu besar? Mata itu, mata rusa betinanya yang besar, sangat mudah bagi ku untuk tersesat dalam mata cokelatnya yang dalam.

Sentuhan lembutnya yang melekat di pinggang ku, menarik ku lebih dekat ke tubuhnya. Gelombang dia menyentuh ku dengan begitu erotis dengan pahanya membuat ku mengeluarkan suara yang tidak dapat dikenali oleh diri ku sendiri. Betapa mudahnya bagi ku untuk menyerah dan kehilangan kewarasan ku hanya dengan satu sentuhan lembut darinya.

Namun, yang langsung membuat pikiran ku kosong saat merasakan bibirnya yang montok di kulit ku.

Aku sedikit menggigil, mengingat bagaimana kulit ku terasa panas akibat cara dia menelusuri bibirnya dengan begitu lembut pada kulit ku.

'What?'

Klik. Klik.

Aku kembali pada kenyataan karena mendengar suara kamera itu. Aku berkedip cepat, mengalihkan diri dari pikiran ku dan dengan cepat mengedipkan mata ke arah Lisa yang sepertinya mengambil beberapa foto ku. Dia mengerang,

"Tidak Nini! Tetaplah melihat lurus ke depan, aku mencoba untuk mendapatkan foto yang bagus untukmu!" Dia merengek. Aku terkesiap tak percaya pada suaranya,

"Sudah berapa lama kau memotret ku?" Aku ingin tahu. Dia tertawa kecil dan terus mengambil beberapa foto lagi sebelum memasukkan kameranya ke dalam tas kameranya.

"Beberapa menit yang lalu, kau terlihat melamun dan terlihat cantik saat melakukannya," jawabnya dengan santai. Aku merasakan bagian belakang leherku sedikit memanas, bagaimana bisa kata-katanya begitu cepat mempengaruhiku? Aku tidak pernah sebingung ini saat Hanbin memujiku, jadi kenapa dia bisa? Aku mengejek.

"Kau luar biasa," gumam ku. Dia terkekeh,

"Dan kamu mempesona sekali," katanya dengan yakin. Aku merasakan jantung ku berdebar dan pipi ku mulai memerah saat matanya mulai menatap sisi wajah ku. Aku bergeser dengan tidak nyaman dan berdeham,

"Hentikan itu." Aku mencicit. Secara mental, aku meraba-raba wajah ku sendiri untuk mendengar suara ku. Dia terkikik,

"Hentikan apa?" Dengan polosnya dia bertanya. Aku mengerang frustrasi dan mengertakkan gigi,

"Berhenti mengucapkan k-kata-kata itu!" Aku tergagap. Dia terkekeh dan bergeser sedikit lebih dekat ke arahku, membuat aroma manisnya yang segar semakin menyerbu hidungku. Dia mencondongkan wajahnya sedikit lebih dekat ke sisi wajahku,

"Kata-kata apa Nini?" Dia berbisik. Aku terkesiap pelan mendengar suara seraknya yang dalam. Itu nada yang sama yang dia gunakan pada malam itu, yang benar-benar membuat pikiran ku berkabut. Jantungku berdegup kencang, rasanya akan meledak setiap saat. Dia mengulurkan tangan dan meletakkan sehelai rambut ku di belakang telingaku dengan sangat hati-hati, seakan-akan dia tidak ingin mematahkannya. Aku menggigil saat jarinya menelusuri pipi ku dengan lembut.

"Seorang gadis cantik berhak tahu bahwa dia adalah definisi kesempurnaan, Nona Kim," bisiknya menggoda di telingaku yang membuatku merasa hangat di sekujur tubuhku. Aku mengencangkan genggaman ku pada setir dan mengertakkan gigi,

'Kendalikan Jennie! Kendalikan dirimu!'

"Kalau kamu tidak berhenti, aku akan menendang mu keluar dari mobil ini!" Suara gagap ku keluar. Dia tertawa dan duduk kembali ke kursinya.

You Happened (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang