******
Suara pisau yang beradu dengan telenan mengisi kesunyian dapur. Sang empu terlihat sedang memotong beberapa bawang dan beberapa bahan lainnya dengan telaten sehingga menghasilkan potongan yang rapi dan hampir semua memiliki ukuran yang sama. Setelah semua dirasa cukup ia memasukan bahan tersebut ke dalam wajan yang sudah berisi minyak yang panas yang sudah ia siapkan sehingga menimbulkan suara mendesis.
Aroma nikmat dan harum menguar memenuhi dapur, membuat siapapun rasanya ingin mengikuti aroma tersebut.
Tak lama suara langkah seseorang terdengar mendekat. Pemuda dengan pakaian rumahan itu tersenyum melihat seorang yang sedang lihai memainkan spatula di atas wajannya.
"Apa kau lembur untuk memasak ini semua?" Brian, menatap sekeliling meja makan, terlihat banyak makanan yang sudah tersaji di sana.
Dahyun yang masih fokus dengan masakannya menoleh sekilas lalu tersenyum.
"Untuk memasak seperti ini aku tidak perlu butuh waktu yang lama, kak" jawab dahyun dengan kekehan.
Brian mendekati Dahyun, dengan jarak sedekat ini dia dengan jelas bisa mencium masakan yang masih saja ditekuni oleh Dahyun.
"Apa ada acara, kenapa kau membuat masakan sebanyak ini?" Tanyanya dan mulai mengambil alih kegiatan Dahyun.
Sebenarnya ada banyak pertanyaan didalam kepala Brian sedari kemarin ketika ia melihat adiknya yang terus murung namun saat pagi ini melihat Dahyun sudah seperti biasa ia mengurungkan niatnya karena mungkin jika dirinya mengungkit bisa saja membuat Dahyun murung kembali.
"Aku hanya ingin" Dahyun menyengir membuat Brian medengus, "Kemarin Rowoon mendapatkan nilai yang bagus jadi aku ingin membuatkan dia masakan kesukaannya. Lagipula hari ini semua keluarga ada dirumah jadi sekalian saja aku memasak untuk kalian"
"Yasudah kau panggil mereka. Biar aku yang menyelesaikan ini"
"Baiklah"
Sesuai perintah Brian, Dahyun meninggalkan dapur untuk menuju ke halaman belakang tanpa ada rasa khawatir karena Dahyun tahu jika Brian juga pandai dalam urusan masak memasak. Hari ini memang keluarganya berada dirumah semua, ayah hari ini memilih tidak ke restoran, ibu dahyun juga tidak pergi ke toko bunganya, dan Brian, juga dua hari kedepan mengambil cuti.
Dahyun berhenti diambang pintu, senyumnya kembali terukir melihat rowoon yang bermain dengan kakek dan neneknya. Terlihat sekali mereka menikmati hari santai mereka.
"Kalian tidak lapar?" Dahyun mendekat lebih tepatnya mendekati rowoon yang sedang bermain bola, wanita itu berjongkok menyamai tubuh sang anak.
"Eomma sudah membuatkan kau makanan kesukaanmu. Mari, sekarang kita makan"
"Aku mau di gendong" Ucap anak kecil itu dengan wajah yang mengemaskan
"Biar kakek yang mengendongmu" Tawar tuan kang yang ditolak oleh rowoon.
"Aku ingin dengan bunda"
"Kajja, aku akan mengendongmu"
Dahyun megendong tubuh mungil rowoon, mencium kening lalu pipi gembulnya.
"Geli bunda"
Suara tawa menguar di halaman, mereka semua tahu jika rowoon memang tidak suka di cium apalagi di cium pipinya dia akan selalu menolak tapi Dahyun tak pernah perduli dan ia tak pernah absen untuk mencium pipi sang anak setiap harinya.
"Benarkah? Kalau begitu bunda akan terus menciumnya"
"Kakek tolong rowoon"
******
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Fanfiction"Apapun yang terjadi Dahyun akan selalu menerima hidup dan takdirnya namun ia tak akan pernah menerima jika suatu saat ada orang yang mengambil putra kesayangannya sekalipun itu orangtua kandungnya atau seseorang yang masih kerabat putranya"