Detak 40 - Amarah

327 25 5
                                    

Fajar menuju rumah Amil, padahal jelas-jelas Amil ada di warungnya, namun memang bukan Amil yang ingin ditemuinya, melainkan dua satpam yang bekerja disana. Dia ingin meminta kontak nomor Amil, Pak Narto awalnya menolak, namun setelah disogok oleh Fajar akhirnya dia berhasil mendapatkan nomor kontak Amil. Pak Undut sendiri ternyata tengah tertidur karena dini hari nanti dia yang gantian berjaga.

Fajar pulang ke rumah, istrinya belum pulang dari warung, maka diapun menelpon.

"Dek, masih di warung?" Tanya Fajar.

"Masih bang, tamu lagi rame"

"Oh Amil masih ada disana?"

"Baru saja pulang sama temannya"

"Kemana?" Tanya Fajar gelisah.

"Ya mana aku tahu!" Setelah mendengar jawaban Susi, Fajar langsung memutus teleponnya.

Dia segera menelpon Pak Narto, tadi mereka sempat pula bertukar nomor, bahkan secara diam-diam Pak Narto berhasil direkrutnya untuk menjadi mata-mata mengawasi Amil, tentu saja dengan imbalan uang.

"Hallo pak Narto"  sapa Fajar dengan cepat begitu teleponnya diangkat.

"Iya pak, ada apa?"

"Bos mu sudah balik?".

"Sudah pak, baru saja. Sama temannya tadi, aku belum kenal. Mereka berdua masuk ke rumah"

Mendengar jawaban itu seketika hati Fajar jadi tak karuan, dia memutuskan sambungan telepon.

"Apa yang Amil dan Yadi lakukan di rumah? Jangan-jangan mereka ngamar bareng. Dasar homo anjing! Sudah punya istri tapi masih doyan main sama laki! Awas saja kau Amil, didunia ini tak ada seorang lelakipun yang boleh menyentuhmu kecuali aku"
***

Fajar tak dapat menahan dirinya lagi, sudah tiga jam dia menahan gelisah, bahkan sang istri, Susi telah pulang sedari tadi dan tengah terpulas sekarang di sebelahnya.

Fajar bangkit dari ranjang, dengan hanya bercelana kolor dia keluar dari kamar, suasana rumahnya redup karena semua orang telah tertidur.

"Apa yang dilakukan Amil dan Yadi sekarang? Jangan-jangan mereka!" Kegelisahan nya tak tertahan lagi, dia segera menelpon nomor Amil yang didapatnya dari Pak Narto. Sudah pukul dua dini hari. Panggilan tersambung dan ada yang mengangkat, namun bukan Amil melainkan, hmmm pasti Yadi.

"Halo ini siapa?" Tanya suara Yadi dengan suara aneh, agak tertahan gimana gitu, seolah-olah sedang menahan rasa geli.

"Kau yang siapa? Mana Amil" tanya Fajar dengan dada mendadak berdegup hebat.

"Amil, oh dia ada di bawahku...argggghhh pelan-pelan" wah jawaban Yadi melantur.

"Apanya yang pelan-pelan?" Tanya Fajar dengan kuping panas.

"Ngemutnya! Argh maaf bro, lagi enak ini, jangan ganggu dulu. Kalau penting nanti subuh telepon lagi!" Tuts, telepon terputus.

"Arhhhh, anjing, kontol, ngentot!" Maki Fajar, lalu brakk, dia membanting ponselnya ke lantai dengan kerasnya. Dia tak tahu mengapa bisa seemosi ini! Dia marah, dia benar-benar marah pada Amil.

"Hoi bang. Kau kenapa?" Satu suara menegurnya. Rendi ternyata sang adik yang tidur di kamar terdekat dengan posisi Fajar sekarang terbangun karena mendengar suara makian Fajar dan bantingan hapenya.

"Bukan urusanmu!" Maki Fajar. Dia kembali ke kamar, menendang pintu kamarnya lalu masuk ke dalam, dia melirik tubuh Susi. Tiba-tiba saja dia horny, dibenaknya terbayang masa lalunya, masa-masa dimana dia bercinta dengan Amil.

"Teganya kau Amil! Kau beri tubuhmu itu kepada pria lain" Fajar melompat ke ranjang dan langsung melumat tubuh Susi hingga perempuan itu terkejut mendapat sergapan yang tak disangka.

DETAK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang