🦋Chapter 23 : [END]🦋

412 15 7
                                    

Tandai typo√
Jangan lupa vote dan komen:)
HAPPY READING^_^
__________________________________

Tandai typo√Jangan lupa vote dan komen:)HAPPY READING^_^__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB XXIII : Sebuah Fakta

"Hal yang paling mengejutkan adalah saat mengetahui sebuah fakta, bahwa orang yang kita cintai ternyata milik orang lain."

~•~

Kesunyian menyelimuti ruangan ICU. Tidak ada percakapan apapun di sana. Hanya ada suara alat medis, yang berbunyi silih berganti.

Dio menatap lekat-lekat wajah wanita yang sangat dia cintai. Di genggamnya tangan tak berdaya itu penuh kasih sayang. Sesekali ia menyeka air matanya yang mengalir dan tak bisa ia tahan.

"Liya, aku mohon, bertahan lah lebih lama. Tetaplah bersamaku lebih lama. Kamu udah lupa sama janji kamu, katanya mau pergi ke pantai setelah semua ujian selesai. Tapi kok malah tiduran di sini," bisik Dio dekat telinga Ruliya.

Berbicara seolah olah Ruliya akan mendengar semua perkataannya. Atau mungkin dia berharap, Ruliya akan segera bangun. Dan langsung mengajaknya pergi sesuai janji. Namun, semua itu hanyalah angan angannya saja. Ruliya masih diam seperti sejak awal. Dio kembali meneteskan air mata.

Sakit. Hatinya sangat sakit, melihat tubuh Ruliya yang di penuhi alat medis, serta perban yang menutupi beberapa bagian tubuh mungilnya. Tubuh itu tak kunjung sadarkan diri, sejak sembilan jam yang lalu. Dan selama itu Dio menemaninya tanpa makan sedikit pun.

Dio terkesima saat melihat jari telunjuk Ruliya sedikit bergerak, menandakan bahwa Ruliya akan segera sadar. "Liya," panggilnya penuh harap.

Perlahan lahan mata Ruliya mulai terbuka. Dio yang sedari tadi murung, langsung menampakkan senyum semringah. Kebahagiaan menyelimuti nya saat melihat mata cantik itu mulai terbuka.

"Liya kamu udah sadar?" tanya Dio antusias.

Ruliya yang di ajak bicara, hanya diam menatap wajah Dio. Air mata mengalir dari sudut matanya. Dio yang sadar akan hal itu, langsung mengusap air mata Ruliya.

"Kenapa nangis hm?" tanya Dio.

"Gak boleh sedih, ada aku di sini," sambungnya, mencoba menghibur gadis kesayangannya.

Terlihat tegar di luar, namun jauh di dalam sana, dia sedang berusaha menyembunyikan kesedihannya dan mencoba menahan agar air matanya tidak mengalir.

Dio tidak ingin terlihat bersedih di depan Ruliya. Karena dia takut, hal itu akan semakin membuat batin sahabatnya tersakiti.

"Dio," lirih Ruliya sangat pelan, namun masih terdengar oleh telinga Dio.

Dio yang di panggil, langsung sigap mendekatkan wajahnya ke wajah Ruliya. Hingga jarak wajah keduanya sangat dekat. Hal itu Dio lakukan, supaya mereka bisa lebih mudah berkomunikasi dengan baik.

Entrusted Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang