pagi ini suasana di ruang makan terasa sangat berbeda. dengan posisi yang berhadapan, taeyoung dan seongmin duduk di atas kursi dekat meja makan seraya menumpukan dagu mereka pada 5 jari mereka masing-masing yang bertaut.
tak ada satupun dari mereka yang berbicara sejak melihat televisi saat bangun tidur tadi. keduanya sama-sama sibuk memikirkan tentang nasib mereka kedepannya.
hingga tiba-tiba saja siulan teko yang digunakan untuk merebus air memecah lamunan dan keheningan di antara mereka. seongmin langsung beranjak dari kursinya, mematikan kompor, kemudian mengambil gelas untuk membuat teh hangat.
siapa tahu teh hangat dipagi hari dapat mengubah suasana saat ini. setidaknya mereka berdua bisa berpikir tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya untuk menghadapi misi dihari ke-5.
sebenarnya bukan misi yang susah. hanya saja misi ini merupakan misi yang... entah lah, seongmin juga bingung bagaimana mendeskripsikan misi sekarang.
"gimana ini, seongmin? gue masih belum siap kalo harus ketemu bunda lo," taeyoung mengusak surainya frustasi.
"gue juga gak siap harus ketemu mama lo," balas seongmin yang tengah mengaduk teh dengan wajah cemas.
"terus kita harus gimana?"
ditanya seperti itu membuat seongmin jadi bingung. sebenarnya dia juga tidak siap bertemu mertuanya sendiri. terlebih lagi, melihat bagaimana masa lalu seongmin dengan mama taeyoung membuat pemuda manis itu pasti akan merasa sedikit canggung.
"gue juga gak tau," seongmin menjawab seraya menaruh menutup toples gula.
taeyoung menghela napas berat, lalu menaruh kepalanya di atas meja dengan lesu. "habis udah citra gue nanti di depan bunda mertua." ujarnya.
"citra gue di mata mama lo juga sama ancurnya," timpal seongmin seraya duduk dan menaruh dua gelas cangkir teh hangat di atas meja. "lo tau sendiri di mata mama lo, gue orangnya gimana." lanjutnya sambil menyeruput teh hangat yang ia buat.
"eh iya, gue juga penasaran deh. kok lo sama mama bisa kenal duluan sih?"
sejenak seongmin diam, dia kembali meminum tehnya, kemudian menjawab. "panjang kalau diceritain mah."
kenyataannya memang panjang, tapi tidak rumit. tetapi tetap saja seongmin tak mau menceritakannya saat ini. biarlah nanti juga para pembaca tahu bagaimana hubungan seongmin dengan mama mertuanya di masa lalu.
ditengah-tengah kebingungan mereka, handphone taeyoung tiba-tiba berdering. layar handphone menyala menampilkan sebuah tampilan panggilan telepon, yang asalnya siapa lagi kalau bukan dari mama taeyoung.
sambil menatap seongmin cemas, taeyoung berseru panik. "seongmin, gimana ini?!"
seongmin juga sama paniknya, tapi sebisa mungkin dia harus menenangkan dirinya sendiri. "coba, coba angkat dulu, tae," katanya.
dengan tangan yang gemetar, taeyoung mengambil teleponnya. dia mengangkat panggilan dari ibunya.
"halo," sapa sebuah suara dari seberang sana.
namun, taeyoung dan seongmin hanya saling bertatapan. mereka berdua bingung harus merespon apa.
"halo? taeyoung? hoy lapet, gak kangen kau sama mamah kau ni?!"
lanjut mama taeyoung dengan suara yang sedikit ngegas.
lalu tak lama ada sebuah suara halus yang menyahut dari seberang telepon. "kris, kamu gak boleh kasar-kasar gitu,"
"ya habis, dia dipanggilin enggak ada nyahut. dah kaya bicara sama patung aku,"
seongmin yang mendengar suara dari mama taeyoung sontak berbisik pada anaknya. "ni mama lo ada keturunan batak, ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
7 days 7 mission
Fanficseongmin suka sekali bermain game. salah satu jenis game yang paling dia suka adalah game berjenis simulasi. tapi bagaimana jadinya, jika suatu hari seongmin terjebak di dalam sebuah game simulasi bersama dengan taeyoung, musuhnya di masa sma?