12 • HE'S ALAN

46 30 0
                                    

"Mana dasi lo?"

"SMA Bakti Nusa pernah ngajarin anaknya kutekan?"

"Itu bedak apa tepung? Dempul banget!"

"Heh kembar, siapa yang bolehin makai kacamata warna-warni di sekolah? Lepas!"

"Mana topi lo? Beli di koprasi cepat!"

"Heh! Lo mau sekolah apa mau kondangan? Lipstik lo hapus!"

"Woi! Parkir yang bener!"

"Mana sepatu item lo? Siapa yang bolehin makai sepatu pink?"

"Woi biduan! Rok sekolah nggak boleh sampai di atas lutut! Sekalian aja lo nggak usah makai rok kalau gitu!"

Siapa yang tidak kenal dengan ketua OSIS SMA Bakti Nusa yang terkenal tegas dan galak itu? Dia Ratu, Fayazana Arendaratu. Kelas 11 MIPA 3, ia sekelas dengan Ela dan Flo, tapi mereka tidak terlalu akrab. Karena Ratu adalah tipe orang yang tidak suka banyak omong, ia akan membuka mulut nya kalau itu adalah hal yang penting-penting saja.

Ratu bukan terkenal hanya karena sifatnya yang galak, tapi ia juga memiliki kecantikan luar dalam yang sangat berbeda dengan gadis-gadis lain pada umumnya.

"Ratu!" Panggil Ela dari lapangan parkir, ia berlari menuju ke arah Ratu yang berdiri tegap dengan jas OSIS kebanggaan nya di depan pintu gerbang sekolah.

Ratu menoleh ke asal suara, tentu saja dengan raut wajah nya yang selalu datar.

"Nanti pulang sekolah ke rumah gue ya? Kita bahas tentang tugas yang di kasih sama bu Endang kemaren." Ucap Ela setelah sampai di hadapan Ratu.

"Kenapa harus di rumah lo?"

"Ya kalau mau di rumah lo juga nggak apa-"

"Rumah lo aja," potong Ratu cepat, ia memutar badannya dan mengambil langkah masuk kedalam area sekolah, meninggalkan Ela dan anak-anak yang lainnya yang berada di luar gerbang karena telat.

"Kasian ya kalian, makanya jangan telat! Bye," Ejek Ela seraya melambaikan tangannya. Kini gadis itu ikut menyusul Ratu, ia masuk ke dalam kelas tercintanya.

✎✎✎

Suasana kelas 12 MIPA 1 dan kelas lainnya yang tadinya seperti pasar burung kini menjadi hening dikarenakan ada pengumuman dari speaker yang berasal dari ruang TU.

Alan beserta teman-teman nya kini terdiam, memfokuskan pendengaran mereka pada pengumuman tersebut.

Pengumuman untuk peserta yang menjadi perwakilan Olimpiade Internasional tahun ini, diharapkan untuk merapat ke ruang guru.

Saya ulangi, pengumuman ini di tujukan kepada peserta yang menjadi perwakilan Olimpiade Internasional tahun ini, di harapkan untuk segera merapat ke ruang guru. Terimakasih.

"Ayo," ajak Farel, ia menyodorkan tangannya yang lalu diambil oleh Alan.

Alan mengangguk, "Ayo."

"Semangat buat kalian berdua!" Teriak Zidan tersenyum riang, ia melambaikan kedua tangannya ke arah Alan dan Farel yang sudah mulai menjauh, "Semangat, Rel."

...

"Buruan, El." Ucap Flo ikut keluar dari kelas 11 MIPA 3, Ela tidak menolak tawaran temannya itu, ia malas sekali kalau harus bertemu lagi dengan kakak kelas nya yang sangat menyebalkan itu, akhirnya ia menerima tawaran Flo untuk menemani nya selama perjalanan menuju ruang guru, kalau mereka pun harus bertemu di dalam perjalanan, mungkin yang akan heboh adalah Flo. Jadi Ela tidak perlu khawatir akan kakak kelas nya itu.

"Sabar, tali sepatu gue lepas!" Ela menghentikan langkah nya, ia berjongkok, membenarkan tali sepatu nya yang lepas.

"Mau gue bantu?" Ela mendongak, matanya seketika melebar ketika melihat ada sosok cowok berseragam rapi sudah berdiri di hadapannya.

Cowok itu ikut berjongkok, menatap langsung kedua manik kecoklatan milik gadis bernama Ela itu.

"Nggak!" Tolak Ela cepat.

Alan tersenyum miring, kenapa gadis ini selalu menolak bantuan nya? Padahal ia selalu berniat baik, ia juga tampan dan pintar. Tapi ada saja alasan bagi seorang Ela untuk menolak semua kebaikan Alan.

"Kenapa, hm?" Alan memiringkan kepalanya.

"Anjir!" Teriak Flo heboh, yang tadinya ia berdiri jauh dari posisi Ela saat ini, gadis itu langsung berlari menuju ke arah sahabat nya beserta kakak kelas tercintanya.

"KAK ALAN! APA KABAR? KANGEN SAMA GUE NGGAK, KAK?"

Mendengar suara Flo yang bisa merusak telinga nya, Alan tidak bisa hanya diam saja, karena yang ada Flo akan terus mengusik hidup nya.

Alan dan Ela sontak berdiri, menyaksikan kedatangan Flo dengan tatapan yang terfokus pada gadis si pemilik suara cempreng itu.

"Baik," balas Alan seraya melukiskan sebuah senyuman khas nya yang indah, "Tapi yang kangen sama lo bukan gue."

Bukan hanya Flo yang terkejut saat mendengar perkataan kakak kelas nya itu, melainkan Ela juga terkejut, siapa yang mau merindukan seseorang gadis si pemilik suara cempreng itu?

"Hah? Siapa?"

"Zidan," Alan tersenyum miring.

"Amit-amit gue!" Tolak Flo melipat kedua tangannya di depan dada.

"Amit-amit nanti juga jadi aamiin-aamiin," sambung Farel yang sedari tadi memang tidak berbincang dengan ketiga makhluk hidup itu, ia duduk di kursi depan kelas 10.

"NGGAK!"

....

"Lo bisa nggak sih? Jangan deket-deket gue!" Ucap Ela murka, ia menatap sinis kedua manik kecoklatan milik Alan.

"Nggak bisa."

Ela menghela nafas kasar setelah mendengar balasan dari mulut Alan yang tidak sesuai dengan ekspetasi nya. Ia berdiri, "Yaudah gue yang menjauh!" Ela menyeret kursi yang sudah di sediakan oleh anggota OSIS dan memindahkan nya ke tempat lain.

Mereka bertiga sudah sampai di ruang guru, hanya mereka bertiga. Flo yang tadinya bersi keras untuk terus berada di samping kakak kelas tampan nya itu, baru saja ia berlari secepat mungkin untuk menuju ke kelasnya. Hal itu dikarenakan Alan yang tidak sanggup menahan panas yang menimpa telinga nya. Ia bilang kalau Flo masih ada di sini, ia akan memanggil Zidan untuk menemani nya. Ya, itu tidak masuk akal, tapi buktinya Flo berlari seraya berteriak histeris layaknya di kejar setan.

"Assalamu'alaikum," itu Bima, apa kalian masih ingat siapakah dia? Pak Bima adalah salah satu guru kesiswaan yang di percaya oleh kepala sekolah dan semua guru yang ada di SMA Bakti Nusa untuk menjadi pembimbing peserta Olimpiade Internasional tahun ini yang berhasil terpilih. Yaitu Alan, Farel, dan Ela.

"Wa'alaikumsalam," serentak ketiganya kompak.

"Wah, selamat ya untuk kalian bertiga," ucap Bima ikut berpartisipasi.

"Terimakasih, Pak."

Bima meletakkan semua jurnal dan buku yang di bawanya di atas meja, ia duduk dan menatap ketiga murid kebanggaan nya dengan penuh rasa bangga.

"Alan, Farel, Ela. Kalian sudah siap?"

"Siap pak!"

"Kita mulai dari latihan soal. Bapak akan memberikan kalian 3 soal, tapi kalian harus bisa menyelesaikan semua soal ini sebelum jam istirahat berbunyi," Bima menyodorkan 3 lembar kertas HVS dilengkapi dengan alat tulis.

"Baik, Pak!"

"Iya sudah, Bapak tinggal dulu, bel istirahat Bapak akan kembali dan memeriksa hasil jawaban kalian," final Bima yang lalu beranjak dan meninggalkan ketiga muridnya di ruang guru.

"Gue pasti bisa," ucap Ela mengepalkan tangannya.

Alan menarik kedua sudut bibirnya, "Lo bisa, El."

"Kalau ada Ela aja, gue nggak di anggap. Dasar bulol!" Batin Farel di pojokan.

tbc.

HE'S ALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang