16 • HE'S ALAN

31 10 3
                                    

"Beneran?!"

"Iya, Ma. Sekolah Alan juara pertama, hehe."

Tenggelam lah Alan ke dalam pelukan seorang wanita berparas cantik berumur 35 tahunan itu, ia Luna, seorang ibu dari Alan Kavindra. Andai saja Kavindra sang ayah ada di sini, mungkin ialah yang menjadi orang paling bangga di dunia ini.

"Mah," panggil Alan, ia merasakan ada belaian lembut di kepalanya.

"Iya, Nak. Kenapa?" Jawab Luna, tangannya masih membelai helai-helaian rambut kecoklatan milik anak semata wayangnya itu.

Alan tersenyum, menatap kedua manik cantik Luna, lalu berkata, "Alan pengen curhat, boleh Alan cerita sambil tiduran di paha Mama?" pintanya, itu adalah tempat ternyaman bagi seorang Alan.

"Sini," sahut Luna seraya menepuk-nepuk paha nya, ia seakan memberi kode kepada sang anak.

Mendengar itu, Alan segera meletakkan kepalanya di sana.

"Jadi, Alan mau cerita apa?" Tanya Luna, ia mulai membelai kepala sang anak kembali.

"Alan pengen tau, kapan pertama kali Mama sama Papa ketemu?"

Luna terkekeh pelan. "Pertama kali ketemu, ya?" Alan mengangguk, "Mama sama Papa itu pertama kali ketemu waktu SMA kalau nggak salah, memang nya kenapa? Kok tiba-tiba sekali Alan menanyakan itu?"

"Nggak apa-apa, Ma. Alan cuma pengen tau aja, terus, apa yang membuat Mama sama Papa bisa ketemu?"

"Kalau di tanya kenapa, mungkin karena kebetulan, Nak."

Alan mengernyitkan dahinya. "Loh, kebetulan kayak gimana, Ma?"

Luna tersenyum tipis, dengan jari-jari tangannya yang masih lihai membelai kepala Alan, dan salah satu tangannya lagi yang erat menggenggam tangan Alan. "Papa kamu dulu kan playboy. Terus Mama waktu itu juga playgirl. Papa sama Mama dulu itu mutusin buat pacaran ya cuma buat seneng-seneng aja, nggak ada niatan buat serius." Jelasnya yang membuat Alan semakin bingung.

"Terus, kenapa Papa sama Mama bisa bareng sekarang?"

"Waktu itu, Papa kamu terpilih jadi ketua OSIS dan Mama jadi sekretaris pribadinya Papa. Nah, dari kejadian itu Papa sama Mama keterusan bareng-bareng."

"Oh, keren ya, playboy and playgirl bersatu ria. Dan anehnya, anak dari mereka ini setia, haha," tawa Alan lepas membuat sang Mama — Luna ikut tertawa saking lucunya suasana hati mereka saat itu.

"Mah," panggil Alan, membuat tawa-tawa yang tadinya memenuhi ruang tamu menjadi hilang.

"Iya, Nak?" Balas Luna.

"Kalau Mama selalu membayangkan wajah Papa di setiap harinya, terus kalau Mama ngeliat ada Papa, Mama ngerasa pengen banget buat samperin Papa, nggak pengen jauh, dan juga nggak pengen ngeliat Papa sedih, itu namanya apa?"

Luna sedikit bingung memikirkan jawaban nya, tak berselang lama, wanita itu menjawab. "Kalau seperti itu, artinya Mama punya perasaan terhadap Papa."

"Nah, Alan lagi ngerasain itu sekarang," ungkap nya.

Kedua mata Luna terbelalak, ia terkejut bukan main, anak satu-satunya itu mempunyai rasa kepada siapa?

"Siapa perempuan itu, Al?" Tanya nya butuh jawaban.

Alan sontak bangkit, ia duduk dan mendekat ke arah telinga Luna. "Putri Elania senja, anak kelas 11 MIPA 3, Alan baru aja suka sama dia waktu pertama kali ketemu, di kelas Alan sendiri, 12 MIPA 1." Bisik nya, lalu masuklah dia ke dalam kamar pribadi nya.

Luna, yang saat itu hanya bisa terdiam, pikiran nya masih berputar-putar, menjelajahi waktu dan teringat masa lalu. "Ela? Apa dia Ela? Bidadari nya Aa?"

HE'S ALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang