Malam yang ditunggu-tunggu oleh Alan telah tiba, ia sudah bersiap, namun masih menunggu kedua sahabatnya yang akan menemani di perjalanannya nanti. Jam sudah menunjukkan pukul 19.55 malam, dua puluh menit lagi ia akan segera bertemu dengan seorang perempuan yang sedang menjadi tujuannya saat ini.
"Gue udah ganteng belum ya? Kok gue ragu, sih!" Ucapnya seraya berkaca di cermin, menatap bayangannya sendiri dengan perasaan gelisah.
Jaket hitam, rambut yang sedikit berantakan, wangi parfum yang tidak terlalu menyengat, sepatu putih, dan tentu saja boneka kelinci berukuran sangat besar dan semua yang sudah ia janjikan kemarin malam sudah di persiapkan olehnya dari siang tadi.
Bagaimana ia bisa tau kalau perempuan itu sangat menyukai kelinci? Jawabannya adalah barang-barang yang selalu dibawa oleh Ela ke sekolah, dari gantungan kunci yang berbentuk kelinci, tepak pensil yang bermotif kelinci dan juga jepit yang selalu dipakainya setiap hari yang juga berbentuk kepala kelinci, jadi tidak bisa di pungkiri lagi kalau perempuan itu sangat menyukai kelinci.
"Udah siap bro?" Tanya Zidan yang baru saja sampai tiga menit yang lalu, ia duduk di atas kasur Alan bersama dengan Farel.
"Udah," jawabnya singkat, ia mengambil ponsel nya yang berada di atas meja belajar disudut kamarnya yang dipenuhi dengan buku-buku pelajaran, bahkan juga ada banyak buku novel yang tertata tapi di sana. "Ayo," finalnya segera keluar dari kamar pribadinya.
Kedua sahabatnya itu sudah terbiasa keluar masuk ke kamar Alan karena mereka sudah di anggap anak sendiri oleh keluarga Kavindra, mereka sangat akrab dengan kedua orang tua Alan. Karena atas kehadiran kedua cowok tampan ini di hidup anak mereka, Alan tidak pernah merasakan kesepian selama hidupnya, meskipun kebahagiaan nya tidak utuh sempurna, tapi ia menjalani semuanya dengan bahagia tanpa ada gangguan yang berhasil masuk kedalam kehidupan nya. Dan sekarang Alan Kavindra dengan ini menyatakan.
"Gue harus dapetin dia!"
✎✎✎
"Gan! Lo dimana?" Teriak Ela histeris, ia sudah hampir satu jam mondar mandir ke seluruh ruangan yang ada di setiap sudut rumah megahnya, tapi sosok Gano sang kakak tidak terlihat sedari tadi.
Sekarang perempuan itu berdiri di depan pintu kamar mandi, ini adalah tempat terakhir yang ada di rumah Ela, ia berdiam sejenak untuk mengumpulkan tenaga agar tidak terkejut dan semoga sang kakak akan segera ditemukan dalam waktu dekat. "GANO! LO DI DALEM KAN?" Tanyanya memastikan.
"Iya, jangan ngintip woi!" Balas nya ikut berteriak berharap adik kecil nya itu dapat mendengar nya.
Ela mendadak mual, rasanya ia ingin muntah dan segera pergi dari tempat itu. Ia sendiri tidak pernah mempunyai pikiran seperti itu meskipun Gano adalah kakak kandungnya sendiri. "Huek, ya kali gue ngintipin lo!" Ucapnya dengan nada sedikit meninggi.
"Ya siapa tau lo ngintipin gue," kata Gano menebak.
Ela mendengus sebal, tak mau kesabarannya terkuras karena Gano, ia pun memutuskan untuk mengetok pintu dengan sangat keras, tak peduli lagi apa yang akan Gano lakukan kepadanya. "Lo ngapain di dalem lama banget, Gan!"
"Berak," singkat, padat, dan jelas. Ela hanya bisa diam, tak tau apa yang harus ia lakukan setelah ini.
Tak mungkin juga jika ia nanti harus menerima tamu yang tidak ia undang, menatapnya saja ia tidak kuat apalagi harus menjadi tamu dan masuk kedalam rumahnya bukan?
"Mampus, gue mati!" Batinnya pasrah. Ia melanjutkan langkahnya menuju kamar dengan perasaan gelisah dan takut. "Bu," panggil Ela menggendong hewan peliharaan kesayangan nya itu. "Ela cuma pengen tenang, Bu!"
"Udah gue bilang kan? Lo harus menjadi tujuannya Alan, karena lo itu Bidadari nya, lo itu kebahagiaan nya yang udah dewasa."
✎✎✎
Tingnung!
Suara bel rumah Ela sudah berbunyi, ini menandakan kalau ada seseorang yang sedang menunggu dirinya di luar. Tiga remaja tampan sedang duduk di atas motor besar mereka yang berwarna hitam, membuka helm dan melihat pemandangan sekeliling mereka, banyak sekali cowok yang tinggal di sana, mereka menatap sinis Alan dan kedua sahabatnya. Mungkin karena mereka bertiga berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah Ela? Kan perempuan itu menjadi incaran banyak kaum Adam.
"Wish, mengerikan," ucap Zidan merinding.
Alan menghela nafas panjang. "Kenapa mereka ngeliatin kita kayak gitu?"
"Mungkin mereka nggak suka sama kehadiran kita, Al. Ela cantik dan lo tau itu," kata Farel mengingatkan.
"Gue tau," balas Alan, pandangan nya beralih ke kaca spion. Ia membuka helm dan mulai membenarkan rambutnya.
"Al, lo udah cakep woi! Nggak usah memelas gitu muka lo!" Kesal Zidan yang melihat salah satu sahabatnya itu terus berkaca di kaca spion motor nya.
"Hehehe, iya-iya," ucap Alan cengengesan.
Sementara itu di dalam rumah, Ela ternyata sedang mengintip tamu tak di undang nya itu dari jendela. Ia tak ingin membukakan pintu untuk kakak kelasnya itu, tapi kalau tidak dibukakan, entah apa yang akan terjadi padanya esok hari.
Ela memejamkan matanya sejenak lalu menggerakkan tangan kanannya memegang ganggang pintu masuk. "Huh, gara-gara Gano rencana gue hancur!" Gerutu nya sebal, ia mendengus kasar sebelum ia membuka pintu itu.
"Gue pasrah untuk hari ini," finalnya mulai melangkah kan kakinya keluar rumah dengan perasaan campur aduk.
✎✎✎
"Masuk, eh?"
"Ayo buruan!"
Kedua mata perempuan itu membelalak, detak jantung nya mendadak menjadi semakin cepat, pikirannya saat ini hanya tertuju kan pada ketiga sosok cowok tampan sedang berdiri di hadapan nya yang salah satu dari mereka tiba-tiba menarik tangannya masuk ke dalam, sedangkan Farel dan Zidan masih ada di luar. "SEMOGA BERUNTUNG, BRO!" Teriak Zidan dari luar yang tak lama kemudian suara motor mereka semakin menjauh.
"Nggak sopan!"
"Lo bisa diem? Di luar gue kayak mau mati!"
"Lebay!"
"Maksud lo?"
"Lo lebay!"
"Oh gitu?" Kedua tangan pemuda itu kini menggenggam erat pundak Ela, ia mendorong tubuh Ela kebelakang sampai terbentur pelan ke tembok.
"Lo? Lo mau apa?" Teriak Ela panik, ia sudah mencoba untuk memberontak tapi itu tidak membuahkan hasil sama sekali, cengkraman cowok itu sangat kuat dan Ela tidak cukup kuat untuk melepasnya.
"Gue cuma pengen liat lo dari deket," bisik cowok itu tepat di telinga Ela, jarak mereka sangat dekat. Tidak! Itu menempel.
"Kalau lo diem, gue nggak bakal ngelakuin yang aneh-aneh kok, asal lo nurut sama gue."
"Lepasin nggak!"
"Sstt, lo diem, hari ini yang berkuasa di sini cuma gue, meskipun lo tuan rumah di sini."
"Lo?!"
"Kita masuk ya? Gue gerah nih."
"Ya ampun gemes banget gue!" Eh siapa ini? Perasaan part ini cuma ada Alan sama Ela, deh.
"Astaga, gue Gano! Emang di part ini gue nggak ada, tapi mereka gemes banget, kan jadi gimana-gimana gitu!"
Sudah ya, di sini Gano nggak ada perannya, tapi karena dia kepo, jadi nggak apa-apa deh ngintip dikit.
tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S ALAN
Teen FictionDia Alan, seorang siswa yang cukup terkenal di SMA bakti nusa. Bukan hanya tampang nya yang rupawan, ia juga memiliki prestasi yang bisa membuat para makhluk hidup melongo. Harta, fasilitas mewah, teman, keluarga, prestasi, fans, kekasih, bahkan ke...