5. Sebuah Komitmen

11.5K 1.2K 181
                                    


Selamat hari Mingguuuu~

Mau bagi komennya yang banyak dongggg, kayak kemarennn🔥🔥🔥🔥


"Sori ya, Raf, mood-ku jadi jelek banget karena Brian." Setelah melalui satu jam penuh keheningan, Alit baru bersuara ketika air matanya sudah kering, dan energinya sudah habis untuk menangis.

"Bukan salah kamu, Ras. Sekarang kita mau ke mana?" Sejak tadi Rafly melajukan mobil tanpa arah, terus mengelilingi Kota Yogyakarta, karena menantikan Alit membuka suaranya. Ia tahu persis kalau Alit bakal makin kesal semisal dia ditanya-tanya saat perasaannya sedang kacau.

"Mau es krim McD aja," cicit Alit pelan.

"Siap, Tuan Putri." Tangan Rafly kembali terulur untuk mengusap puncak kepala Alit dengan lembut. "Matamu bengkak banget, Ras. Bisa-bisa nanti Ayahmu ngira kamu nangis sampai segininya karena aku."

"Ya makanya, jangan pulangin aku dulu!"

"Lho, padahal aku niatnya mau drive thru aja. Ini udah jam sembilan lho, Ras."

"Enggak papa, sekali-kali sampai jam sepuluh. Kalau Ayah marah, aku bakal salahin Brian yang udah bikin aku bete. Tenang aja, aku bakal pastiin kamu enggak diomelin Ayah."

Tak lama kemudian, mobil Rafly sampai di McDonalds terdekat. Untung saja antrean drive thru enggak terlalu panjang, sehingga tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mendapat giliran memesan.

"Kenapa jadinya tetep drive thru?" tanya Alit pelan, dengan bola mata yang masih berkaca-kaca.

"Makan di mobil aja, parkiran ya? Atau kamu butuh suasana yang ramai biar enggak bete lagi?"

"Ya udah di parkiran aja. Aku males ketemu banyak orang."

Kemudian Alit hanya bersandar pada pintu, membiarkan Rafly memesankan berbagai menu yang biasa dipesan Alit. Sungguh pria itu punya otak yang encer sekali dalam merekam sesuatu. Alit enggak pernah lagi repot menyebutkan makanan yang dia suka, Rafly langsung tahu segalanya, tepat setelah beberapa bulan mereka dekat. Ia benar-benar diperlakukan seperti ratu oleh pria ini.

Dan selama dua tahun mereka jalan bareng, enggak pernah sekalipun Rafly mengizinkan Alit membayar makanannya. Pria itu enggak terima split bill atau apa pun. Traktiran Alit Cuma diterima saat sedang ulang tahun. Sisanya, Rafly bakal bersikeras membayar semua bill. Pria itu pernah bilang, "Selama kamu enggak ngajak aku makan di restoran fine dinning, aku masih bisa bayarin kok, Ras. Kamu tenang aja. Cukup balas dengan doain aku yang baik-baik aja ya?"

Setelahnya, Alit enggak mau memulai pertengkaran dengan coba-coba mengajak split bill. Sebagai gantinya, Alit menyisihkan uangnya setiap bulan, untuk nantinya dibelikan kado ulang tahun Rafly yang mahal, sebagai balasan dari semua uang yang ia keluarkan tiap bertemu.

"Ini aku beli burger juga buat kamu. Kalau kamu masih kenyang, dimakan nanti aja, di rumah." Kini mobil Rafly sudah terparkir sempurna. Pria itu menyodorkan McFlurry matcha kesukaan Alit. Kemudian mengambil burger untuk dirinya sendiri.

"Tadi udang saus telur asinnya beneran enak, kan, Ras?"

"Iya, enak banget! Udangnya masih kerasa fresh. Jarang-jarang bisa nemu kafe yang menunya seenak itu. Biasanya kalau mau makan udang yang fresh ya harus ke restoran seafood, kan?" Di sela suapan es krimnya, Alit berusaha menimpali obrolan Rafly untuk menghargainya, meski sebenarnya, kalau bisa memilih, dia ingin diam saja yang lama, sampai rasa kesalnya hilang sendiri.

"Iya, kan? Waktu itu aku juga pesennya enggak sengaja. Dikasih rekomendasi sama baristanya langsung, kalau menu itu lagi best seller minggu ini. Ternyata betulan enak."

Hello ShittyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang