"OLIMPIADE INTERNASIONAL?"
semua makhluk bernyawa yang ada di kelas 12 MIPA 1 terkejut bukan main, tak terkecuali. Semuanya bersorak, entah karena senang maupun sedih, tapi kalau untuk anak yang tidak begitu suka dengan fisika, dia akan amat teramat sangat sedih dan galau.
Berbeda dengan ketiga siswa ganteng yang tampak mencolok di kelas itu, mereka sangat bersemangat karena akan diadakan sebuah lomba tentang mata pelajaran fisika yang nantinya bisa dijadikan sebuah pengalaman untuk mereka.
Bu Erna, selaku guru fisika alias wali kelas 12 MIPA 1 mengangkat tangannya, memberi suatu kode kalau mereka harus diam. Ya, setiap gerakan tubuh seorang guru harus dipahami oleh setiap muridnya. Kalau tidak, mereka akan dikenakan biaya yaitu sebuah hukuman. Mereka hanya tinggal memilih, berdiri selama jam pelajaran berlangsung atau keluar kelas dan tidak mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
Semuanya sudah diam di tempat, tak bersuara dan tenang seperti air danau.
Satu menit setelah keheningan yang damai timbul lah satu kalimat yang membuat setiap pasang mata menoleh ke arahnya.
"Olimpiade fisika Internasional ini akan di adakan seminggu kemudian, jadi kita akan mengadakan ulangan fisika hari ini. Nanti kita lihat siapa saja yang bisa mengambil langkah selanjutnya."
"Maaf, Bu."
Salah satu siswa yang ada dikelas itu mengangkat tangannya. Badannya ikut menyusul setelah mendapat anggukan dari Bu Erna.
"Iya ada apa, Alan?" tanya Erna - guru fisika kelas 12 MIPA 1.
"Saya ingin bertanya, apakah olimpiade ini diadakan secara berkelompok? apa saya boleh tau berapa anak yang akan menjadi perwakilan SMA Nusabakti?" jelas Alan panjang lebar. Ini memang kebiasaan seorang Alan Kavindra, suka bertanya untuk mendapatkan jawaban yang ia inginkan, ia tidak akan pernah berhenti sampai dirinya mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Pertanyaan yang bagus, Alan."
"Yang akan kami pilih selaku guru fisika SMA Nusabakti ada 3 siswa-siswi dari kelas 12 dan 11. Jadi kalian harus bisa mendapatkan kesempatan emas ini."
"Maaf, Bu? 11?"
Alan mengerutkan dahinya, menajamkan tatapan matanya kearah Erna berdiri. Ia tidak mungkin salah dengar.
Erna tersenyum. "Kamu benar, kita juga akan mengambil 1 siswi maupun siswa dari kelas 11." Jelasnya lembut, ia melangkah ke arah meja nya, mengambil lembaran-lembaran yang berisikan soal-soal untuk mereka yang akan menjadi calon perwakilan olimpiade di tahun ini.
"Jadi siapkan diri kalian, kita akan mulai dari sekarang." Erna mengangkat salah satu sudut bibirnya, menampakkan sebuah senyuman sinis tipis-tipis sebelum ia mulai membuka mulutnya lagi.
"Jangan sampai kalah dengan adik kelas kalian."
✎✎✎
Informasi yang disampaikan di kelas 12 juga disampaikan di kelas 11. Semua siswa-siswi kelas 11 MIPA wajib mengikuti ulangan fisika hari ini.
Di salah satu kelas, tepat nya di kelas 11 MIPA 3. Ekspresi mereka tentang olimpiade yang akan di adakan berbeda dengan kakak kelas mereka. Karena mereka tau, kalau mereka bisa mendapatkan nilai bagus di ulangan fisika hari ini, mereka akan duduk di sebuah tempat yang akan membuat mereka menjadi tontonan banyak orang. Lebih dari itu, mereka akan duduk di kursi yang berdampingan dengan Alan dan teman-temannya. Mereka sangat yakin, Alan Kavindra akan meraih nilai tertinggi di ulangan fisika hari ini.
Semuanya bersorak gembira, kecuali para siswa-siswa yang merasa kalau mereka dikucilkan. Didalam lubuk hati mereka yang paling dalam. Cowok kan banyak, kenapa harus si Alan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S ALAN
TeenfikceDia Alan, seorang siswa yang cukup terkenal di SMA bakti nusa. Bukan hanya tampang nya yang rupawan, ia juga memiliki prestasi yang bisa membuat para makhluk hidup melongo. Harta, fasilitas mewah, teman, keluarga, prestasi, fans, kekasih, bahkan ke...