🦋Chapter 20 : Semakin Rumit🦋

211 38 30
                                    

Tandai typo√
Jangan Lupa Vote dan Komen:)
HAPPY READING^_^
__________________________________

BAB XX : Semakin Rumit

"Hidup ini memang rumit. Yang tidak rumit hanyalah kematian. Walaupun kematian tidak rumit, namun akhirat jauh lebih rumit. Karena di sana semuanya akan kekal selamanya."
~•~

Hayoloh... Pilih yang mana?
Hidup rumit bunuh diri pun lebih rumit. Kenapa rumit? Karena pintu neraka dengan senang hati terbuka untuk orang yang mengakhiri hidup sebelum waktunya tiba.

Lanjut aja ceritanya thor-_

OK👍

♡Happy Reading guys♡

"Tu-tuan..."

Salah satu asisten rumah tangga menggantungkan ucapannya kala melihat ekspresi para rekan kerjanya. Semua orang berharap ia tidak akan bicara apapun.

Sorot mata elang Ruliya memperhatikan mereka satu persatu. Tatapan matanya kali ini sangat berbeda dari biasanya. Sudah terlihat jelas, bahwa saat ini dia sedang marah. Kepalan tangannya sangat mewakili kekesalannya.

"Baiklah kalau tidak mau menjawab," ucap Ruliya melangkahkan kaki mendekati meja kompor.

Orang-orang yang berada di dekat sana, sontak menjauh darinya. Ruliya tersenyum misterius melihat semua orang menghindarinya. Seolah olah dia adalah seekor serigala yang siap menerkam para domba di hadapannya.

Di ambilkannya sebuah pisau kecil yang berada di samping kompor. Melihat hal itu, membuat semua orang kembali saling pandang dan bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan dengan pisau itu.

"Kalau kalian masih tidak mau menjawab pertanyaan saya..." Ruliya menggantungkan ucapannya.

"Maka saya akan menggores nadi tangan saya dengan pisau ini," sambungnya mengancam semua orang.

Mendengar ancaman Ruliya membuat semua orang menjadi panik. Bagaimana tidak, adik kesayangan nyonya mereka, sekaligus istri kedua tuan mereka mengancam akan bunuh diri di hadapan mereka semua.

Semua orang saling menyenggol satu sama lain. Mereka semua saling menyuruh untuk menghentikan aksi gila Ruliya.

"Pak Diman, cepat hentikan Nona Ruliya."

"Mbak Nina aja."

"Lah kok saya, Pak Diman aja."

"Mbak Lusi aja, kan dia lumayan akrab sama Nona."

Terdengar bisik-bisik kecil dari mereka, namun masih dapat di dengar oleh Ruliya. Ia menatap jengah semua orang yang berbisik-bisik dan mulai tidak menghiraukan dirinya.

"Lah kok malah di anggurin sih," batin Ruliya.

"Saya tanya sekali lagi..."

Ucapan Ruliya terhenti saat seseorang di belakangnya mengambil pisau dari tangannya. Ruliya yang kesal langsung membalikkan badan untuk melihat siapa yang mengambil senjata berharganya itu.

Namun, kekesalannya berubah menjadi rasa lega, saat melihat Gavin. Ya, orang yang mengambil senjata berharganya adalah Gavin. Akhirnya orang yang dia cari sedari tadi muncul juga di hadapannya.

Baru saja Ruliya ingin berbicara, namun tidak jadi kala melihat Gavin melempar pisau dengan kasar ke lantai. Kini Ruliya pun menjadi sedikit takut seperti para pekerja itu.

Tanpa aba-aba, Gavin dengan kasarnya menarik lengan Ruliya hingga ke ruang tamu. Ruliya ingin berontak, namun tidak bisa. Tenaganya tidak sebanding dengan Gavin.

Entrusted Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang