Chapter 9

93 23 13
                                    


****

Guanlin masih ingat dengan jelas ketika beberapa tahun lalu ia mengikuti Dahyun dari belakang karena guru kesayangannya itu yang tak mau diajak pulang bersamanya. Guanlin sampai rela mengambil jalan yang berbeda dengan arah rumahnya hanya agar bisa melihat Dahyun dan memastikan Dahyun selamat sampai tujuan.

Guanlin rindu akan hal itu, menyaksikan mobil Dahyun yang melaju didepanya dan dirinya dengan motor besarnya yang berada tak jauh dibelakangnya dengan senyum dibibir yang tertutup helm fullface-nya.

Disituasi seperti ini Guanlin justru membayangkan dirinya layaknya pangeran berkuda putih yang menjaga seorang permaisuri yang berada didalam kereta kencana.

"Wow, bukankah ini sangat, Daebak"

Membayangkan itu membuatnya semakin melebarkan senyumnya. Namun semua itu tak berlangsung lama ketika melihat mobil yang tiba-tiba menyalipnya dan melaju disamping mobil Dahyun.

Awalnya Guanlin pikir pengendara mobil itu terburu-buru tetapi ia salah sebab Guanlin merasa janggal ketika melihat mobil itu yang seakan mendesak dan ingin menabrakan mobilnya ke mobil Dahyun.

"Wah, apa dia mau mencari masalah?" Guanlin bergumam, pemuda dengan jaket kulit itu menambah kecepatan laju motornya.

Dengan gesit Guanlin melewati mobil yang terus mengincar Dahyun. setelah berhasil melewatinya, motor Guanlin terus saja berada didepan mobil itu bermaksud agar Dahyun jalan lebih dulu dan ia akan menghalangi mobil tadi. Setiap mobil itu ke kiri Guanlin juga akan mengikutinya sampai sepertinya pengendara itu sudah jengah dan merubah haluan menjadikan Guanlin sasarannya.

Beberapa kali Motor Guanlin ditabrak dengan sengaja dari belakang untungnya Guanlin bisa menjaga keseimbangannya meski agak sedikit oleng. Sementara didepan sana Dahyun yang tadi sekelebat melihat motor Guanlin terus saja menoleh ke belakang memastikan jika apa yang dilihat tadi bukanlah sebuah khayalan.

"Benar itu sepertinya memang Guang_YAAK" Dahyun menginjak rem mobilnya dengan cepat ketika melihat motor Guanlin terjatuh, belum juga ia keluar dari mobil tiba-tiba kaca mobil nya dilempar batu oleh seseorang yang ada dimobil yang sejak tadi mengikutinya.

Gerakan mereka yang cepat dan juga konsentrasi Dahyun yang terpecah membuatnya tak bisa sepenuhnya melindungi diri alhasil serpihan kaca yang pecah melesat ke arah wajahnya dan mengores pipinya juga sebagian tangan yang tadinya ia ingin gunakan untuk melindungi wajahnya.

Dahyun seakan tak perduli dengan kondisinya ataupun mobilnya yang ia lakukan justru keluar dari mobil dan menghampiri Guanlin.

"Hei, Kau tidak apa-apa?"

Guanlin mendudukan tubuhnya, suara ringisan terdengar dari bibirnya ketika ia meluruskan kakinya yang terluka karena tadi sempat tertiban motor, untungnya Guanlin dengan cepat bisa menarik kakinya kalau tidak mungkin sekarang kakinya lebih sakit dibanding yang ia rasakan saat ini.

"Saem" Guanlin menoleh kearah Dahyun, tatapannya langsung tertuju ke pipi putih Dahyun yang tergores dan meninggalkan sedikit darah. "Saem tidak apa-apa? apa saem terluka parah? Ah sial, harusnya aku bisa melindungi saem"

Dahyun berdecak mendengar pertanyaan Guanlin yang lebih seperti ocehan "Sebelum kau mengkhawatirkan aku, lebih baik kau lihat dirimu sendiri"

Guanlin tersentak saat tangan Dahyun menariknya.

"Lihatnya tanganmu terluka, kepalamu juga terbentur belum lagi dahimu yang tergores aspal dan kakimu juga belum lagi motor mu yang terlihat rusak"

Berbeda dengan Dahyun, Guanlin justru tersenyum mendengar ocehan Dahyun. Sangat jarang ia bisa mendapat ocehan seperti ini dari Dahyun.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang