taeyoung menyodorkan sekotak susu rasa vanila pada seongmin yang tengah menundukkan kepala seraya melamun.
waktu menunjukkan pukul 06.15 pm, taeyoung mengajaknya untuk pergi dulu ke minimarket yang berada di seberang gang.
setelah menangis tadi seongmin jadi lebih banyak diam. ketika ditanya pun dia hanya mengangguk, dan menggeleng. selebihnya dia hanya diam, menatap kosong pada udara di hadapannya.
sama seperti sekarang ini, seongmin tetap menatap kosong pada kotak susu vanila yang taeyoung berikan padanya.
tak tahu apa yang ada di dalam pikirannya, taeyoung menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. rasanya aneh melihat seongmin yang hanya menatap kosong pada udara. "buat lo," katanya, yang sayangnya tak direspon apapun oleh seongmin.
suasananya mendadak canggung, taeyoung mendecak kesal. dia bingung harus berbuat apa agar seongmin tak terus-terusan melamun. kalau boleh jujur, taeyoung lebih suka jika seongmin yang selalu marah-marah, mengumpat, dan berteriak padanya.
seongmin yang cenderung diam ini membuatnya bingung, dan sedikit sedih. tangannya meraih susu kotak di hadapan seongmin. dia menarik sedotan yang terbungkus plastik dari kemasan, membuka plastiknya, lalu menusukkannya pada bagian lingkaran di kemasan.
"jangan ngelamun mulu, lo lagi ada pikiran apa makanya ngelamun terus?" taeyoung bertanya sembari menyodorkan kotak susu di tangannya pada seongmin.
seakan tersadar dari lamunannya, seongmin mengambil kotak susu di hadapannya. "kalo gue gak ada hal yang dipikirin, gue gak bakalan ngelamun, kocak." ucap seongmin sambil mendengus kesal.
"ya terus? emangnya apa yang lagi lo pikirin?"
untuk kali ini seongmin kembali diam selama beberapa saat. dia membuang mukanya, menatap pada jalan sepi di hadapannya. "gue lagi mikir, gimana caranya ngejelasin ke bunda kalau kali ini bukan cuman sepatu gue aja yang copot sebelah dipake buat mukulin junho, tapi seragam gue juga rusak gara-gara dia," selanjutnya dia menunduk, menatap lantai dengan jari yang memainkan ujung hoodie.
sebenarnya bukan hanya masalah seragam rusak yang tengah seongmin pikirkan. ada perasaan aneh mengganjal di benaknya yang ikut masuk ke dalam pikirannya sekarang. lalu muncul pertanyaan baru di kepalanya, yaitu sejak kapan taeyoung berada di gang tersebut?
"terus lo sendiri kok bisa ada di dalem gang itu? gimana ceritanya?" kini seongmin yang bertanya.
sambil tersenyum kikuk, taeyoung mengusap belakang kepalanya. "o-oh itu... gue tadi lagi nyari barang-barang bekas buat bikin eksperimen di salah satu materi lomba," tuturnya yang 100% bohong.
padahal kenyataannya dia memang mengikuti seongmin, feelingnya mengatakan apabila pemuda manis itu ada di dalam bahaya. maka dari itu saat seongmin pergi ke minimarket, taeyoung justru melipir masuk ke gang, kemudian bersembunyi di belakang tempat sampah besar yang bagian belakangnya memang menyisakan ruang longgar. karena taeyoung kurus, jadi dia muat-muat saja berada di belakang tempat sampah.
seongmin sendiri tak ambil pusing, dia ber'oh ria. meski percaya tidak percaya dengan penuturan pemuda tampan di depannya. dia sudah pusing memikirkan seragamnya, tidak ada waktu untuk pusing memikirkan bagaimana taeyoung bisa berada di gang itu tadi.
"tapi ya, min, mending lo jelasin apa yang emang beneran lo alamin tadi. bunda lo pasti paham kok," taeyoung memberi saran.
dengan sedotan yang berada di mulutnya, seongmin menganggukkan kepalanya seraya menyedot susu kotak di tangannya. "cuman gue takut diomelin," seongmin berujar tanpa menarik sedotan dari mulutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
7 days 7 mission
Fanfictieseongmin suka sekali bermain game. salah satu jenis game yang paling dia suka adalah game berjenis simulasi. tapi bagaimana jadinya, jika suatu hari seongmin terjebak di dalam sebuah game simulasi bersama dengan taeyoung, musuhnya di masa sma?