"Senja mata lo! Nama gue Ela!!" Gadis itu terlihat murka.
"Sama aja, kan ada Senja nya." Elak cowok itu.
"Panggil Ela aja," pinta Ela.
"Nggak mau, gue akan manggil lo Senja. Itu panggilan khusus dari gue," tolak cowok itu tersenyum miring.
Ela menghela nafas kasar. "Huh, serah lo, deh." Pasrah nya.
"So, lo kenal sama Alan? Berarti lo anak Bakti Nusa dong?"
Ela mengangguk cepat. "Yap, gue anak Bakti Nusa. Kenapa? Kepo?" Tanya gadis itu, tapi terdengar bukan seperti pertanyaan, melainkan ejekan yang membuat cowok itu semakin menajamkan senyuman dan tatapannya.
"Hei, gue cuma nanya doang. Nggak usah kayak gitu. Ntar cantiknya hilang," katanya menggoda.
Apa-apaan! Baru saja bertemu untuk kedua kalinya tapi sudah berlagak sok akrab begini. Pasti ada niat di balik sikap sok akrab nya itu. Seperti nya.
Gadis itu mengambil kandang kecil yang berisikan Bubu di dalam nya, setelah ia meletakkan kandang itu ke atas meja, tak disangkanya akan kejadian mengejutkan yang menimpa sosok cowok aneh itu.
"Hasyim!"
Cowok itu bersin untuk beberapa kali.
"Heh lo kenapa, jangan nyebarin virus ke gue!" Ucap Ela tak terima.
Dengan terbata-bata cowok itu menjawab. "I-itu kelinci lo?!" Ela mengangguk.
"JAUH-JAUH DARI GUE, HUSH!" Usir nya seraya memukul pelan pundak gadis yang menjadi lawan bicaranya saat itu.
Flo tidak bisa menemani Ela, karena ia sudah di telfon oleh sang Bunda untuk mengantarkan nya ke pasar. Ela ingin sekali ikut bersama sahabat nya itu, tapi cowok itu terus berusaha mencegah Ela pergi.
"Kenapa lo? Badan doang kekar, mental ciut!" Ejek Ela.
"Gue alergi bulu hewan, Senja!" Ungkap cowok itu jujur, seraya menutup kedua lubang hidung nya agar tidak di masuki helaian bulu Bubu seperti tadi.
"Oh, alergi ya?" Gadis itu menggendong Bubu, menatap cowok itu dengan senyuman merekah nya yang menyeramkan.
"Lo mau apa?!" Sentak cowok itu melangkah mundur.
"Lah kok mundur? Bubu gue pengen kenalan, nih!" Ucapnya mengejar cowok itu yang berlari ke arah luar cafe. Dengan seekor kelinci yang masih berada di dalam genggaman nya.
....
Gleg! Gleg! Gleg!
Lelah sudah kaki kedua remaja itu, berlarian ke sana kemari bagai anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran. Kini keduanya berada di toko untuk membeli pereda haus yang menyegarkan.
"Huh, capek banget gue," eluh Ela yang duduk berdampingan dengan sosok cowok tadi.
"Lo sih, tau gitu gue nggak kasih tau ke lo kalau gue alergi bulu hewan," balasnya kini dengan nada rendah. Memberikan kesan cool karena suaranya yang berat dan sedikit kasar.
"Hehe, sorry." Kekeh Ela pelan.
Keduanya kini sedang berbincang-bincang, entah apa topik mereka saat itu, tapi yang jelas masih berhubungan dengan SMA Bakti Nusa dan salah satu murid andalannya, Alan Kavindra.
"Senja," panggil cowok itu.
Ela sontak menoleh ke arah asal suara itu. "Hah?" Jawabnya singkat.
"Lo beneran kenal sama Alan?" Ela mengangguk mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S ALAN
أدب المراهقينDia Alan, seorang siswa yang cukup terkenal di SMA bakti nusa. Bukan hanya tampang nya yang rupawan, ia juga memiliki prestasi yang bisa membuat para makhluk hidup melongo. Harta, fasilitas mewah, teman, keluarga, prestasi, fans, kekasih, bahkan ke...