47. Runtuhnya Mimpi-Mimpi

4.6K 762 41
                                    





"Maaf ya, Nda. Omongan Mas Brian tadi itu nggak usah diambil hati ya? Kayak yang aku bilang tadi, dia tuh ... belum stabil ... mentalnya. Bisa dibilang, sekarang dia lagi di tahap ... anger? Setelah capek denial, dia baru sadar belakangan ini kalau kakinya ini lumayan parah—nggak bisa denial lagi, dan berujung meluapkan semua amarahnya sekarang. Bunda tahu sendiri kan, Mas Brian aslinya enggak sekasar itu kok. Dia tuh enggak—"

"Perasaanmu sekarang gimana?" Ucapan Alit disela oleh pertanyaan Bunda dengan raut penuh kekhawatiran.

Sekarang Alit malah termenung, berusaha meraba-raba perasaannya. Ini memang agak aneh, karena bahkan sampai taksi yang mengantarkan mereka kembali ke apartemen sudah berhenti di lobi, Alit sama sekali tidak menangis. Padahal seluruh perasaannya bergejolak tidak karuan. Berbagai macam emosi dan rasa frustasi yang terpendam, kembali menyeruak di permukaan.

Namun, tidak ada satu tetes pun yang keluar dari kelopak matanya.

Alit turun lebih dulu dari taksi, kemudian merangkul Bundanya erat. "Enggak gimana-gimana."

"Nggak papa, jujur aja sama Bunda." Bunda masih mendesak, bahkan di saat mereka sudah sampai di unit Alit.

"Beneran nggak gimana-gimana." Pandangan Alit menatap lurus ke depan, sambil terus berusaha mendeskripsikan apa yang ia rasakan sekarang. "Hmm ... mungkin jadi sedikit lebih lega sih .... Soalnya selama ini kan, aku nahan semuanya sendiri. Enggak pernah bener-bener aku ungkapin. Enggak terhitung lagi berapa kali, aku pengen marahin Brian kayak barusan. Tapi setiap kali aku buka mulut, selalu berhasil aku tahan, karena aku menjaga perasaannya, dan berusaha ngertiin dia, yang mentalnya memang lagi terguncang. Cuman aku merasa ... yang tadi itu udah kelewatan banget. Aku capek juga kalau terus-terusan diem terus kayak gini."

Bunda enggak mengatakan apa-apa, meneruskan langkahnya sampai dapur dan membuka kulkas.

Tak lama setelahnya, Bunda ikut duduk di sofa ruang tengah sebelah Alit, menodorkan botol air mineral dingin.

"Mau diusahakan kayak gimana pun, yang namanya hati manusia, bakal tetap sakit kalau dikatain terus kayak begitu. Tadi kamu bilang, selama ini?" Bunda tampak kehilangan kata-katanya, dan bola matanya makin berair. "Berarti dia selalu gituin kamu selama .... Wah, udah lama banget dong, Lit? Jangan bilang, sejak dia sadar dari koma?"

Alit memilih menenggak air dingin yang diberikan Bunda, membasahi kerongkongannya yang kering usai marah-marah. Bahkan ia baru sadar kalau tangannya masih terasa panas usai menampar Brian.

"Ya Allah, anak Bunda ...." Bunda memeluknya lagi, mengusap-usap punggungnya lembut.

"Nggak papa, Nda. Aku masih yakin kalau semua yang diomongin Mas Brian itu enggak benar-benar dimaknai. Dia cuma lagi down aja, dan nggak mau makin down dengan lihat aku sedih terus kayak gini. Makanya dia sengaja begitu, biar aku benci dia, dan ninggalin dia. Emang Mas Brian tuh egois banget. Manusia paling egois yang pernah kukenal."

"Bunda ngerti, kenapa kamu masih tetep keukeuh belain dia. Bunda tahu juga, kalau dia enggak bener-bener sekasar itu. Tapi Bunda tetap enggak setuju kamu tetap datang ke sana, setelah diusir dan dimaki-maki kayak gitu. Seharusnya, dari pertama kali diusir, kamu langsung pergi ...."

"Dan bikin dia makin down, karena sama aja aku membenarkan isi pikiran negatif dia yang menganggap aku mau sama dia cuma buat happy-happy aja?" timpal Alit dengan gelengan enggak setuju.

Bunda pun terdiam sejenak. Kemudian menggeleng kecil. "Tapi bukan berarti kamu bisa mengabaikan semua itu dan tetap datang ke sana mendengar semua makian kasar dia, Lit. Kalau kamu mau menunjukkan eksistensi kamu di dekatnya, bisa dengan kamu kirimin dia makanan, bunga, atau hadiah apa gitu setiap hari. Biar dia tahu kalau kamu enggak benar-benar pergi, dan masih selalu peduli sama dia. Kapan pun Brian mau ketemu kamu, dia bisa chat, baru kamu datang ke sana. Gitu. Bukannya malah tetap kamu datengin, meski udah diusir dan dimaki-maki gitu ...."

Hello ShittyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang