[TERBIT]✔️
[Part masih lengkap]
Bagaimana rasanya tidak pernah dicintai oleh suami sendiri?
Kalian pikir saja sendiri bagaimana rasanya.
Kepo? Ayo lanjut ke cerita!
Ini bukan tentang pelakor ya, tapi terpaksa aja jadi istri kedua karena si kakak...
Tandai Typo√ Jangan lupa vote dan komen💬 HAPPY READING:)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
__________________________________
BAB XI : Mulai Ada Rasa
"Rasa cintamu itu indah, namun lebih indah lagi jika hubungan kita tetap sama."
~•~
Sinar matahari pagi yang cerah, menyinari ruangan kamar milik seorang perempuan cantik. Ruliya, sang pemilik kamar sudah tampil cantik di depan meja rias.
Selesai bersiap, ia langsung keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan. Terlihat di sana sudah ada Gavin duduk sendirian.
Ruliya duduk di kursi yang biasa dia duduki, tepat di depan kursi Gavin. "Kak Rania mana?" tanya Ruliya dan Gavin hanya mengangkat bahunya acuh.
"Tuh kan, baru kemarin sikapnya berbeda, hari ini kambuh lagi," batin Ruliya.
Beberapa menit kemudian, Rania pun datang. Wajah Rania terlihat tidak seperti biasanya, kali ini dia terlihat sangat pucat. Ruliya mengerutkan kening memperhatikan wajah Rania dengan saksama.
"Kakak sakit?"
Rania tersenyum, "Cuma mual sama pusing aja kok dek."
Gavin dan Rania sontak saling pandang satu sama lain. Ruliya menjentikkan jarinya. "Yakin deh kak pasti kakak hamil, aku yakin banget."
Ruliya sudah seperti anak kecil yang di berikan hadiah. Ia nampak sangat senang dan antusias. Tingkah kekanak kanakannya itu membuat sudut bibir Gavin tertarik, membentuk sebuah senyuman tipis.
"Bapak percaya deh, kalau kak Rania itu hamil, mending langsung cek ke rumah sakit."
"Ah kamu ini dek, mungkin kakak hanya masuk angin," tolak Rania.
"Iya juga si..." Ruliya nampak berpikir.
"Tapi bisa jadi kak, mending cek aja, mau aku temenin gak?"
"Gak usah biar aku aja," ucap Gavin memotong pembicaraan dua istrinya.
"Aku? Sejak kapan?" batin Ruliya menatap sinis ke arah Gavin.
"Ya udah oke, kabarin aku ya kak hasilnya," ucap Ruliya memainkan alisnya.
"Iya, itu sudah pasti dek."
"Aku pergi duluan ya kak," ucap Ruliya mengulurkan tangannya.
"Iya, hati-hati di jalan."
Ruliya mencium tangan Rania kemudian tangan Gavin, lalu ia langsung pergi ke kampus dengan mobil kesayangan nya seperti biasa.