Detak 10 - Best Day

319 21 9
                                    

Sumpah sejak Fajar punya motor, Amil jadi senang setengah mati, hal itu karena kini setiap hari mereka jadi sering bersama, pergi dan pulang sekolah selalu berboncengan, dan selama itu pula Amil semakin merasakan betapa Fajar begitu perhatian padanya, hemmm sudah hampir dua bulan mereka seperti itu, namun seminggu ini Fajar mulai berubah. Dengar-dengar Fajar pdkt dengan seorang cewek bernama Hanijar, anak SMK jurusan Tata Boga.

Seakan putus cinta, begitulah perasaan Amil saat mendengar kabar itu, apalagi ternyata memang seminggu ini dia dapat melihat kedekatan Fajar dengan Hani.

Bahkan kini waktu bersama mereka telah berkurang, Fajar dan Amil hanya bersama saat sedang pergi ke sekolah karena kini di tiap pulang Fajar selalu mengantarkan Hani dengan Vixion-nya dulu ke rumah Hani yang jauh. Hasilnya setiap siang Amil terpaksa pulang naik angkot Pak Jaiz lagi. Padahal dia senang bukan main karena berkat Fajar dia bisa menabung lebih banyak, uang ongkosnya dikumpulkan dan telah berhasil dia belikan setrika listrik untuk emak. Emaknya bahkan nyaris menangis haru menerima hadiah dari Amil itu. Meski Amil bukan anak bungsu yang dimanjakan namun sejujurnya si emak sebenarnya paling sayang sama Amil, karena Amil itu rajin bantu beres-beres, rajin belajar dan penurut pula.

Kembali kepada Amil, siang itu pulang sekolah, ada ekskul yang harus diikutinya, Amil ikut ekskul teater yang baru dibentuk dan digagas oleh Pak Suli, kebetulan di lapangan voli saat itu ada pula Fajar yang latihan voli, sialnya ternyata disana turut ada Hani juga.

"Anjir, bisa-bisanya aku cemburu!" Maki Amil di dalam hati.
"Sabar Mil, ingat Fajar itu normal, dia cuma menganggap mu sahabat!"
***

Usai ekskul, Fajar dipaksa Hani untuk menemui Amil. Amil sendiri tengah jalan sendirian ke tepi jalan ingin menunggu angkot.

"Hai Mil!" Sapa Hani begitu mereka bertemu.

Sepasang mata Amil membeliak, dia pandangi Hani dan Fajar. Hani tampak gugup, sedangkan Fajar di belakangnya terlihat gelisah.

"Sial, apa maksud dua makhluk ini menampakkan diri di depanku? Mau bikin aku cemburu?" Keluh Amil, miris di dalam hati.

"Eh iya Hani ya?" Sapa Amil dengan mencoba bersikap manis.

Hani mengerjap bahagia saat Amil menyebut namanya dengan manis.

"Iya Mil, hmmm Hani mau nanya, gimana hadiah kemarin yang aku kirim? Kemarin kan kamu ulang tahun, iya kan? Gimana? Suka gak sama hadiah itu?" ucapan Hani itu karuan saja Amil jadi terpelongo bingung. Hadiah? Hadiah apa?

"Hadiah?" Tanya Amil bingung.

Hani semakin berdebar menanti jawaban Amil.
"Iya, hadiah yang aku titipin sama Fajar"

Seketika bola mata Amil berputar ke arah Fajar, terlihat Fajar salah tingkah membuat gestur memohon ampun dan pertolongan, wajah yang dibuat memelas dengan raut sesal.
Amil tahu maksud kode itu.

"Oh iya, hadiahnya bagus kok! Aku suka. Terima kasih ya Han, kalau bukan kamu mungkin aku sudah lupa kalau semalam aku ulang tahun" jawab Amil bohong. Terlihat raut lega di wajah Fajar. Memang Amil sendiri lupa sama ulang tahunnya, semua karena di keluarga mereka yang serba sederhana tradisi perayaan ulang tahun nyaris tidak pernah ada.

"Lantas, apa jawaban bang Amil?" Wow bahkan kini Hani mulai memanggil Abang pada Amil.

"Jawaban?" Tanya Amil bingung lagi. Kembali Fajar membuat gesture memelas minta maaf di belakang sosok Hani.

"Iya jawaban yang ada di surat Hani" ucap Hani dengan wajah merah malu

"Oh, iya aduh Han, aku lupa. Tenang saja, suratnya sudah aku baca kok. Nanti semua aku balas lewat surat juga. Tunggu besok ya!" Jawab Amil semanis mungkin.

DETAK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang