Finale Part 1

1.6K 137 2
                                    


 Jennie's POV:

Mendengar jam waker ku berbunyi, mata ku langsung terbelalak. Senyum lebar mulai tersungging di bibir ku saat jantung ku mulai berdegup kencang.

'Date night!'

Aku membungkuk dan mematikan alarm. Aku duduk dan mengerang lega saat mulai meregangkan anggota tubuh ku. Aku melihat ke arah jendela dan tersenyum lembut sambil memikirkan Lisa. Dengan penuh semangat aku turun dari tempat tidur dan membuka tirai. Pemandangan Lisa di tempat tidurnya yang sedang tidur dengan mulut terbuka dan kepalanya menggantung di sisi tempat tidur dengan dahi raksasanya yang lucu membuat aku tertawa.

Aku berjalan ke arah nakas untuk mengambil ponsel ku dan mulai meneleponnya saat aku kembali ke jendela. aku menunggu sejenak tetapi dengan cepat mulai tertawa histeris melihat Lisa tersentak kaget hingga terjatuh dari tempat tidur. Dia buru-buru berdiri dan mulai mencari ponselnya dari jurang yang disebutnya tempat tidur. aku tertawa kecil saat dia melempar selimut tapi mendesis melihat bagaimana ponselnya terbang dari selimut dan menghantam dinding. Dia berlari ke arahnya dan dengan cepat menjawab telepon tanpa melihat ID penelepon.

"Siapa pun yang menelepon pada jam 6 pagi sebaiknya memiliki alasan yang kuat." Dia dengan marah berkata. Aku mengangkat alis ku dengan geli,

"Selamat pagi juga untukmu," kataku menggoda. Aku mendengar dia mengumpat dalam hati dan berlari ke arah jendelanya. Dia tersenyum malu-malu kepada ku,

"Kau melihat semuanya, bukan?" Dia bertanya. Sambil menyeringai, aku mengangguk perlahan,

"Ya, benar." Dia mengerang kesal tetapi tetap tersenyum.

"jadi tidak suka? Turn off ?" Dia bertanya. Aku menyeringai dan mengangkat bahu,

"Siapa yang tahu." Aku membalas dengan sombong. Seringai perlahan-lahan tersungging di bibirnya yang montok,

"Apakah aku akan mengetahuinya malam ini?" Dia bertanya dengan menggoda. Aku memutar bola mata saya pada keberaniannya. Dia tak kenal lelah, pikirku dalam hati saat aku mulai merasakan bagian belakang leherku memanas mendengar suara seraknya di pagi hari. Tidak peduli berapa kali kami melakukan perbuatan itu atau berapa kali kami berciuman, aku rasa aku tidak akan pernah terbiasa.

"Bukankah masih terlalu dini bagi orang mesum untuk berbicara manoban?" Aku bertanya. Dia menyeringai dan mengangkat bahu,

"Bukankah masih terlalu dini untuk terlihat secantik itu Kim?" Dia bertanya dengan menggoda, membuat pipiku sedikit memerah. Aku menyipitkan mata ke arahnya dan membuatnya tertawa kecil.

"Tunggu, kau dengar sesuatu?" Tiba-tiba dia bertanya sambil melihat ke sekeliling kamarnya. Aku mengernyitkan alis dengan bingung sambil melihat ke sekeliling kamar ku. Aku mengalihkan pandangan ku kembali padanya dan menggelengkan kepala.

"Tidak, ada apa?" Aku bertanya. Aku mengerang kesal ketika seringai mulai kembali muncul di bibirnya.

"Sudahlah, aku pikir itu adalah debar keras dari hati mu. Ada yang jatuh cinta." Dia tertawa saat aku mulai mengangkat jari tengah ku ke arahnya. Aku buru-buru menutup gorden.

"Aish kau menjengkelkan." Aku bergumam. Dia tertawa kecil dan melanjutkan.

"Ngomong-ngomong, aku mengantar mu sekolah. Tanganku sudah sembuh total. Pasti karena jus manismu-" Aku segera memotongnya, merasakan pipi ku mulai memerah lebih dari sebelumnya.

"Y-yah! Sampai jumpa Nona cabul!" Aku menutup telepon saat mendengar tawanya yang menular, menjengkelkan, namun lucu. Aku menggelengkan kepala, sedikit menyeringai melihat kebodohannya. Mendengar nada SMS ku, aku kembali menatap ponsel ku dan mulai menggigit bibir bawah, menahan senyum.

You Happened (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang