Chapter 24

1.6K 139 1
                                    


Lisa's POV :

"Dasar pengacau." Aku bergumam kesal pada diri sendiri. Saat Jennie dan aku keluar dari mobil, semua mata tertuju pada kami. Seolah-olah mereka masih belum terbiasa dengan fakta bahwa Jennie tidak sedingin dia sebelum aku datang. Jennie terkekeh saat dia mulai menarik ujung kemeja ku, menyeret ku ke pintu masuk sekolah.

"Abaikan saja mereka. Aku biasanya begitu."

Aku hanya bersenandung menanggapi dan terus menyipitkan mata ke arah para siswa yang lewat yang menatap ke arah kami. Namun, mereka dengan cepat mundur karena takut bertemu dengan mata ku yang tajam. Aku terganggu dari lamunan gelap ku ketika aku mendengar tawa kecil dari samping. Aku menoleh untuk melihat Jennie dengan ekspresi geli yang terpancar dari wajahnya yang lembut.

"Apa?" tanya ku. Dia tersenyum lebar dan mengangkat bahu,

"Tidak ada, aku hanya berpikir bukannya aku yang ice princess di sekolah." Katanya dengan menggoda. Aku memutar bola mata dan menyenggol sisinya dengan main-main.

"Percayalah, kau sama sekali bukan ice princess." Dia mengejek dengan nada kesal yang palsu.

"Dan kau akan tahu nanti!" Dia berkata dengan sinis.

Aku tersenyum ke arahnya dan mendekat ke arah telinganya, membiarkan bibirku menyentuh telinganya yang membuatnya sedikit menggigil.

"Jangan seperti aku tidak suka, hon." Aku menarik diri dan tersenyum puas melihat pipinya yang memerah. Sangat mudah untuk menggoda anak kucing yang sedang marah. Dia menyipitkan matanya ke arah ku dan menepuk lengan ku sebelum berjalan menjauh dari ku dan menuju ke arah kelompok teman-teman kami. Aku tertawa dan mulai bergegas ke sampingnya sambil meletakkan lengan ku dengan malas di bahunya. Aku meringis kesakitan saat dia menyikut sisi perut ku sehingga membuat para gadis tertawa terbahak-bahak.

"Aish hari baru saja dimulai dan mereka sudah bertengkar." Yeri berseru dengan ceria. Aku tertawa kecil dan mengangkat bahu,

"Aku tidak bisa menahannya. Aku suka ketika mereka bermain dengan susah payah." Aku berkata dengan tenang, mendapatkan cemoohan kesal dari Jennie dan tawa kecil dari para gadis lainnya. Joy menatap kami dengan curiga,

"Jadi, kapan kalian berbaikan?" Dia bertanya. Aku melihat Jennie menelan ludah dengan gugup di sudut mata saya saat mendengar pertanyaan Joy. Untuk meringankan suasana hati dan mengakhiri kecurigaan mereka, aku melingkarkan lengan ku di pinggangnya dan menariknya ke sisi ku sambil tersenyum cerah.

"Tentu saja, kamu tidak akan pernah bisa jauh dari Manoban." Aku mengangkat tangan dan mulai mencubit pipinya. Aku tertawa saat dia mengerang kesal dan mendorong ku menjauh, bergegas ke Irene dan bersembunyi di belakangnya.

"Jauhkan setan itu dariku." Dia sangat jengkel. Irene memeluknya dengan cara keibuan dan menatapku dengan penuh canda.

"Apa yang telah kau lakukan pada putriku?" Dia bertanya dengan menggoda. Sebelum aku bisa mengatakan apa-apa, aku melihat mata Irene berkedip di belakang ku dan ada sedikit rona merah di pipinya. Aku mengikuti tatapannya dan menyeringai saat kesadaran menyergapku. Seulgi sedang bersandar di dinding sambil berbicara dengan teman sekelasnya, Seulgi, menyandsrkan tubuhnhya ke dinding tapi terus menatap ke arah Irene.

'Kapan ini terjadi?'

Aku tertawa kecil dan berteriak memanggil seulgi, mengabaikan mata dingin anak kucing ku yang membakar bagian belakang tengkorak ku.

'Nini yang cemburu adalah Nini yang menggemaskan.'

"Yo Seulgi!" Dia menoleh ke arahku dan tersenyum lalu permisi. Aku mengedipkan mataku pada Irene yang dengan cepat melepaskan Jennie dan merapikan rambut dan pakaiannya. Aku menggigit bagian dalam pipiku melihat bagaimana gadis itu tidak menyadari hal ini. Seulgi melangkah ke arah kami, menjaga tatapannya ke arah Irene.

You Happened (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang