Detak 11 - Rahasiakan ya?

343 20 6
                                    

Esok pagi Amil kembali berangkat bersama Fajar, keduanya kembali berboncengan, Amil kini tak ragu lagi buat memegang pinggang si cowok kecengan.

"Emmm Mil" tegur Fajar disela menyetir motor.

"Iya Jar"

"Yang semalam, rahasiakan ya? Jangan sampai yang lain tau?" Pinta Fajar seraya menyimpan senyum kecil namun gagal, tetap saja Amil dapat melihatnya lewat spion.

"Oh tenang saja. Itu rahasia kita. Hanya saja aku tak mengerti kenapa kau melakukannya?" Tanya Amil balik, terus terang dia penasaran apa motif Fajar semalam mau mencium, tidak tanggung-tanggung langsung di bibir, ciuman pertama Amil.

"Hemmm apa ya? Aku pun bingung! Udah ah jangan bahas itu lagi, aku malu" celetuk Fajar.

Amil kecewa, jika bukan karena cinta kenapa Fajar mau menciumnya? Lalu jika memang cinta mengapa Fajar tak mengakuinya, padahal pastinya Fajar sudah tahu bagaimana perasaan Amil untuknya selama ini. Dia juga sama, dia juga mencintai Fajar sepenuh hati, jika tidak sudah pasti Amil akan menampar Fajar ketika mencuri ciuman pertamanya semalam siang.

Mereka tiba di sekolah, Amil turun sedangkan Fajar lanjut ke parkiran SMK.

"Sampai jumpa nanti siang!" Ucap Fajar di kejauhan seraya lambaikan tangan.

Amil tersenyum, baru saja dia berbalik tiba-tiba plak... Ada yang menamparnya.

"Kau jahat! Kau jahat! Kau jahat!" Pekik perempuan bertubi-tubi, Hani.

"Lho Han? Apa ini?"

"Plak" kembali Hani menamparnya, perempuan itu tengah menangis rupanya.

"Kalau kau tak suka padaku ya tolak dengan cara baik-baik! Gak usah pakai buang semua hadiahku dikasi ke Fajar semua!" Hardik Hani lagi.

"Siapa yang bilang?" Tanya Amil jengkel.

"Fajar yang bilang samaku dari telepon. Katanya kau gak suka samaku, hadiahku kau beri untuknya semua! Dasar cowok kuper, jelek, culun, belagu! Masih syukur ada yang suka eh sok jual mahal! Nyesal aku pernah suka samamu" cecar Hani lagi. Sebelum dia pergi lagi-lagi dia sempatkan daratkan tamparan terakhir di pipi Amil

Amil meringis, sambil pegangi pipinya dia melangkah ke kelas, begitu masuk kelas, Zul dan Rustam langsung mentertawakannya. Kedua sohibnya itu sempat mengintip rupanya.

"Gila kau! Ditampari seperti itu cuma diam saja?" Ledek Zul

"Terus kau maunya gimana? Aku Jambak dia? Gak baik kasar sama cewek!" Sewot Amil.

"Dududuh, kasian anak mami" Rustam menggoda sambil mengelus-elus pipi Amil yang ditampar tadi.

"Udah jangan dimasukin hati, cewek memang aneh bro, dibaikin malah geer, gitu ditolak malah ngamuk-ngamuk" ujar Zul pula, si ketua kelas yang sebenarnya cukup nakal. Tapi nakalnya itu terselubung dan profesional sekali. Dia hanya bandel saat diluar kelas kalau di dalam kelas beh wibawanya udah seperti pak bupati.

"Ini semua gara-gara Fajar!" Amil jadi penasaran apa cerita Fajar ke Hani hingga tuh cewek ngamuk bar-bar kepadanya.

"Eh, Rus nanti istirahat temani aku ke kantin belakang ya, aku mau ngomong sama Fajar"

"Oke" ucap Rustam.

"Eh Mil, apa tuh yang jendol dikantongmu?" Tanya Zul setelah melihat kantong celana Amil yang menggembung.

"Sialan lu Mil, kontolmu ngaceng ya?" Ucap Zul lagi, cepat Amil menekap mulut Zul  sebelum mulutnya semakin mengoceh aneh-aneh. Amil terpaksa keluarkan ponsel barunya.

"Wow" Rustam dan Zul terperangah seketika menyaksikan hape SONER milik Amil.

"Kerennya kau punya hape?" Zul cepat merebut hape itu.

DETAK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang