Sabtu pagi ini, Utara telah selesai bersiap dengan rapi. Ia memakai tanktop hitam, dilapisi dengan kemeja flanel yang didominasi warna hijau lumut, dilengkapi high waist jeans yang membuat tubuhnya semakin terlihat ideal.
Di saat sebuah maserati putih berhenti tepat di depan gerbang rumahnya, gadis itu langsung berlari kecil menghampiri. Membuat sang pengendara yang dituju langsung keluar dengan tatapan panik.
"Jangan lari-lari," peringat Selatan tepat di saat Utara sudah sampai di hadapannya.
"Seharusnya lo dengerin gue. Gue ga perlu dijemput!" omel Utara mengabaikan perkataan Selatan.
Selatan hanya menggeleng pelan sembari tersenyum tipis. "Memang ga boleh gue jemput malaikat penolong gue?"
Utara langsung merotasikan kedua bola matanya jengah. Merasa sikap Selatan terlalu berlebihan. "Lebay!"
"Oh ya, kemarin karna lo gu-"
"Udah, masuk dulu. Kalau kita bicara di sini terus, yang ada waktu bakalan kebuang sia-sia." Selatan pun berjalan menuju sisi lain mobilnya guna membukakan pintu untuk Utara.
Awalnya Utara kesal, namun mengingat jika perkataan Selatan ada benarnya membuat Utara akhirnya menuruti lelaki itu. Tapi nanti ia tidak akan melepaskan Selatan agar bertanggung jawab soal kesalahpahaman yang terjadi di sekolah mereka.
"Kita belajarnya jadi di kafe dekat sini kan?" tanya Utara yang hanya dibalas deheman singkat Selatan.
Setelah itu, keheningan terus melanda keduanya sampai akhirnya mereka tiba di sebuah kafe yang dituju.
"Kafenya tutup," Selatan diam-diam mengembangkan senyuman miringnya tanpa sepengetahuan Utara.
Kini, dapat terlihat dengan jelas raut kecewa di wajah gadis itu. "Yah, kok tumben banget ya tutup? Biasanya buka kok,"
Selatan mengangkat kedua bahunya. Berpura-pura seolah tidak tahu, padahal ia sendirilah yang merupakan dalang dari tutupnya kafe tersebut.
"Trus gimana? Cari tempat lain? Tapi gue ga suka kafe lain buat belajar selain di sini." Utara menatap ke arah Selatan penuh tanya.
"Jadi?" tanya Selatan.
"Apa kita ke perpustakaan aja ya?" usul Utara yang sukses membuat mata Selatan membola.
"Ga mau. Gue ga suka perpustakaan. Membosankan." Selatan sebisa mungkin berusaha untuk memikirkan alasan yang logis dalam mengutarakan rencananya tanpa mendapat penolakan dari gadis itu.
Fakta menyenangkannya, sedari lahir hingga detik ini Selatan hidup, baru sekarang pertama kalinya lelaki itu bersedia memikirkan tentang penolakan orang lain.
"Lagian ini juga tanggal merah karena cuti bersama. Perpustakaan ga buka," lanjut Selatan cepat sehingga membuat Utara yang awalnya ingin protes langsung terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selatan
Teen FictionKing of love, king of racing, king of parties, good at sports especially basketball, and last but not least, he is a ... casanova. Tidak ada yang tidak mengenal Selatan Laksamana Muda Hartigan. Seorang remaja lelaki yang berhasil mendapatkan semua g...