4. Perusak Suasana

12.4K 1.5K 252
                                    

coyyy ini ada hampir 4 ribu kataaa, kalau komennya dikit aku ngambek seminggu yaaa😭😭😭😭😭😭


"Kemarin aku diajak ketemuan sama klien di situ. Menunya enak-enak. Kafenya masih baru. Aku nyoba udang saus telur asin, langsung kepikiran kamu. Pasti kamu suka banget!" Rafly menyebutkan sebuah kafe yang letaknya enggak terlalu jauh dari rumah Alit.

Seperti biasa, pria itu selalu punya banyak ide untuk dikunjungi, sehingga Alit enggak perlu susah-susah bilang terserah.

Pria itu betulan menjemputnya jam tujuh tepat. Karena tahu kalau Rafly selalu on time, Alit sudah berdandan paripurna sejak pukul lima sore, yang sempat mendapat nyinyiran dari Bunda. "Ini kamu wangi banget, kayak habis mandi kembang. Mau keluar sama Rafly, Lit?"

Beruntung, orangtuanya enggak pernah membatasi pakaian model apa saja yang Alit pakai. Hari ini Alit pakai atasan knit tanpa lengan berwarna biru laut, dipadukan dengan celana jeans high waist. Bunda yang melihat atasan ketat Alit cuma menyuruhnya pakai cardigan, dengan alasan, "Enggak enak kalau dilihat tetangga!"

Itu karena Bunda sangat mendukung kebebasan anaknya bereksperesi, selama masih dalam batas normal. Dan barangkalo Bunda juga percaya Alit enggak akan macam-macam. Pakaian yang ia kenakan, murni hanya ingin lebih percaya diri dengan proporsi tubuhnya saja, enggak ada maksud tertentu. Dan Alit juga enggak berencana merusak kepercayaan orangtuanya dengan melakukan hal-hal di luar batas.

Tapi kalau peluk-peluk dan cium dikit, enggak masalah 'kan?

Sayangnya, Alit enggak bisa asal memeluk Rafly tanpa alasan di saat hubungannya masih menggantung begini. Makanya sejak tadi Alit enggak banyak menanggapi omongan Rafly, karena kepalanya sedang sibuk menyusun kata-kata.

"Semoga aja kafenya enggak rame ya, Ras? Ini tuh tipe kafe minimalis yang enggak terlalu besar gitu," ujar Rafly lagi.

"Ini bukan weekend. Semoga aja enggak rame," sahut Alit seadanya.

"Kalau rame, nanti gantian kamu yang cari tempat mau ke mana ya?"

"Oke." Alit menjawabnya sambil menatap Rafly lamat-lamat. Mengagumi side profil Rafly yang semakin dewasa, makin menawan. Pria ini bukan lagi remaja cungkring yang ia temui saat KKN.

Kalau diingat dengan detail, perubahan Rafly selama dua tahun terakhir sangat banyak. Pasalnya saat semester akhir, Rafly sempat membiarkan rambutnya gondrong, dengan kumis tipis yang enggak dicukur bersih. Badannya yang tinggi dan kurus, membuatnya terlihat seperti anak kos-kosan kekurangan gizi, padahal Rafly bukan anak kos. Dengan penampilan seperti itu pun, Alit sudah jatuh cinta. Apalagi sekarang?

Entah sejak kapan, Rafly rutin ngegym. Meski enggak terlalu berotot, bahunya lebih bidang dengan tubuh liat. Sempurna untuk Alit jadikan sandaran. Dan semenjak bekerja, Rafly rutin merapikan rambutnya di barber shop setiap bulan, karena pekerjaannya menuntut ia untuk selalu tampil rapi agar terlihat profesional. Dan itu adalah bagian yang paling Alit suka dalam satu bulan. Rasanya, ia selalu menantikan hari di mana Rafly mengajaknya potong rambut. Karena setiap habis potong rambut, Rafly jadi terlihat lima kali lebih ganteng.

"Tadi dari kantor kamu pulang ke rumah dulu, Raf?" tanya Alit ketika baru sadar kalau malam ini Rafly memakai kaos polo casual, bukan setelan kemeja formal yang biasa dipakai bekerja.

"Iya. Sekalian minjem mobil Papa biar kamu enggak kena angin malem."

Keseharian Rafly selalu naik motor. Meski Alit berulang kali bilang kalau dia enggak masalah naik motor, Rafly tetap lebih sering meminjam mobil Papanya setiap mereka mau jalan. Dalam hati Alit mendengkus. Padahal kalau naik motor kan bisa pelukan lama.

Hello ShittyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang