06 • HE'S ALAN

70 55 2
                                    

Tingnung!

Tingnung! tingnung!

Tingnung! tingnung! tingnung!

TINGNUNG!!!!!!!!

Ela menoleh ke arah pintu, lalu 5 detik kemudian ia berfikir. Apa hari ini tidak akan ada ketenangan untuk dirinya? kenapa banyak sekali gangguan yang menimpanya sedari pagi di hari libur? ini tidak adil, perempuan itu hanya ingin bersantai, itu saja, kenapa sangat sulit untuk menggapainya. Yang hanya ada di pikiran perempuan itu saat ini adalah-

sejauh apapun lo berlari, takdir akan terus ngejar lo!

Tepatnya, itu quotes yang ia ambil dari sebuah buku novel kesukaan nya. Sebuah kesenangan baginya disaat membaca buku, apalagi di temani oleh makanan-makanan ringan dan coklat panas yang menemaninya di tengah malam yang dingin. Sebuah hobi? mungkin saja, apalagi kalau itu sebuah buku novel remaja yang bergenre romance dan sad ending.

Perempuan itu berusaha untuk tenang dan mulai berfikir positif, mungkin saja itu bukan orang yang akan membuat nya bertambah kesal bukan? Ela menghela nafas lembut lalu beranjak dari meja makannya dan berjalan menuju pintu depan yang tertuju pada gerbang rumahnya.

Tingnung!

"Sabar, lama-lama gue copotin gigi lo satu-satu biar ompong sekalian!"

Ela membuka pintu gerbang depan rumahnya yang berwarna putih bersih dengan dekorasi bunga berwarna kuning, ia menggeser gerbang itu perlahan seraya mengintip dari sela-sela gerbang yang berlubang.

Tingnung!

"Lo bisa sabar ngg-"

Ela termenung, menatap tajam adanya seorang cowok gagah berbadan tinggi, dan berwajah tampan yang berdiri di hadapan nya saat ini.

"El-elo?!"

"Apa kabar peri kecil gue, Ela." Itu Gano.

Cowok berbaju putih dengan jaket hitam khas nya memberi kesan bad-boy yang sangat nyata.

"Buat lo," cowok itu menyodorkan sebuah boneka kelinci berwarna putih dan telinganya yang menjuntai panjang berwarna merah muda yang sangat lucu.

Sepasang mata milik Ela kini membulat, tak bisa di pungkiri lagi, boneka itu memang benar-benar menggemaskan.

"Lucu banget, kayak bubu." Bubu-kelinci peliharaan Ela.

Gano menarik kedua sudut bibirnya yang melukiskan sebuah lengkungan manis.

"Ekhem," deham Gano, ia sengaja mengkode Ela yang sedari tadi terfokus pada boneka yang diberinya.

"Apa lo," ucap Ela tegas.

"Lo nggak kangen sama gue, El?"

"Kangen."

"Peluk gue ya?"

"Nggak jadi kangen, NAJIS!"

"...."

Senyuman yang terlukis di wajah Gano seketika punah begitu saja ketika melihat perempuan yang ada di hadapannya pergi meninggalkan dirinya sendirian di luar tanpa rasa bersalah.

Padahal hari ini adalah pertemuan pertama mereka setelah 2 tahun berpisah, karena Gano harus menyelesaikan pendidikan nya di Universitas yang ada di Amerika.

"DASAR ADEK JAHANAM!" teriak Gano ikut masuk kedalam menyusul adiknya, Ela.

✎✎✎

HE'S ALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang