Chapter 5

140 30 5
                                    

****

Sejak Dahyun memutuskan untuk menjaga dan merawat Rowoon ia sudah memikirkan apa saja nanti yang akan orang pikir tentangnya terutama tentang ayah rowoon. Entah orang akan memikirkan siapa ayah rowoon, apakah rowoon anak kandungnya, apakah mereka bercerai sehingga ayahnya tidak ada, apa ayahnya meninggal dan yang paling parah apakah Dahyun memiliki anak diluar nikah.

Meski yang orang tahu jika Dahyun itu anak dari keluarga Kang namun ia tidak pernah mengatakan atau memberi penegasan jika dirinya adalah anak dari Pak Kang.

Dahyun selalu memilih menjawab dia anak Pak Kang tetapi dia tidak mengatakan jika dirinya anak yang dulu orang-orang kenal semasa kecil karena memang Dahyun bukan anak kecil yang mereka kenal dahulu.

Dan pertanyaan dimana ayah Rowoon selalu ia dapatkan orang sekitar. Setiap kali Dahyun hanya menjawabnya dengan senyum tipis karena Dahyun sendiri juga tidak tahu siapa ayah Rowoon dan dimana ia berada.

Dahyun sudah berjanji dengan dirinya sendiri. Jika ia tak akan pernah mengatakan jika rowoon bukanlah anak kandungnya kepada dunia. Dahyun tahu mungkin ia egois bahkan menyembunyikan itu semua dari putranya. Tapi, bagi Dahyun apa yang ia lakukan ini yang terbaik untuk mereka.

Mungkin pertanyaan siapa ayah rowoon, Dahyun bisa saja menangapi itu dari semua orang dengan senyuman tapi tidak jika pertanyaan itu meluncur dari bibir sang anak.

Entah darimana ia mengatakan itu, tapi sepulang sekolah tadi rowoon yang masih dengan seragam sekolahnya menyerbu Dahyun dengan sebuah pelukan dengan tatapan polos dan juga bibir yang mengerucut dia bertanya.

"Bunda, kemana ayah kenapa aku tak pernah melihatnya. Apa dia tidak menyanyangiku?"

Hati Dahyun mencelos ketika kata-kata yang tak pernah ia ingin dengarkan itu keluar begitu saja dari mulut Rowoon.

Dahyun menoleh ke arah Brian yang menghampiri mereka. Hari ini memang Brian yang menjemput Rowoon dari sekolah sebab tadi saat diperjalanan tiba-tiba mobil Dahyun mogok.

Ketika pandangan mereka bertemu Brian mengedikan bahunya, tanda ia juga tak tahu apa-apa.

"Sejak dimobil tadi dia bertanya tentang ayahnya. Mungkin dia melihat temannya yang sedang bersama ayahnya"

Dahyun mengangguk paham, memang diusia yang masih belia seseorang pasti akan sering menanyakan sesuatu yang menganjal dipikirannya atau sesuatu yang mereka lihat.

Dahyun dengan perlahan menurunkan Rowoon dari gendongannya. Menatap lekat wajah polosnya dan mengecup kening sang anak sebentar.

"Apa Rowoon merindukan ayah?"

Rowoon mengangguk pelan, "Hem, teman-temanku semua memiliki ayah bahkan mereka juga sering bermain dengan ayahnya tapi rowoon tak pernah melihat ayah, Apa ayah membenciku?" Kini mata jernihnya mulai berkaca kembali.

"Rowoon, di dunia ini banyak sekali hal yang tidak semuanya bisa kita ketahui dan miliki. Seperti halnya rowoon yang tidak tahu dimana ayah rowoon tapi bunda yakin jika ayah sangat menyayangimu dimanapun dia berada" Sebenarnya Dahyun juga tidak yakin dengan jawabannya ini, apakah rowoon akan percaya atau tidak.

"Dan satu lagi kau tidak harus seperti temanmu. Mereka memang memiliki ayah tapi belum tentu mereka memiliki paman seperti paman Brian yang baik hati, kakek yang sangat sayang padamu dan juga nenek yang selalu menyuapimu dan memasak makanan kesukaanmu. Apa Rowoon tidak bersyukur dengan itu semua?"

Rowoon mengedipkan matanya berulang kali. Seakan sedang mengolah ucapan Dahyun di dalam otaknya.

"Bunda benar, aku juga punya paman Guanlun yang sangat menyayangiku, kan?"

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang