Chapter 13

1.7K 205 3
                                    


Lisa's POV:

Sudah lama sekali aku tidak menangis.

Terakhir kali aku menangis karena alasan yang sama.

Dengan gugup aku turun dari motorku dan mulai berjalan menuju sekolah. Di sudut mataku, aku melihat pemandangan Jennie bersama Hanbin, membuatku berhenti dan menatap ke arahnya. Aku mengertakkan gigi saat melihatnya. Dia memeluknya di atas mobilnya dengan tangan di lehernya sambil tersenyum lebar. Aku menelan gumpalan yang terbentuk di tenggorokanku dan mulai berjalan menuju gedung sekolah.

Sebelumnya pemandangan itu tidak akan mengganggu ku, aku akan menghampiri mereka dan merusak momen kemesraan mereka, tapi hari ini bukan hari ku. Aku hanya memiliki waktu satu jam untuk tidur, mata ku sakit karena menangis sepanjang malam, tenggorokan ku sakit karena isak tangis yang keluar dari tenggorokan ku dan ada wanita yang ku sukai dalam pelukan pria lain yang tersenyum dengan senyumannya yang indah dan gummy smile yang ku kagumi. Aku lelah secara mental dan fisik, aku hanya ingin melarikan diri sejenak.

Aku tiba-tiba berhenti dan berbalik, aku harus segera pergi. Namun, rupanya Tuhan memiliki rencana lain dan memutuskan untuk membuat hari ku menjadi lebih buruk. Segera setelah aku berbalik, aku langsung bertabrakan dengan sosok mungil. Aku mengerang kesakitan dan frustrasi saat orang itu dan aku jatuh ke tanah secara bersamaan.

'Kenapa aku selalu menabrak orang?!'

Mendengar suara terengah-engah, aku segera mengangkat kepala dan ikut terengah-engah.

"Nayeon?" Senyum langsung merekah di wajah ku saat melihat wajah ramah yang tidak asing lagi. Dia tersenyum lebar sebagai balasannya,

"Lisa?" Kami berdua berdiri dan langsung saling berpelukan. Kami menarik diri dan tersenyum penuh semangat,

"Ya ampun, senang sekali bisa bertemu dengan mu!" Dia berkata dengan hangat. Aku mengangguk,

"Senang bertemu denganmu juga! Aku tidak tahu kamu sekolah di sini!" Aku berkata dengan penuh semangat. Dia tersenyum malu-malu,

"Aku juga tidak tahu! Ini gila!" Katanya sambil tertawa. Aku pun ikut tertawa namun tidak seantusias dia, sayangnya dia menyadarinya dan langsung berhenti.

"Are you okay?" Aku merasa air mata ku hampir jatuh dengan pertanyaan itu. Sungguh gila bagaimana hanya dengan tiga kata dapat memicu sesuatu dalam diri mu. Aku menggelengkan kepala dan tersenyum sedih,

"Apakah kau ingin melewatkan kelas pertama dengan ku?" Aku bertanya. Dia menatap ku dengan rasa ingin tahu, tetapi melihat keputusasaan di mata merah ku yang bengkak, dia menghela napas dan mengangguk.

"Kamu mau pergi ke mana?" Dia bertanya. Aku mengangkat bahu,

"Belum terpikirkan, aku hanya ingin berkeliling sampai menemukan tempat untuk menjernihkan pikiran." Aku berkata dengan lembut. Dia tersenyum hangat dan mengangguk,

"Kita bisa pergi ke tempat pacarku bekerja! Dia adalah seorang mahasiswi dan bekerja di tempat kopi yang sangat cantik dekat sini!" Dia berkata dengan penuh semangat. Aku tertawa kecil dan mengangguk,

"Kedengarannya seperti sebuah rencana yang bagus." Kami berjalan menuju motorku. Aku sedikit tegang saat kami berpapasan dengan Jennie dan Hanbin sekali lagi, tapi kali ini aku merasakan sepasang mata menatapku. Dan karena aku tahu itu adalah mata kucing yang familiar, aku memutuskan untuk mengabaikannya. Aku merasakan sebuah tangan di lenganku,

"Kau baik-baik saja?" Nayeon bertanya dengan lembut. Aku menghela napas dan tersenyum sedih ke arahnya,

"Tidak." Aku berkata dengan jujur. Dia meraih tangan ku ke tangannya dan meremasnya sedikit, meyakinkan ku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aku tersenyum penuh terima kasih padanya dan mulai menariknya ke arah motor ku. Aku tertawa saat Nayeon dengan bersemangat menjerit saat melihatnya.

You Happened (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang