11. Gloomy Days

9.9K 1.2K 163
                                    

Sori yaaa kalau updatenya kemalemannnn. Good nighttt😘😘😘😘

Ini benerann janjiii, kalau komen dan votenya banyakk, aku bakal double update😉





"Dapet antrean berapa, Ning?"

"Anjir, aku enggak bisa masuk antrean sama sekali. Sudah penuh antreannya!" Bening berseru heboh menatap laptopnya, sambil melirik laptop Alit.

"Aku dapet antrean 120 ribu." Alit tertawa kering. Langsung yakin kalau dia enggak mungkin bisa mendapatkan tiketnya. "Sumpah! Kenapa sih, yang suka Coldplay di Indonesia sebanyak ini?!"

"Ini karena pertama kalinya Coldplay ke Indonesia nggak sih?" Bening bersandar di sofa dengan pandangan kosong. "Konser Coldplay tuh wishlist-ku dari SMA. Dan satu-satunya kesempatan yang aku punya ya, di Jakarta ini. Kalau mau nonton ke luar negeri sudah dapet cutinya."

Alit ikut meluruskan punggungnya di sebelah Bening. Pandangannya menatap kosong layar laptopnya yang menampilkan waktu menunggu lebih dari 10 jam. Ini ketiga kalinya Alit mencoba membeli tiket konser online. Dan dari ketiga itu, enggak ada satu pun yang berhasil. Pasti ujung-ujungnya dia mendapatkan tiket dari temannya, atau dari Bintang yang juga mau nonton bareng.

"Sama. Coldplay tuh satu-satunya konser yang pengen banget aku datengin!" sahut Alit di sela helaan napas kasarnya. "Herannya, kenapa aku sekecewa ini ya, Ning?"

Bening terbahak. "Iya, ya. Padahal udah ketebak banget, kalau kita nggak akan dapet, nggak sih? Ini kan, bukan pertama kalinya kita gagal ticketing."

"Pre-sale Prambanan Jazz aja kita enggak bisa dapet. Apalagi ini ... yang saingannya satu Indonesia." Tawa Alit semakin kencang, yang entah bagaimana terdengar makin menyedihkan.

"Iya, lagi. Kenapa ya, kita sok-sokan mau ticketing sendiri? Kenapa enggak ikut jastip yang lebih berpengalaman aja coba?" Tiba-tiba punggung Bening menegak dengan penuh semangat. "Eh, Ras, Kakakmu enggak mau nonton? Coba tanyain, siapa tau dia mau beli tiketnya juga, terus dapet antrean lebih depan!"

Alit langsung menggeleng lemah. "Katanya mau nonton di Jepang sama Mbak Alan. Aku pengen ikut, enggak dibolehin. Jahat banget dia. Setelah dia nikah, rasanya aku kayak udah kehilangan Uca sepenuhnya."

Kembali lagi terbayang hari-hari sepinya Alit di rumah bertiga saja dengan orangtuanya, selama tiga bulan terakhir. Padahal sebelum Bintang menikah juga dia cuma bertiga dengan orangtuanya, mengingat Kakaknya itu pulang ke rumah sebulan sekali. Namun, entah kenapa rasanya berbeda.

Semenjak menikah, Bintang seperti lebih sibuk dengan dunianya sendiri. Yang dihubungi hanya Bunda dan Ayah. Pria itu sering melewatkan pesan-pesan enggak penting Alit. Dan kalau bercanda sudah enggak seasyik dulu. Entahlah. Alit sulit menjabarkan lebih detail. Intinya, dia benar-benar merasa sudah kehilangan sosok Kakaknya yang selama ini sangat mengayomi hidupnya.

"Ya namanya juga masih pengantin baru. Lagi asyik-asyiknya honeymoon. Biar kamu cepet punya keponakan, Ras. Kayaknya Bundamu udah enggak sabar banget ya?" Bening menyahut dengan ceria, sangat berbanding terbalik dengan Alit, yang semakin murung.

"Kenapa sih, Ras? Coba kamu bujukin Kakakmu lagi, buat nyempil ikut ke Jepang juga. Kalau enggak, kamu bilang ke Mbak Alanda aja! Mbak Alanda kan care banget sama kamu. Pasti dia ngebolehin."

Alit hanya menggeleng pelan. Entahlah. Dia pun tidak tahu apa yang sedang ia rasakan sekarang. Belakangan ini, perasaannya aneh. Seperti ada yang mengganjal, tapi tidak tahu apa. Secara tiba-tiba dia kehilangan mood setiap harinya, yang membuatnya tidak bersemangat menjalani hidup. Seandainya dia tidak butuh uang untuk melanjutkan hidup, mungkin dia bakal melupakan pekerjaannya dan cuma tidur-tiduran di kasur sepanjang hari.

Hello ShittyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang