Sejak memasuki bulan November, Alit sudah pusing duluan memikirkan harus memberikan kado apa untuk Brian. Otaknya yang kecil ini sama sekali tidak bisa dipakai untuk berpikir, apa yang akan dia lakukan untuk merayakan ulang tahun Brian agar terasa lebih spesial.
Apalagi semenjak ia menonton konser Coldplay kemarin, Alit makin pusing harus memberikan kado apa. Brian sudah memiliki semuanya. Bahkan seluruh isi tabungan Alit belum tentu cukup untuk membeli satu lembar kemeja yang Brian pakai ke kantor.
Pria itu suka jam tangan mahal. Yang tentu saja Alit nggak mampu membelinya. Dan kalau pun ia punya uang ratusan juta, lebih baik dipakai untuk DP rumah, ketimbang sebuah jam tangan mungil yang tidak bisa menambah waktu. Mau pakai jam mahal atau murah, waktu yang kita lalui setiap hari tetap 24 jam, kan?
Selain jam tangan, Brian juga suka banget motor. Di waktu luangnya, Brian suka menonton Youtube tentang otomotif, memodifikasi motornya sedemikian rupa, yang sama sekali enggak Alit pahami. Namun, ia tidak sebodoh itu untuk menebak-nebak berapa uang yang Brian keluarkan untuk Triumph Boneville yang selama ini ia elu-elukan kegantengannya itu. Dan tentu saja Alit enggak mampu memberikan apa pun yang berkaitan soal itu.
Lalu apa lagi?
Enggak mungkin setelah Brian membelikan tiket Coldplay seharga lima juta lebih—belum lagi dia harus membayar Fano untuk mendapatkan video lamarannya, dan berbagai macam bekal yang dibawakan setiap harinya—Alit cuma memberikan ucapan selamat beserta ciuman-ciuman manja, kan?
Enggak mungkin juga kalau Alit cuma memberikan scrapbook berisi kumpulan foto mereka yang dihias sedemikian rupa dengan tambahan lirik lagu romantis di bawahnya.
Dan sejujurnya, Alit sudah membuat scrapbook itu dalam tiga hari penuh begadang. Namun, tetap saja dia harus memberikan kado lain yang bernilai uang. Bukan sekadar kertas-kertas murahan begitu. Meski scrapbook buatannya dipenuhi oleh cinta dan ketulusan, tetap saja Alit ingin membalas semua pemberian Brian menggunakan tabungan yang selama ini ia kumpulkan dengan susah payah.
Saking pusingnya berpikir, tidak terasa sudah tiga hari menjelang ulang tahun Brian. Rencananya hari Sabtu besok mereka akan terbang ke Yogyakarta bersama dengan keluarga inti Brian. Alit mengambil cuti tahunannya di tanggal 27 dan 28. Sehingga dia bisa menghabiskan waktu lebih lama di Jogja.
Meski itu membuat Janeta senewen, ia mulai belajar untuk bersikap bodo amat. Lagi pula, peraturan kantor melarang mengambil cuti lebih dari tiga hari secara berturut-turut. Tidak ada batasan dalam sebulan itu maksimal mengambil cuti berapa hari. Jadi, Alit santai-santai saja menghadap Janeta yang tampak sengit.
Untungnya setelah Alit bilang kalau dia akan lamaran di Yogyakarta, Faiq memberikan selamat dengan raut sumringah, dan membela Alit di depan semua orang, bahwa cuti itu adalah hak semua karyawan. Asalkan Alit sudah menyelesaikan semua deadline-nya bulan ini sebelum cuti. Yang langsung disanggupi Alit dengan senang hati.
Jadi, bisa dibayangkan seminggu terakhir, sesibuk apa Alit menyelesaikan semua deadline-nya, diselingi dengan membuat scrapbook kebucinannya, sampai tidak sempat pacaran sama sekali. Paling mereka hanya makan malam bersama entah di apartemen Alit atau di apartemen Brian. Setelah itu Alit langsung menuju meja kerjanya, sibuk sendiri. Mmebiarkan Brian melakukan apa saja sesukanya, sampai ketiduran.
"Masih belum selesai deadline-nya?" tanya Brian sambil mengusap puncak kepala Alit dengan sorot lembut.
Malam ini akhirnya mereka bisa makan malam bersama, setelah seminggu terakhir Alit sibuk sekali, tidak bisa diganggu setelah jam makan malam. Dan seharusnya setelah kenyang begini, mereka bisa bermesraan sebentar, mengobati kangen yang meradang beberapa hari terakhir. Alit juga sudah packing untuk dibawa besok pagi ke Yogyakarta. Namun, bukannya langsung bergelayut manja seperti biasanya, Alit malah lebih banyak melamun usai mencuci piring bekas makan malam mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Shitty
RomanceDi antara banyaknya teman setongkrongan Kakaknya, kenapa harus Brian yang naksir Alit? Masalahnya, selain wajahnya yang ganteng dan terlahir dari keluarga tajir melintir, Brian enggak punya kelebihan lain yang sesuai dengan kriteria Alit. Bahkan sep...