07 • HE'S ALAN

80 47 8
                                    

13 tahun yang lalu.....

Teriknya panas matahari siang hari ini sungguh membuat kulit orang-orang terbakar, termasuk ketiga bocah kecil yang berada di taman belakang rumah Kavindra yang letaknya tidak terlalu jauh dari pintu masuk.

"Kalian berdua nggak mau masuk ke rumah aja? Neduh di dalam sambil minum susu coklat kayaknya enak deh, Al," ujar Gano yang masih berumur 9 tahun itu mengipas-ngipasi wajahnya dengan telapak tangannya.

Dengan cepat Alan menolehkan kepalanya, menatap Gano dengan senyum merekah nya yang sangat lucu. "Uu okat? Atu mau!" — Susu coklat? Aku mau!

Sekarang, pandangan Alan tertuju pada balita cantik berumur 2 tahun yang sedang sibuk dengan mainannya.

"Eya, tamu dak mau uu okat? Ayo ninum uu, Ey!" — Ela, kamu nggak mau susu coklat? ayo minum susu, El?

Gano yang mendengar itu terkekeh pelan, betapa lucunya kedua balita ini, Alan yang saat itu masih berumur 4 tahun dan Ela yang berumur 2 tahun, sungguh menjadi kesenangan tersendiri untuk dirinya.

Gano mengacak-acak rambut Alan pelan. "Udah, Al. Ela masih belum mengerti apa yang kamu katakan barusan, masih bayi dia itu." Katanya lirih.

"Oh iya, Eya kan, masih bayi. Eya masih belum au atu nomong apa kan, Kak?" Bocah berumur 4 tahun itu beranjak dari tempat nya, mencium pipi Ela yang gembul dengan penuh kasih sayang.

"Nanti, kalau Aa sudah besal, Aa janji. Eya akan jadi bidadali cantik yang selalu tesenyum, Aa akan selalu ada buat tamu, Ey."

"Aamiin, Al. Yaudah ayo masuk, kita minum susu bareng-bareng."

Alan melompat-lompat kegirangan. "Yey, uu okat, Aa datang!" Teriak Alan heboh.

✎✎✎

"Ini susu coklat nya, Sayang." Ucap Luna — Mama Alan.

Alan berlari menuju ke arah mamanya berdiri, ia berniat untuk mengambil sodoran dua kotak susu coklat dingin. Bocah itu mendongakkan kepalanya, menatap wajah cantik mamanya yang tersenyum kearah nya.

"Telimakasih, Mama na, Aa."

Luna berjongkok, menyetarakan tinggi badan nya dengan anak nya itu.

"Sama-sama, anaknya mama yang ganteng."

Alan menyengir, mengambil sodoran kotak susu coklat yang dipegang oleh mamanya.

Tak berlangsung lama, bocah berumur 4 tahun itu mengerutkan dahinya, menatap kedua manik hitam Luna dengan penuh rasa kecewa. "Ma? kenapa cuma satu uu na?" tanya bocah itu kecewa.

Luna tersenyum, memang benar ia hanya memberikan satu kotak susu saja, dan yang satunya tetap ia genggam erat di tangan kirinya.

"Aa mau minum dua kotak susu sekaligus?" tanya Luna, ia tersenyum tipis.

Alan menggerutu kesal, sesekali ia mengacak-acak rambut hitam pekatnya yang lebat. "Endak, Ma. Aa mau kasih itu ke bidadali nya Aa," ucapnya seraya menunjuk kotak susu yang dipegang oleh mamanya.

"Bidadari?"

Alan menganggukkan kepalanya cepat. "Iya, Ma."

"Aa? Siapa dia?"

"Eya, Ma! Eya, itu aja Mama kok endak au, sih!" kesal Alan semakin menjadi-jadi.

Mendengar itu tentu saja membuat Luna terkekeh pelan, Alan itu masih kecil, bisa-bisanya ia mengerti tentang hal begituan. "Oalah, jadi, Eya itu bidadali nya, Aa?" Alan mengangguk cepat lalu beberapa detik kemudian ia mengambil sodoran susu coklat yang tadi dipegang oleh mamanya.

HE'S ALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang