Detak 19 - Pameran Seni

216 19 1
                                    

"Hai itu stan Radio Global FM!" Girang Rustam seraya menunjuk ke stan yang ternyata didirikan oleh Global FM, radio paling terkenal di wilayah itu.

"Yok kita kesana!" Ajak Rustam.

Teman-temannya pun mengikuti.
Seperti biasa, di gerbang masuk STAN mereka harus mengisi buku tamu. Rustam senyum-senyum, lalu menulis di buku tamu itu dengan gokil.
"Chinta Laurah Kiehel"

Ternyata yang lain ikut-ikutan menulis nama di buku tamu dengan nama-nama gokil.

"Nicholas Syahputra" tulis Zul.

"Roger Danuarta" tulis Riky.

Amil menahan tawa melihat nama-nama ajib yang ditulis temannya.

"Marcella Zalianty" bahkan Leni ikut-ikutan pula.

"Bunga Citra Lestari" Lia juga ketularan. Astaga.

Hanya Amil yang menuliskan namanya dengan baik dan benar.
Herannya si kakak penerima tamu tidak marah, cuma tersenyum-senyum saja membaca deretan nama diluar nalar itu. Tapi tiba-tiba saja dia berteriak.

"Rio! Ini ternyata fans idolamu itu"

Mendengar suara itu, sesosok pria ganteng dengan gaya trendy pun keluar.

"Siapa Mir?" Tanyanya.

"Ini Chinta Laura Behel!" Tunjuk mbak bernama Mira yang menjadi penerima tamu pada Rustam.

Karuan saja Rustam pucat dan malu.

"Ternyata dia laki-laki" itu ucap Mbak Mira lagi.

"Ah eh anu mbak aku cuma iseng!" Cengir Rustam sambil melirik pada Rio. Ternyata sang penyiar radio tampan itu cuma tersenyum-senyum.

"Udah santai aja. Udah tau kok kalau Chinta Laura Behel itu cowok" ucap Rio ramah.

"Kiehel bang bukan behel" celetuk Rustam. Sungguh dia shock ternyata sosok penyiar yang selama ini cuma dapat didengar suaranya itu ganteng sekali.

"Mau lihat-lihat kan? Yok Abang temani" tawaran Bang Rio itu sangat sayang buat dilewatkan. Kini mereka dibawa keliling melihat-lihat isi stan yang kebanyakan berisi alat-alat perlengkapan buat siaran. Bahkan mereka diberi tantangan buat berakting menjadi seorang penyiar radio.

Rustam diminta buat melakukan tantangan itu, sumpah dia deg-degan. Setelah memakai alat-alat pendukung dia pun mulai beraksi.

"Assalamualaikum, selamat pagi buat para pendengar setia radio Global FM, radionya anak muda beken. Bersama saya penyiar terganteng, terkece, termanis meski tanpa gula, Abang Roman, makhluk Tuhan yang paling tampan"

Amil dan kawan-kawan terpingkal-pingkal melihat keceriwisan Rustam yang berpura-pura menjadi penyiar radio.

Rio memperhatikan Rustam dengan pandangan takjub, mungkin kaget melihat kepedean Rustam.

"Kali ini Roman kembali untuk membawakan progam musik kesayangan pendengar semua...MENGGENIT" ucapan Rustam itu karuan saja membuat semua orang terpingkal-pingkal. Bahkan aksi kocaknya itu membuat pengunjung stan yang lain ikutan ngakak dan penasaran padanya.

"MENGGENIT, Mendengarkan lagu-lagu terkini dan ngehit" oh hebat juga Rustam mengarang nama program radio.

Rustam kembali menyerocos panjang.
"Oke sebagai tanda perkenalan dari saya, Roman persembahkan satu lagu yang akan membuat kalian semua bergoyang ria dimanapun kalian berada, ada Terlena-nya dari Ikke Nurjanah, selamat mendengarkan"

Rustam menutup aksinya yang ternyata berhasil membuat pengunjung stan bertepuk tangan.

"Hebat! Tamat sekolah langsung melamar ya ke radio saya!" Wah ternyata pemilik Radio juga hadir di zaman

Rio sendiri memandang takjub. Sebagai hadiah buat Rustam yang berhasil menyelesaikan challenge dia mendapat kaos keren bergambarkan headphone dengan tulisan global FM di bawahnya. Kaos yang sama seperti yang digunakan oleh Rio. Bahkan keduanya kini berdiri berdampingan seperti sepasang kekasih gay.

"Eh kalian udah makan belum?" Tanya Rio pula. Semua orang menggeleng.

"Ya sudah ngebakso yok, biar Abang Rio traktir"

Tentu saja tawaran bagus itu tak boleh ditampik. Hasilnya sesaat kemudian mereka semua kini ada di dalam sebuah warung bakso tak jauh dari lokasi pameran itu. Setelah ngebakso, mereka kembali berpencar untuk melihat-lihat stan lain yang belum sempat dikunjungi.

"Rumah Banjar" Amil yang terus ditemani oleh Riky berdiri di depan stan budaya suku Banjar, karena penasaran mereka masuk. Ada barang-barang seni yang dipajang disana seperti foto-foto para pahlawan Kalimantan, senjata Mandau dan Keris, miniatur rumah adat Banjar, kisah-kisah rakyat seperti kisah Lambung Mangkurat dan dua keponakannya Fatmaraga dan Sukmaraga juga Putri Junjung Buih. Ternyata tak hanya adat Banjar, tetapi juga kesenian suku Dayak juga ada disana. Seorang pemandu tengah menjelaskan tentang tradisi Bapukung, tradisi mengayunkan anak bagi suku Banjar yang unik sekali.

Amil dan Riky mendengar dengan seksama.

"Eh Mil, kau kan orang Banjar, dulu diayun seperti ini enggak?" Tanya Riky.

Amil menggeleng.
"Tapi sepupuku ada yang diayun seperti ini, keren sih. Banyak kue beraneka macam dan juga ketupat aneka bentuk yang gantungi di ayunan itu. Aku sempat dapat ketupat sama kue cincin"

"Lho dia Banjar!" Tunjuk si pemandu pada Amil.

Amil mengangguk "Tapi Ulun kada kawa pander Banjar, bang ai" merendah Amil. (Benar gak sih? Author juga gak ngerti bahasa Banjar 😂)

"Buset itu bisa!" Girang Riky, si pemandu juga tersenyum.

Keduanya kini diajak melihat pakaian adat Banjar dan Dayak.

"Kalian mau coba?" Tanya si kakak pemandu.

Amil dan Riky saling lirik. Lalu keduanya pun mengangguk. Kakak pemandu segera meminta teman-temannya untuk memakaikan pakaian adat Banjar.

Riky dipakaikan baju adat Bagajah Gamuling Baular Lulut, sosoknya yang memang berbadan bagus terlihat keren, di baju adat ini sang pria tidak memakai baju, hanya celana kuning dengan lilitan kain, sedangkan di bagian dada dan perutnya yang terbuka dipenuhi aksesoris berupa kalung-kalung, gagah sekali.  Di kepalanya bertengger mahkota dengan hiasan rangkaian kembang.

Selanjutnya Amil, dia memakai baju adat Baamar Galung Pancar Matahari, berbeda dengan sosok Riky, Amil tampil tertutup karena mengenakan kemeja lengan panjang dengan hiasan renda. Dikepalanya juga bertengger mahkota mirip sultan. Dipinggangnya melilit kain bermotif halilipan.

Keduanya bahkan di foto di depan stan mereka, indah sekali. Amil dan Riky menerima cetakan foto mereka.
***

Hari telah menunjukkan pukul setengah lima, Amil dan Riky menuju parkiran, ternyata teman-temannya sudah ada disana juga, termasuk juga rombongan Fajar. Fajar memandangnya dengan tajam karena berjalan sambil bergelungkan tangan di leher Riky.

"Lama kali kalian!" Celetuk Zul jengkel.

"Eh apa itu?" Tanya Leni yang melihat Amil dan Riky membawa sesuatu di dalam plastik putih khas fotocopy.

Leni meraih foto di tangan Riky itu, lalu terdengar pekik Leni.
"Ya ampun, hot dan seksi!" Tentu saja dia terpana melihat foto Riky menjadi pangeran shirtless yang gagah.

"Duh Amil juga manis sekali disini!"

Karuan saja yang lain mengerumuninya demi melihat sosok di dalam foto. Fajar turut melihat pula, ada raut wajah tak suka di sana. Dia kembali melirik Amil dengan pandangan penuh kecewa.

Mereka akhirnya pulang, Amil diantar Riky sampai ke rumah. Riky menemui emak buat membantu menjelaskan kenapa pulangnya jadi kesorean.

"Ah enggak apa-apa, emak malah senang si Amil punya banyak teman seperti kalian. Jangan kapok ya buat ngajak Amil jalan lagi" ucap emak.

Riky pun pamit dari sana.

Amil segera masuk ke kamar dan menyimpan baik-baik fotonya saat memakai baju adat tadi.
"Duh kerennya, andai saja yang disebelahku itu Fajar" lamun Amil sembari berandai bahwa sosok Fajarlah yang seharusnya ada difoto itu menggantikan Riky. Ah dia masih suka rupanya kepada si pria hitam manis itu.
***

DETAK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang