Prolog

574 23 28
                                    

Sebelum baca, kita kuis singkat dulu yuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca, kita kuis singkat dulu yuk.

1. Kalian ketemu cerita ini darimana?

2. Sebutin satu tempat yang mau kalian kunjungi setidaknya sekali seumur hidup.

3. Baca cerita ini jam berapa?

---

Buat para pembaca, aku ucapkan selamat berpetualang di kisah Selatan dan Utara.

-Welcome to the two poles of the world-

***

"Selatan, berhenti!" Utara berteriak. Gadis itu berusaha keras menarik lengan Selatan yang masih menghajar Benua tanpa ampun walau lelaki itu sudah terkapar tidak berdaya.

"Berhenti atau kita putus sekarang juga?!"

Berhasil. Selatan mulai terdiam mematung setelah mendengar ancaman Utara. Tapi semua itu tidak bertahan lama. Rahang Selatan kembali terlihat mengeras, bersamaan dengan tatapannya yang semakin menajam.

Tanpa pikir panjang, lelaki itu langsung menarik lengan Utara pergi dari sana. Meninggalkan Benua yang segera ditolong oleh orang-orang yang sedari tadi hanya bisa menyaksikan.

Sesampainya di parkiran, Selatan memaksa Utara masuk ke dalam mobilnya. Bahkan ia sempat mengancam satpam sekolah mereka agar mau membukakan gerbang untuknya membolos di detik itu juga.

Setelah keluar dari perkarangan sekolah, Selatan langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Membuat Utara terus memohon di sepanjang jalan agar lelaki itu berhenti setelah berulang kali hampir menabrak pengendara lain.

"Selatan, tolong berhenti. Ini berbahaya. Dengerin gue, Sel!" bentak Utara pada akhirnya ketika sudah terlampau panik.

Selatan memang menuruti Utara dan langsung menepikan mobilnya saat itu juga. Tetapi lelaki itu melakukan rem mendadak, membuat kening Utara hampir saja terbentur ke dashboard mobil jika tidak memakai sabuk pengaman.

Suasana cukup hening sampai akhirnya Selatan memilih buka suara. "Ulangi apa yang lo bilang tadi!" tekannya dengan suara berat yang terdengar seperti sebuah penghakiman di telinga Utara.

Sebisa mungkin gadis itu menghindari tatapan tajam bak pedang milik Selatan yang setia mengarah padanya. "Gue mau turun!"

"Siapa yang izinin lo turun?"

Belum sempat Utara membuka pintu mobil, lengannya sudah dicengkram kuat oleh Selatan. Lelaki itu menariknya mendekat hingga jarak di antara mereka kian terkikis.

"Coba ulangi ucapan lo waktu di sekolah tadi!" titah Selatan mutlak dan tidak bisa dibantah. Tatapannya yang tajam pun berubah datar saat melihat Utara memalingkan wajah darinya.

"Kenapa diam? Dimana keberanian lo yang ngancam gue minta putus tadi?" tanyanya kembali bersuara ketika Utara masih setia membisu.

"Jangan coba-coba bilang putus lagi, kalau lo belum siap nanggung konsekuensinya, Utara. Apalagi sampai lo belain Benua kaya tadi. Gue ga suka. Lo ngerti kan?"

Selatan sudah memegang sebelah rahang Utara. Mengelusnya dengan ibu jari secara perlahan. Dilanjutkan dengan menatap Utara penuh intimidasi seakan mengancam gadis itu lewat tatapannya.

"Lo terlalu ngekang gue, Sel. Hubungan kaya gini udah ga sehat, gue yakin lo tau itu!" balas Utara mencoba untuk tidak terpengaruh dengan ancaman tersirat Selatan. Ia pun dengan tegas langsung menepis tangan Selatan dari wajahnya.

Tentu saja hal itu membuat Selatan berdecak tidak suka. "Gue gini karna gue sayang lo, Utara."

"You're a good liar. Kalau lo beneran sayang sama gue ... lo ga akan ngejalin hubungan sama gue atas dasar taruhan!"

Di detik itu Selatan seketika bungkam. Tatapannya langsung kosong dengan dada yang berdebar ketakutan. Ia tidak menyangka jika Utara ... mengetahui segalanya.

[Selatan Laksamana Muda Hartigan]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Selatan Laksamana Muda Hartigan]


••
•••
Tbc,

Hai, All!

Selamat datang di cerita baruku.

Gimana? Siap mengawal perjalanan dua kutub ini menjemput garis takdir mereka sampai akhir cerita?

Setelah Karan, akhirnya aku bisa kembali lagi membawakan bocil redflag dan sedikit tantrum yakni Selatan.

Gapapa Selatan bendera merah, soalnya merah kan warna cinta hehe.

Tapi bercanda, All. Karena ini fiksi, yang modelan Selatan mah sikat aja. Tapi kalau di dunia nyata, jangan coba-coba.

Kalau masih bandel ya ... gatau lagi aku. Itu namanya seni menyakiti diri sendiri.

Oh ya, jangan lupa untuk vote di setiap chapter sebagai apresiasi untuk penulisnya ya. Kalau ramai aku bakalan publish part selanjutnya dalam waktu dekat.

See u, All!

SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang