Alit tersentak dari tidurnya ketika mendengar suara berisik dari luar kamarnya. Selama beberapa menit ia hanya mengerjapkan matanya, mengumpulkan nyawa sambil berusaha memahami situasi.
Sekarang ia berada di kamarnya, dengan piyama bermotif cherry kesukaannya. Sama sekali tidak ada yang salah dengan ini. Pandangannya melirik pada jam di nakas, sudah pukul tujuh pagi, di hari Minggu ....
Astaga!
Dia baru sadar kalau ia ketiduran semalam!
"Udah bangun?" Suara berat yang terdengar sangat familiar itu, langsung membuat Alit menegakkan tubuhnya, beringsut duduk.
Menyadari kalau nada pertanyaan itu sangat tidak ramah, Alit segera beranjak dari kasur, menyusul si pemilik suara yang kini berjalan kembali menuju dapur mini apartemennya.
"Massss ... aku ketiduraaannn!" Alit memeluk pinggang Brian dari belakang, yang sedang sibuk dengan masakannya. "Sumpah, semalem tuh, aku begitu sampe apart, langsung mandi. Terus ... aku skincare-an bentar. Ehh, malah ketiduran! Beneran deh, aku udah niat buat naik ke unitmu begitu selesai skincare-an!"
"Minggir dulu, ini udah jadi sarapannya!" Namun, penjelasannya sama sekali tidak dihiraukan. Bahkan tangan Brian menyikutnya agar melepaskan pelukan, seolah-olah Alit adalah kuman yang menularkan penyakit.
"Masku sayangggg, maaf yaaaa?" Alit mengeluarkan jurus andalannya dengan rengekan manja. "Beneran aku nggak sengaja ketiduran, Massss!
Bola mata Alit membulat tidak percaya, ketika melihat Brian sama sekali tidak berkutik dengan rengekannya. Pria itu tampak serius membagi nasi goreng pada dua piring, tidak melirik ke arah Alit sedikit pun.
Alit memutar otaknya, berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam, sebelum ia tidur. Apa saja kesalahannya, sampai Brian kelihatan semarah ini? Bahkan bujukannya sama sekali tidak bekerja?
Semalam ia pulang ke apartemen dengan diantar Jessica. Wanita itu berbaik hati mengantarkan Alit sampai lobi. Bahkan sepanjang perjalanan, mereka masih asyik mengobrol seru. Alit betulan merasa sudah sangat dekat dengan Jessica, padahal itu pertemuan pertama mereka. Dan ini adalah rekor yang sangat luar biasa, mengingat Alit lumayan sulit bersosialisasi. Bahkan hubungannya dengan Mbak Sheren yang sama-sama baru kenal, enggak seakrab ini.
Mungkin itu karena Jessica yang memperlakukannya dengan sangat baik, seperti adik sendiri katanya.
Astaga!
Pantas saja Brian marah besar. Dia baru sadar kalau belum sempat membalas semua pesan beruntun yang pria itu kirimkan. Habisnya Alit membacanya sambil ngobrol dengan Jessica, sehingga ia lupa membalas.
Alit memilih duduk di sebelah Brian, ketika pria itu sudah duduk duluan, dan langsung menyantap nasi gorengnya, tanpa berbasa-basi. Sampai piring nasi goreng Brian sudah hampir kosong, Alit masih diam, sama sekali tidak menyentuh nasi gorengnya. Ia hanya memandangi setiap gerak-gerik Brian dengan raut memelas.
"Makan!" suruh Brian tanpa melirik ke arahnya sama sekali, lantas kembali menyuapkan satu sendok penuh nasi goreng ke mulutnya.
"Mau disuapin, Masss." Sengaja Alit merapatkan duduknya pada Brian, masih dengan manjanya.
Namun, ternyata itu tetap tidak bekerja. Brian enggak menghiraukan rengekannya. Pandangannya tetap menatap lurus ke depan. "Makan sendiri!"
Sampai nasi di piring Brian bersih tidak bersisa, pria itu tidak juga mengatakan apa-apa. Brian langsung beranjak dari kursi, membawa serta piringnya ke wahstafel, dan langsung mencuci piring sekaligus peralatan masak yang tadi dipakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Shitty
RomanceDi antara banyaknya teman setongkrongan Kakaknya, kenapa harus Brian yang naksir Alit? Masalahnya, selain wajahnya yang ganteng dan terlahir dari keluarga tajir melintir, Brian enggak punya kelebihan lain yang sesuai dengan kriteria Alit. Bahkan sep...