Tak terasa hari yang paling menebarkan sudah tiba, lomba Olimpiade Internasional tahun ini akan di langsung kan dalam beberapa jam lagi, SMA Bakti Nusa sudah bersiap-siap untuk berangkat ke lokasi perlombaan yang di mana ada belasan sampai puluhan sekolah yang akan menjadi lawan SMA Bakti Nusa nantinya. Tapi, mereka sudah mempunyai bekal yang sangat banyak, mereka bertiga sudah mempersiapkan nya dengan sangat baik. Takut, itu masih di rasakan oleh ketiga nya. Tapi rasa ragu tidak pernah ada di dalam pikiran mereka bertiga. Selama masih ada rasa kerjasama yang begitu kuat, mereka pasti bisa melakukan nya, meskipun harus merelakan keringat dan pikiran yang sangat melelahkan dan menguras tenaga tentunya.
Hari ini, tepat pukul jam 4 pagi, ketiga peserta perwakilan SMA Bakti Nusa sudah berada di kamar mereka masing-masing. Yap, mereka bertiga di pesan kan masing-masing sebuah kamar hotel. Alan, Farel, dan Ela berbeda ruangan.
"Semangat, El. Kalau ada apa-apa, telfon gue aja, ya?" tuturnya kepada Ela, gadis itu hanya menganggukkan kepalanya dan kembali berjalan menuju ke dalam kamar yang sudah di pesan kan oleh Pak Bima.
"Selamat berjuang untuk hari ini, El."
Begh!!
"Duh, sorry, Bro. Gue sengaja." Ujar seorang cowok asing kepada Alan, tatapannya sinis dengan senyuman miring yang memilukan. Cowok itu tidak segan-segan mendorong tubuh Alan ke tembok tanpa rasa bersalah, "Jangan menghalangi jalan," finalnya melanjutkan langkahnya masuk ke dalam, cowok itu satu hotel dengan Ela. Bagaimana bisa? Apakah cowok itu juga salah satu peserta Olimpiade Internasional hari ini? Ah sudah lah, tidak usah dipikirkan. Ini juga salah Alan sudah menghalangi jalan kan.
"Bodo, ah! Mending lanjut tidur."
✎✎✎
Masih ada empat jam lagi untuk bersiap-siap, mentari juga masih belum menapakkan dirinya, Ela saat ini masih menikmati sarapannya yang sudah di siapkan oleh kakak laki-laki nya yang terlalu memanjakannya.
"Enak banget, seperti biasanya, hehe." Kekeh Ela menyantap masakan kakak nya.
Gano juga ikut menyantap sarapannya seraya tersenyum girang karena melihat wajah adik kesayangan nya yang masih bisa menikmati masakan walau dari kejauhan.
"Habisin," suruh nya.
Ela mengangguk pelan, "Siap! Laksanakan, Kapten."
Mereka berdua sedang melakukan videocall, dengan begini komunikasi adik kakak ini masih bisa berjalan layaknya seperti hari-hari biasa.
"Gimana? Enak nggak nginep di hotel?" Tanya Gano kepo.
Gadis itu memanyunkan bibirnya, "Lebih enak di rumah, ada lo."
"Ada Alan?"
"Idih, apaan sih?" Sinis Ela tak mengerti, kenapa kakaknya ini selalu menyebutkan nama Alan, Alan, Alan, dan Alan di setiap kegiatannya.
"Nggak, lanjut makan deh, sono." Lirih Gano.
"Nyenye, lama-lama yang jodoh sama Alan lo lagi, iwh!"
"Astaga, El. Jahat bener bibir lo."
"Lah, suka-suka gue, gue kan adeknya. Adek berkuasa atas nama Abangnya!"
"Iyain, deh."
Tak berselang lama, Gano membuka mulutnya. Tapi entah apa yang ada di pikiran Ela saat itu, ia terkejut setengah mati setelah mendengar nya.
"Btw, si Ratu itu di mana? Dia nggak ikut sama lo?" Tanya Gano seraya memasukkan bubur ke dalam mulutnya.
"Anjir! Lo kenapa nanyain si Ratu? Naksir lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S ALAN
Teen FictionDia Alan, seorang siswa yang cukup terkenal di SMA bakti nusa. Bukan hanya tampang nya yang rupawan, ia juga memiliki prestasi yang bisa membuat para makhluk hidup melongo. Harta, fasilitas mewah, teman, keluarga, prestasi, fans, kekasih, bahkan ke...