29. Mixed Feeling

8.7K 945 27
                                    

Setiap orang memiliki cara penyelesaian masalah yang berbeda-beda. Pun dengan Brian dan Alit yang berbeda.

Alit merasa butuh waktu terlebih dahulu untuk menenangkan diri. Lalu setelah beberapa hari, dia baru bisa diajak bicara setelah emosinya sedikit mereda.

Berbeda dengan Brian, yang ingin membicarakan semuanya secepatnya, karena tidak mau masalahnya menjadi berlarut-larut kalau tidak segera dibahas.

Makanya ketika Alit memintanya pulang, Brian enggak menurutinya. Dia tetap duduk di sofa dengan kepala menunduk. Entah berapa lama dia melamun, sampai sayup-sayup ia mendengar suara isak tangis dari dalam kamar.

Susah payah Brian menahan diri untuk enggak langsung masuk ke kamar itu. Dia berusaha memberikan Alit waktu beberapa menit untuk menenangkan diri.

Sebagai gantinya, dia memilih membuatkan teh hangat untuk Alit. Sialnya, dia enggak menemukan teh atau sesuatu yang bisa diseduh di kabinet pantry Alit. Pada akhirnya Brian pun keluar dari unit Alit, hendak mengambil teh di unitnya. Sekalian Brian akan mandi untuk mendinginkan kepalanya, sebelum membahas semuanya dengan Alit.

Sementara itu, tangis Alit terisak makin kencang usai mendengar suara pintu unitnya tertutup. Ia sama sekali tidak bisa mendeskripsikan bagaimana hancurnya perasaannya sekarang. Apalagi tentang Namira yang mengatakan bahwa semua hal yang Brian lakukan sekarang itu adalah ... template?

Jadi, Alit perempuan ke berapa yang diberi kalung?

Dengan penuh emosi, Alit melepas kalung itu. Namun, karena emosi yang menguasai dan tangannya yang bergetar karena isak tangis yang  merebak, Alit kesulitan membuka pengait kalungnya. Dan itu membuat tangisnya makin kencang karena frustasi.

Ia sempat menyambungkan ponselnya dengan pengisi daya sebelum kembali membenamkan kepalanya di bantal. Pandangannya tidak sengaja melihat home screen ponselnya yang menampilkan foto selfie-nya bersama Brian saat wajah mereka penuh dengan kissmark lipstik.

Kembali ia putar manisnya hubungannya selama dua bulan terakhir. Bagaimana Alit kembali menemukan semangat hidupnya setelah sekian lama. Bagaimana Alit bisa memiliki alasan untuk bertahan setiap harinya. Bagaimana Alit bisa tertawa lepas dan tersenyum setiap kali mendengar celotehan dari Brian. Bagaimana ia bisa leluasa menceritakan apa pun, karena punya telinga yang selalu mendengarnya.

Kalau dipikir lagi, semuanya memang too good to be true. Seharusnya Alit mengerti bahwa hidup ini berputar. Ketika tiba-tiba ada kebahagiaan yang menghampirinya, maka tidak lama kemudian, kesedihan juga akan datang tiba-tiba.

Omongannya dengan Bening beberapa waktu lalu kembali terlintas. Jika hubungannya dengan Brian berakhir, maka ini akan menjadi patah hati terbesarnya. Dan, sesuai dugaannya, yang namanya patah, mau disiapkan bagaimana pun sejak awal, tetap saja rasanya sakit.

Setelah sekian lama, Alit kembali ketiduran saat menangis. Dia terbangun tengah malam karena merasa tidak nyaman. Bagaimana mau nyaman, ternyata dia masih pakai pakaian kerjanya yang sudah seharian melekat di tubuhnya—kemeja lengan pendek dan rok span. Seingatnya, sebelum tidur tadi, dia hanya menghempaskan tubuh di kasur begitu saja, tanpa pakai selimut. Namun, sekarang tubuhnya sudah terbungkus selimut dengan rapat.

Tenggorokannya terasa sangat kering, sehingga ia pun beranjak duduk. Akan tetapi pandangannya tidak sengaja menatap tumblr miliknya terisi penuh di atas nakas. Padahal tumblr itu biasa ada di dalam kulkas untuk stok air dinginnya.

Tanpa perlu bertanya pada dinding kamarnya, dia bisa langsung tahu siapa pelakunya. Mana mungkin ada setan sebaik itu melakukan semua ini padanya. Karena sudah sangat kehausan, Alit pun mengambil botol tersebut, dan meneguk air banyak-banyak.

Hello ShittyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang