Detak ke 48 - Bukti

260 24 7
                                    

Selepas dari rumah Amil, Fajar langsung ke kantor polisi buat melaporkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Amil kepada Susi, istrinya. Hingga akhirnya setelah proses pemeriksaan laporan, polisi bergerak ke rumah Amil buat pemeriksaan. Namun terpaksa pemeriksaan itu ditunda karena Amil tengah dalam perawatan di rumah sakit akibat babak belur dihajar oleh Fajar.

Amil melimpahkan kasusnya buat ditangani oleh pengacara pribadinya, Pak Santoso.

Pak Santoso lah yang sibuk mengurus proses pemeriksaan kasus Amil ke kantor polisi, tak ada gentar sedikitpun di hati Amil, karena dia punya bukti rekaman CCTV juga rekaman video kejadian.

"Lihatlah Fajar babi! Kau yang akan aku tuntut balik!" Seringai Amil.
***

Berita dugaan pelecehan itu cepat beredar di masyarakat, hingga topik itu menjadi gosip terhangat beberapa hari ini.

Bu Ros dan Tia sampai malu karena ditanyai oleh para tetangga mengenai hal itu. Sedangkan Susi masih trauma dan enggan keluar dari rumah. Sang suami dengan setia menemaninya.
Siang itu Susi tengah beristirahat di kamarnya, perempuan itu baru saja selesai makan siang.

Fajar, Pak Rudi, Bu Ros dan Tia berembuk di ruang keluarga, sedang Rendi sedang mengambil alih tugas Fajar buat mengawasi toko.

"Jar, apa sebaiknya tidak kau cabut saja tuntutan mu kepada Amil?" Tanya Bu Ros hati-hati.

Sepasang mata Fajar langsung membulat lebar.
"Mak! Apa-apaan ini? Emak tak kasihan melihat Susi hampir diperkosa orang? Bagaimana kalau hal itu dialami oleh Tia? Apa Mak masih mau melepaskan orang itu?" Pantas saja Susi tak begitu akur dengan ibu mertua, dan ternyata begini tabiat sang ibu.

"Bukan begitu Jar! Amil telah banyak membantu kita, lagipula Susi tidak sempat diperkosa kan? Lebih baik kita selesaikan masalah ini secara kekeluargaan" tawar Pak Rudi.

"Enggak pak! Susi itu istriku, tidak ada kata damai buat pelaku pelecehan terhadap istriku. Dimana harga diriku sebagai suaminya jika aku gagal membela harga diri istriku!" Geram Fajar, ayahnya sama juga ternyata. Tia cuma diam, perempuan ini bingung harus bersikap bagaimana.

Saat sedang ribut keluarga itu tiba-tiba ponsel Fajar berdering. Ada panggilan dari pihak kepolisian.
"Maaf pak Fajar, setelah meneliti laporan bapak juga setelah melihat bukti-bukti dan saksi mata, kami memutuskan untuk membebaskan Pak Amil"

"Apa? Bangsat? Disogok berapa kalian?" Murka Fajar, bisa-bisanya polisi membebaskan pelaku pelecehan.

"Tidak ada penyogokan Pak Fajar, hati-hatilah dalam berucap. Pihak Pak Amil punya bukti kuat yang menyatakan dia tak bersalah. Untuk lebih jelasnya silahkan bapak konsultasi dengan pengacara bapak, atau biar lebih jelas silahkan datang ke kantor kami"

Telepon terputus. Fajar mengelam kaku menahan emosi di dadanya. Setelah memandang garang kepada orang tuanya, Fajar pun pergi untuk menemui Gusti, teman sekaligus pengacara pribadinya.
***

Sementara itu beberapa ibu-ibu di lingkungan mereka, dipandu oleh Bu Asnah, istri dari Pak Zaid berencana mendemo dan menggeruduk rumah Amil, mereka tahu bahwa Amil telah keluar dari rumah sakit. Emak-emak dan perempuan yang jumlahnya hampir dua lusin itu menyerbu rumah Amil.

Pak Narto dan Pak Undut cepat menutup pagar.

"Amil lelaki bejat! Keluar kau!"

"Pengotor kampung!"

"Sudah homo, pemerkosa pula. Gak laki-laki gak perempuan semua di embat. Usir dia!" Lantang Bu Asnah.

"Ya! Usir! Usir!" Sambut yang lain.

Suara teriakan itu mengganggu Amil beristirahat. Untung saja Arum sudah pulang semalam bersama seorang lelaki yang agaknya sangat dihormati oleh Amil.

"Emak-emak mulut ember! Kau istirahat di sini Mil, biar abangmu ini yang mengurus mereka!" Geram laki-laki itu.

DETAK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang