[TERBIT]✔️
[Part masih lengkap]
Bagaimana rasanya tidak pernah dicintai oleh suami sendiri?
Kalian pikir saja sendiri bagaimana rasanya.
Kepo? Ayo lanjut ke cerita!
Ini bukan tentang pelakor ya, tapi terpaksa aja jadi istri kedua karena si kakak...
Tandai typo√ Jangan lupa vote dan komen:) HAPPY READING^_^ __________________________________
BAB XIX : Beribu Pertanyaan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mengapa selalu ada kejutan di balik kebahagiaan yang aku rasakan?"
_Ruliya Fahisa_
Suasana ruangan tanpa cahaya lampu terlihat sangat riuh. Sebuah televisi besar menyala dan memberikan kesan remang-remang. Dua insan sedang beradu mengeluarkan suara emas masing-masing.
Bernyanyi bergantian mengikuti alunan musik. Mereka tidak peduli dengan suara yang cempreng. Saat ini yang mereka lakukan hanyalah untuk melepaskan beban hidup sejanak. Melepas beban pikiran dengan berkaraoke bersama.
Konon katanya bernyanyi akan mengurangi stres.
Itulah yang saat ini Ruliya dan Dio rasakan. Mereka bernyanyi sesuka hati di sebuah tempat karaoke.
Keringat mulai bercucuran di dahi masing-masing, dengan nafas yang mulai tersengal sengal. Bagaimana tidak, mereka bernyanyi sudah seperti berpesta di tempat diskotek.
Ketika di buka bajunya... Kelihatan bulunya... Idih... Idih... Tapi banyak yang suka...
"Hahaha..." Ruliya tertawa kencang di tengah-tengah lagu.
Ruliya terduduk di lantai memegang perutnya. Ia tidak sanggup lagi melanjutkan lagu. Sedari awal lagu itu di mulai, Ruliya sudah tak kuasa menahan tawa nya.
Bulunya ada yang panjang, Juga ada yang pendek... Idih... Idih...
Melihat Ruliya yang sudah kehabisan tenaga, akhirnya Dio mengambil sebuah remot dan mengecilkan suara sepiker. Ia ikut duduk bersebelahan dengan Ruliya di lantai.
Dio tersenyum puas ke arah Ruliya, kemudian terkekeh kecil diikuti Ruliya yang juga terkekeh kecil.
"Asik gak?" tanya Dio sambil memainkan alisnya.
"Mantap," jawab Ruliya mengacungkan ibu jari kanannya.
Sejenak mereka berdua istirahat, melepaskan penat yang menyerang. Bernyanyi sembari bergoyang ternyata cukup melelahkan. Hingga tiga puluh menit kemudian, mereka pun meninggalkan tempat itu.
"Mau langsung pulang atau mau ke mana?" tanya Dio saat mereka sudah berada di pinggir jalan raya.
Lebih tepatnya, mereka sudah berdiri di samping mobil milik Ruliya yang parkir bebas di tepi jalan.
Ruliya yang di tanya nampak berpikir sejenak. "Mau pergi ke sana gak?" tanya Ruliya menunjuk ke sebuah taman.
Taman Tulip namanya. Sebuah taman bunga tulip yang terletak di tengah-tengah kota.