Chapter 20

2.1K 185 3
                                    

Lisa's POV:

"Hei, bisakah kamu datang? Kita harus bicara." Jennie berkata melalui telepon. Aku memperhatikan punggungnya yang sedang menyandarkan perutnya ke meja.

Perlahan-lahan aku berjalan di belakangnya.

"Aku tidak bisa mengatakannya melalui telepon," katanya. Aku mendengar nafasnya tersengal-sengal saat aku berdiri di belakangnya,

membiarkan panas dari tubuh ku memancar ke arahnya. Dia menggigil dan mengencangkan genggamannya pada telepon saat aku mulai menggerakkan rambutnya ke satu sisi lehernya dan dengan lembut menyapukan bibirku pada sisi lehernya yang terbuka.

"I-ini sangat p-penting." Dia tergagap saat aku perlahan-lahan mulai meletakkan tangan ku di pinggangnya. Dia tersentak saat aku menyentuh kulitnya di bawah t-shirtnya dengan jari-jari ku,
menyeringai saat kulitnya mulai terasa panas karena sentuhan ku. Dengan tangannya yang bebas, dia mencengkeram meja dengan erat saat aku benar-benar menempatkan tangan ku di bawah bajunya, membelai perutnya yang kencang secara sensual. Dia terengah-engah saat aku mulai menghisap kulitnya dengan lembut.

"J-jadi datanglah...! Oke? S-sampai jumpa!" Dia buru-buru menutup telepon dan membantingnya ke meja. Dia mendorongku dan membalikkan tubuhnya menghadapku. Matanya menunjukkan sedikit kekesalan dan kilatan nafsu.

"Apa-apaan Lisa?" Aku tertawa kecil dan berjalan mendekatinya lagi,

"Jangan bersikap seolah-olah kau tidak menyukainya." Aku berkata dengan menggoda. Dia memutar matanya dengan pipi memerah dan mengangkat tangannya untuk menghentikan ku.

"Tidak! Sekarang giliranmu, telpon Kang." Dia dengan tegas menyatakan. Aku tertawa kecil dan memutar bola mata,

"Ya, Baiklah Nona." Aku mengambil ponsel ku dan keluar dari ruangan, tidak lama kemudian aku langsung menempelkan bibir ku di pipinya.

Aku tersenyum melihat wajahnya yang memerah dan beranjak dari dapur. Aku membuka kontak ku dan dengan cepat mengklik nama Seulgi. Memulai panggilan, aku mengangkat ponsel ke telinga ku dan dengan sabar menunggunya menjawab.

"Halo?" Dia menjawab.

"Hei!" kata ku dengan penuh semangat. Dia terkikik,

"Hei apa kabar?"

"Baiklah... dari mana aku harus memulai nya ya.." Aku mendengar dia terkesiap,

"Jangan katakan padaku! Apakah hal jenlisa ini akhirnya menjadi kenyataan?" Dia bertanya dengan penuh semangat. Saya mengerutkan alis dengan bingung,

"Jenlisa? Jika yang kau maksud adalah Jennie dan aku, maka jawabannya ya." Dengan percaya diri aku menjawab. Aku mendesis kesakitan dan menarik telepon dari telinga ku saat Seulgi mulai menjerit keras. Aku tertawa kecil dan meletakkan telepon itu kembali ke telinga,

"Itu bagus sekali! Tapi sial, aku akan merindukan lidah dan jari-jari panjangmu." Dia merengek. Aku tertawa dan sedikit tersipu,

"Ada banyak lidah dan jari lain di luar sana." Aku menggoda tapi langsung tersentak saat mendengar suara Jennie berdeham. Perlahan-lahan aku menoleh dan menelan ludah dengan gugup melihat bagaimana dia memperhatikan ku dengan mata menyipit kesal. Sambil menyeringai gugup, aku mulai berbicara dengan terbata-bata,

"H-hey Seul? Aku harus pergi." Dia terkekeh,

"Aku rasa dia mendengarkan pembicaraan kita?" Aku tertawa kecil dan mengangguk, sambil mempertahankan kontak mata yang intens dengan anak kucing yang sedang marah itu.

"Yup!" Dia tertawa keras hingga membuatku tersipu malu. Mata Jennie mulai mengeras melihat wajahku yang memerah.

"Oke oke, aku akan melepaskanmu! Bersenang-senanglah Lisa! Aku benar-benar bahagia untukmu!" Aku tersenyum penuh syukur,

You Happened (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang