06. Babak Final

505 57 3
                                    

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Hari dimana babak final untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemenang utama pun telah tiba. Begitu pula dengan tim basket dari SMA Wismagama yang kini tengah bersiap-siap di ruang istirahat mereka.

Namun secara tiba-tiba Rama memutuskan untuk keluar ruangan dan memisahkan diri dari kerumunan orang disana.

Kemarin ini Rama memang menjadi tidak fokus dan suka melamun. Danu yang menyadari kejanggalan pada Rama mulai menyusul keluar ruangan. Dirinya yang melihat Rama terduduk di sebuah kursi panjang pun mulai mendekatkan diri dan duduk disebelah sahabatnya itu.

"Kalau ada masalah tuh bilang, ga usah dipendem sendiri!"

Rama yang mendengarnya segera menoleh. Dirinya cukup terkejut akan kehadiran Danu disebelahnya dengan berbicara seperti itu.

"Masalah apaan? Gue ga kenapa-napa!"

"Ck, lo tuh ga bisa boong anjir! Waktu latihan kemarin lo tiba-tiba ga fokus. Terus sekarang kita mau tanding basket buat babak final aja lo keliatan murung gini. Itu bukan lo banget, Ram!"

Pernyataan Danu memang benar. Rama yang biasanya selalu semangat dan fokus saat bermain basket, namun kemarin saat latihan malah terlihat malas-malasan.

"Ngomong apaan sih lo? Gue ga murung sama sekali!"

"Gue ngerti kalo lo gamau cerita ke gue, gue ga maksa. Tapi seengganya jangan ngelampiasin masalah lo itu ke hal penting kaya sekarang, Ram! Lo harus inget kalo kita bentar lagi bakal tanding di babak final. Emang lo mau dengan cara main lo yang asal-asalan bikin tim kita kalah dan ngecewain banyak orang?"

Danu yang tidak biasanya berkata serius, sedikit membuat Rama terperangah dengan kata-kata yang baru saja cowo itu ucapkan. Apalagi dengan nada penuh emosi yang tidak pernah Rama dengar sebelumnya.

Rama yang tidak bisa mengelak lagi akhirnya memberanikan diri untuk bercerita kepada Danu.

"Lo inget kan waktu pertama kali kita tanding disini terus gue ke toilet lama banget?"

Danu pun hanya mengangguk karena masih kesal dengan tingkah laku sahabatnya yang mendadak berubah aneh.

"Disitu gue ga sengaja ketemu sama Alana. Gue juga bantuin dia bawa barang ke Sport Center, makanya gue bisa tau kondisi disana penuh."

"Sesuai sama apa yang lo pernah bilang waktu itu di kantin, kalo gue bakal ketemu lagi sama mantan. Lo tau sendiri kan sesusah apa buat gue move on dari dia? Tapi usaha gue selama ini buat move on ancur gitu aja waktu ngeliat dia ada dihadapan gue lagi. Salah ga sih kalo gue masih berharap balikan sama dia, Nu?" lanjut Rama dengan menunjukkan ekspresi wajah frustasi.

Danu yang mendengarkannya hanya bisa mengelus punggung sahabatnya itu untuk memberinya kesabaran.

Walaupun terlihat seperti masalah sepele tapi Danu mengerti mengapa Rama sampai bersikap segitunya. Ia melihat sendiri kondisi Rama yang hancur pada saat awal-awal hubungan percintaan dengan gadis itu berakhir.

"Sorry kalo tadi omongan gue agak tinggi. Lo ga salah kalo lo berharap bisa balikan sama dia. Gue juga pernah ngerasain diposisi lo kok, Ram. Gue tau keadaan lo lagi kacau sekarang, tapi gue harap untuk hari ini lo bisa profesional dulu. Semangat bro!"

Danu menepuk bahu Rama sambil memberikan semangat agar sahabatnya ini tidak berlarut-larut dalam kegalauan. Walaupun ia sendiri tahu jika melupakan masa lalu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Gapapa, Nu. Malah gue yang minta maaf kalo sikap gue kemarin bikin lo sama anak-anak lain kesel. Tenang aja, gue bakal profesional kok hari ini."

Setelah keadaan sudah cukup membaik, Rama dan Danu pun memutuskan masuk kembali kedalam ruangan dan bergabung dengan yang lain.


Hai Mantan! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang