8. Threat

210 17 8
                                    

Walau targetnya belum tembus, aku up duluan ini sebelum hibernasi panjang"))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walau targetnya belum tembus, aku up duluan ini sebelum hibernasi panjang"))

Part ini sambungan yang kemarin. Kalau lupa, boleh baca ulang lagi ya.

Jangan lupa vote dulu sebelum baca. Wajib ini 😯

Happy Reading, All!

***

"Gue ga bercanda, Ra. Gue ga pernah bercanda soal perasaan gue ke lo! Kenapa lo selalu anggap gue main-main?"

Selatan mulai kesal ketika Utara terus-menerus menolaknya. Berusaha tidak terpancing emosi lebih jauh, ia lantas membawa kedua tangannya untuk menangkup wajah Utara agar gadis itu tidak menghindari tatapannya kembali.

"Tatap mata gue. Lo tau? Katanya mata ga akan bisa berbohong. Lo boleh lihat keseriusan gue dari sana!"

Pandangan Utara seolah terkunci pada retina cokelat terang Selatan. Benar saja, gadis itu dapat melihat keyakinan yang sarat akan ketegasan. Namun, tetap saja Utara tidak bisa menerima kehadiran Selatan di dalam hatinya.

"Gue serius mau ngejalin hubungan dengan lo, Ra." Selatan berucap pelan. Seolah merasa sedih mendapat penolakan berulang dari Utara.

"Tapi kita ga punya dan ga akan punya hubungan apa-apa, Selatan!" sangkal Utara dengan menjauhkan tangan Selatan dari wajahnya.

Selatan yang kembali mendapat penyangkalan Utara lantas menggeleng tegas. "Lo pacar gue!" terangnya tidak mau disanggah.

"Jangan bicara omong kosong, Sel!" tolak Utara mengambil sedikit jarak dari lelaki di hadapannya.

Di detik itu juga, tatapan Selatan terlihat menggelap dengan rahang yang mengeras. "Don't be denial!" balas Selatan dengan suara rendahnya.

"Gue bukan menyangkal. Tapi lo sendiri yang selama ini selalu memutuskan secara sepihak. Tanpa persetujuan gue."

Utara mencoba keras menghindari Selatan yang hendak menggapainya. Namun, posisi gadis itu yang sudah tersudutkan membuatnya tidak lagi dapat bergerak leluasa.

Selatan berhasil meraih Utara. Wajah lelaki itu kini terlihat datar dan tidak bersahabat. Pupil matanya turut membesar seolah sedang menatap mangsa buruannya yang tidak lagi dapat melawan.

"Gue peringati lo buat berhenti menyangkal semuanya, Ra. Mulai dari sekarang!" tegur Selatan semakin menguatkan cengkramannya pada kedua lengan Utara dengan kuat.

"Lo yang seharusnya sadar! Berhenti berkhayal Selatan! Kita ga pernah pacaran dan lo bukan pacar gue!"

Hawa di sekitar Selatan semakin keruh. Tidak ada ekspresi apa pun di wajah lelaki itu. Namun satu hal yang pasti, pandangan Selatan semakin menggelap dengan aura mencekam yang berangsur keluar.

Utara langsung mundur teratur ketika Selatan melepaskannya. Gadis itu pun menggeleng pelan sembari mendorong dada bidang Selatan yang ikut maju mengikis jarak di antara mereka.

SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang