Karya: Juanda Tirta Aryadanda
Saya adalah seorang anak kecil yang sangat terinspirasi bermain basket karena ayahku pada saat di waktu mudanya adalah pemain basket terbaik di kota tangerang selatan.
Saat saya masih SD, saya mulai menyukai bermain basket tetapi niat saya untuk merutinitaskan hal tersebut sama sekali belum ada. Karena, di sekolahan saya tidak ada yang bisa bermain basket bahkan dasarnya saja mereka tidak tahu dan teman - teman saya hanya mengetahui futsal jadi saya pun memutuskan untuk fokus di futsal. Kala itu, saya tidak memiliki bakat dalam bermain futsal tetapi saya terus mencoba agar saya bisa menjadi lebih baik lagi. Saat memasuki kelas 6 SD saya sudah mulai tidak tertarik untuk bermain futsal dan memutuskan berhenti mengikuti ekstrakulikuler futsal. Saya mulai tidak tertarik futsal karena saya merasa tidak cocok di bidang tersebut. Memasuki masa SMP, saya memiliki teman yang cukup banyak dan mereka semua rata - rata sangat menyukai basket. Bahkan sampai ada yang memasuki klub basket dimana saat kita mulai memasuki klub tersebut mental dan skill kita sudah pasti terlatih disana, karena kita sudah pasti mengikuti banyak turnamen dan sparing melawan klub - klub lainnya. Karena lingkungan saya mendukung, saya pun mengikuti ekstrakulikuler basket di SMP saya. Saat melakukan latihan saya merasa cocok di bidang ini dan merasa nyaman karena apapun latihan yang pelatih saya berikan, saya melakukannya dengan senang hati dan secara semangat. Pada saat jam kosong, saya pergi ke ruangan olahraga untuk mengambil basket dan latihan di lapangan sendirian. Teman - temanku dari lantai atas melihat saya latihan basket sendirian dan menertawai saya, karena di mata mereka saya terlihat konyol dan tidak dapat menghasilkan apapun jika saya latihan hanya sendirian saja. Saya merasa sedih dengan ucapan mereka jadi saya berhenti latihan pada saat itu. Pulang dari rumah saya cerita ke ayahku tentang apa yang terjadi di sekolah tadi. Namun, ayah hanya tersenyum dan memberikan sedikit kata kata motivasi agar aku tetap semangat latihan dan menyuruhku untuk tidak mendengarkan omongan mereka. Sebab, omongan orang - orang seperti itu hanya membuat kepercayaan diri dan ambisi saya menurun kata ayah saya. Dengan senang hati, saya menerima nasihat dari ayah saya dan seketika mood dan mental saya kembali seperti semula. Saat sedang latihan 5 lawan 5 saya melakukan banyak sekali kesalahan sehingga pelatih saya marah dan memaki maki saya, tetapi saya tidak berhenti disitu. Karena saya telah menaruh prinsip untuk menjadikan hinaan dan caci makian sebagai motivasi dan menjadikan diri sendiri lebih baik lagi. Saya sampai membuat jadwal rutinitas latihan sendiri 4x dalam seminggu, latihan tersebut telah saya atur seperti footwork, shooting dan layup, dan fisik agar stamina dan tubuh tetap kuat.
Setelah merutinitaskan jadwal latihan yang telah saya buat, saya merasa ingin membuktikan ke mereka semua yang telah menghina dan mencaci maki saya bahwa apa yang mereka telah katakan itu adalah salah.
3 bulan telah berlalu setelah saya latihan bersama ayahku, banyak sekali perubahan yang saya alami ketika latihan bersama ayah. Karenanya, shoot jarak jauh saya menjadi lebih baik, gerakan ku menjadi lebih lincah, lompatan ku menjadi lebih tinggi, dan stamina saya sangat berubah drastis yang awalnya 5 menit bermain saya gampang lelah, namun sekarang 30 menit saja belum terasa lelahnya. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk kembali kembali latihan di ekskul sekolah. Pada akhirnya saya kembali untuk membuktikan kepada tim saya dengan latihan keras yang telah saya lakukan di 3 bulan ini dengan bermain 5 lawan 5. Saat sedang 5 lawan 5, tim saya berhasil mengalahkan tim lawan dengan point yang cukup jauh yaitu 57-3 dan saya menghasilkan point tertinggi di tim yaitu 39 point beserta rebound 11 kali. Pelatih saya pun merasa sangat bangga karena saya telah memiliki perubahan yang sangat jauh dari sebelumnya dan jujur saya juga merasa bersyukur atas latihan yang telah saya lakukan selama ini ternyata tidak sia - sia. Seminggu kemudian pelatih saya mendapatkan kabar ada turnamen di sekolahan lain dan membuktikan persetujuan dari tim kami dan kami semua menerima untuk mengikuti tounamen tersebut. 3 hari kemudian turnamen tersebut telah di mulai, kami pun siap - siap memakai jersey dan sepatu sebelum masuk ke turnamen. Setelah selesai siap - siap kami berdoa menurut agama dan kepercayaan kami masing - masing dan masuk ke dalam lapangan. Dan pada akhirnya kami memenangkan turnamen pertama kami dengan point yang sangat jauh yaitu 97-22. Dan saya mendapatkan point tertinggi dengan point 41 rebound 14 kali. Saya merasa sangat senang atas pencapaian pertama saya, saya tidak menyangka bahwa perjalanan yang telah saya lalui sangat jauh dan bisa menjadi roster terbaik di tim.