Bumi sudah bersiap jika Ansara akan membombardirnya dengan pertanyaan, lelaki itu tak ayal terus menatap kearah Ansara, menunggu reaksi dari sang gadis yang ternyata malah memberi anggukan. "Oh, lagi ada tamu ya, Mas? Aku tadinya mau tawarin kopi".
"An..". Panggil Bumi, tangannya hendak meraih kearah Ansara.
Namun, Diandra lebih dulu berucap. "Saya udah selesai kok. Silahkan, Ansara. Saya permisi, maaf sudah mengganggu".
Diandra tidak menunggu apa-apa lagi, gadis itu langsung melesat menuju ke pintu utama. Bumi sempat ragu, lelaki itu menoleh sedetik kearah Ansara, sebelum berdecak. "Maaf, An, saya antar Diandra dulu".
Dan tanpa pikir panjang lagi, Bumi meraih kunci mobilnya dan berlari mengejar Diandra, tanpa memedulikan tatapan Ansara yang memaku ke punggungnya. Lelaki itu mencoba menahan lengan Diandra saat mereka berada di depan rumah. "Di, gak gini caranya selesain masalah. Kamu belum denger penjelasan apapun dari saya".
Diandra menatap nyalang. "Penjelasan apa, sih? Udah jelas kan semuanya? Istrimu udah tunggu didalam, ngapain masih disini?".
"Ikut saya". Ujar Bumi, membawanya paksa masuk ke dalam mobil.
Diandra mencoba melepaskan diri, namun tenaganya tentu saja tidak sebanding dengan Bumi. "Kenapa kamu jadi maksa begini, sih? Aku bisa pulang sendiri".
Bumi menulikan lisan, lelaki itu lantas bergerak ke arah lain dan bergerak kearah bangku pengemudi. Tanpa banyak bicara lagi, Bumi menjalankan mobil, mengendarainya menyusuri jalanan perumahan. Setelah dirasa emosi keduanya menyurut, Bumi lantas membuka bicara. "Kita gak akan bisa ngobrol kalo masih sama-sama emosi, Di".
Diandra tertawa remeh. "Gak ada juga yang harus diobrolin".
Bumi lantas menyambung senyap, membiarkan lama diam menggantung diantara mereka. Hingga akhirnya, Bumi menepikan mobil di salah satu sudut kosong. "Kamu maunya gimana, Di? Kamu yang tiba-tiba pergi, minta waktu sendiri sama saya. Kamu juga yang gak kasih kabar ke saya sama sekali. Sekarang kamu datang, dan kamu marah-marah, bilang saya lupa sama kamu. Sebenarnya maumu gimana? Sejak awal, saya kan cuma ikuti maumu untuk kasih jarak diantara kita".
"Jarak yang aku minta, itu untuk kita sama-sama berpikir, kasih jeda di hubungan kita supaya bisa kembali dengan pikiran yang lebih jernih. Bukannya
kamu gunain untuk malah enak-enakan sama istrimu itu. Yang dulu kamu bilang, kamu benci setengah mati". Sahut Diandra, menghindari tatapan Bumi dengan menatap keluar jendela.Bumi menghela nafasnya. "Saya tinggal satu atap sama Ansara, Di. Selama kamu diemin saya, saya gak bisa pulang ke tempat lain selain rumah saya. Dan Ansara tinggal dirumah saya, kamu tahu itu. Tapi itu bukan berarti saya lupain kamu. Saya menghargai keputusan kamu yang meminta jeda. Kamu minta itu, saya kasih, kamu minta saya gak hubungi, saya turutin. Kenapa sekarang saya yang disalahin?".
"Kamu udah tidurin Ansara?". Sambar Diandra, membalas pertanyaan Bumi dengan pertanyaan lainnya.
Mendapati diamnya Bumi, Diandra mengulang kalimatnya, namun kali ini, kalimat itu berupa pernyataan, bukan pertanyaan. "You have slept with her".
"Diandra..".
Diandra menggeleng tak percaya, tangisnya langsung pecah. "Bisa-bisanya selama ini aku mikirin cara memperbaiki hubungan kita, padahal kamu ternyata tidur sama dia. How disgusting you are, Bumi. Brengsek".
Dan pada akhirnya, satu tamparan mendarat di pipi Bumi, menyisakan sakit di kulitnya, membuat netra Bumi membulat lantaran baru pertama kali mendapat perlakuan seperti itu.
"Let's just break up, Bumigantara".
———
Bumi pulang kerumah dalam keadaan kacau. Lelaki itu merasakan pedih di seluruh sisi hatinya. Pertengkarannya dengan Diandra berakhir menggantung, lantaran sang gadis memilih turun dari mobil dan naik kedalam taksi, sebelum menyelesaikan obrolan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSARA
RomancePernikahan yang bukan dilandaskan cinta, memang mimpi buruk bagi mereka yang tidak menerimanya. Ialah Bumigantara Dhiagatri yang hidupnya harus berubah lantaran dijodohkan dengan Ansara Saskiaputri, seorang gadis yang tidak kenal dan hanya pernah ia...