🦋Chapter 4 : Suami Kak Rania🦋

296 74 55
                                    

Tandai typo√
Jangan lupa Vote dan Komen 💬
HAPPY READING:)

Tandai typo√Jangan lupa Vote dan Komen 💬HAPPY READING:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________________________________

BAB IV : Suami Kak Rania

"kini aku kehilangan tempatku untuk bertumpu. Tidak ada lagi tempat di mana aku di timang dan di manja."

~•~

Cuaca kota yang mendung seakan ikut merasakan kesedihan yang Ruliya rasakan. Orang-orang yang datang melayat sudah pergi meninggalkan rumah. Kini tinggallah Ruliya dan Rania di ruang tamu.

Bug... Bug... Bug...

Dio lari secepat kilat, masuk ke dalam rumah Ruliya. "Liya..." panggil Dio dengan nafas yang tersengal sengal di ambang pintu.

Dio masuk ke dalam rumah, lalu mendekati Ruliya dan Rania. "Kamu kenapa gak kabarin aku?" tanya Dio dengan tatapan teduh berjongkok di depan Ruliya.

"Aku gak tau Yo, aku gak tau," jawab Ruliya kembali menangis.

"Maaf Liya, seharusnya aku gak ngomong kayak gitu, maafin aku ya," sambung Dio memeluk Ruliya.

Rania hanya bisa tersenyum melihat adegan di depannya. "Kamu pacarnya Liya?" tanya Rania.

"Hah? Bukan Kak, aku sahabatnya Liya," jawab Dio kikuk.

"Ooh... kirain pacarnya."

"Kakak" sambung Ruliya dengan nada kesal menyenggol Rania dengan siku nya.

"Iya maaf, kakak bercanda doang."

Rania harus memahami kondisi Ruliya saat ini yang sangat sensitif. Tidak lama Bi Mari datang membawa minuman untuk mereka semua.

"Makasih banyak Bi, maaf ngerepotin," ucap Rania.

"Iya sama-sama, gak repot kok udah biasa, silakan di minum," sambung Bi Mari sangat sopan.

Tok... Tok... Tok...

Pintu rumah yang terbuka di ketuk seseorang. Dua orang pria mengikuti orang itu dari belakang.

"Permisi, apa benar ini rumah Pak Rafian Tenggara?"

Ruliya mengerutkan keningnya, mendengar nama orang tuanya di sebut. Orang itu jelas mengenali orang tuanya, tapi kenapa Ruliya tidak mengenalinya.

Ruliya dan lainnya berjalan mendekati orang itu. "Iya benar, itu nama Ayah saya," jawab Ruliya.

"Ada perlu apa ya?" tanya Ruliya.

"Kebetulan sekali kita bertemu, perkenalkan kami dari Manila Money, ingin menyampaikan bahwasanya rumah ini akan kami sita."

Ruli membulatkan matanya terkejut mendengar perkataan orang itu. Rania dan Dio pun tak kalah terkejut mendengarnya.

Entrusted Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang