-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-
Setelah kejadian kemarin disaat Anita yang tiba-tiba saja melarang dirinya untuk mendekati Alana, membuat Rama menjadi sangat kepikiran. Rama sendiri juga sudah bertanya kepada mamanya mengenai alasan tersebut agar ia bisa memahaminya. Namun mamanya itu tetap tak mau menjawab pertanyaan dari Rama dan hanya berkata untuk menjauhi gadis itu saja.
Hingga kini disaat pelatih basketnya sedang memberikan arahan kepada beberapa anggota ekskul, namun Rama tetap saja termenung memikirkan hal tersebut. Pandangannya menjadi kosong, ia juga tak banyak berinteraksi dengan teman-temannya seperti biasa.
Darel, Danu dan Fariz sebenernya juga menyadari kejanggalan pada sikap Rama yang tiba-tiba saja menjadi pendiam. Namun ketiganya belum berani bertanya langsung saat itu juga, karena mereka yang masih fokus berlatih basket untuk mengasah skill agar semakin meningkat.
Selain ketiga sahabatnya yang menyadari perubahan sikap Rama, sang pelatih yang bernama Pa Hasan itu juga menyadarinya. Setelah memberikan arahan kepada anggota ekskul yang lain, Pa Hasan segera menghampiri Rama yang sedang termenung sendiri disebuah kursi.
Pria itu segera menepuk bahu Rama yang mengakibatkan Rama sedikit terkejut akan kehadiran si pelatih disampingnya. Bukannya memarahi Rama yang tidak fokus latihan, namun Pa Hasan malah tersenyum hangat sembari memberikan Rama sebotol minuman yang ia bawa.
"Nih minum dulu!"
Rama yang kebingungan tetap menerima botol tersebut. "Makasih, pa."
Dengan segera ia menenggak minuman itu hingga habis setengah botol.
"Kamu lagi ada masalah ya, Rama?" tanya Pa Hasan yang membuat Rama segera menatap pelatihnya itu.
"Engga, pa. Saya ga lagi ada masalah."
"Kamu ini ga bisa bohong! Semua orang disini juga sadar sikap kamu jadi berubah. Biasanya kamu bakal bantuin saya ngarahin temen-temen kamu yang lain."
Mendengar penuturan dari pelatihnya, membuat Rama tak bisa mengelak lagi. Rama memang tidak bisa berpura-pura seolah-olah tidak ada masalah, apalagi jika masalah itu menyangkut seseorang yang sangat ia sayangi, seperti mamanya dan Alana.
"Maaf, pa. Hari ini saya emang lagi kurang fokus."
Pa Hasan yang mendengarnya hanya bisa mengangguk paham. Ia tak memaksa muridnya itu untuk berkata jujur akan masalah pribadi. Mungkin Rama memang butuh waktu untuk menyendiri saja, pikirnya.
"Kamu boleh pulang duluan kalau emang butuh waktu menyendiri, Ram. Saya liat kamu lagi banyak pikiran makanya jadi suka ngelamun."
"Tapi pa, saya ga enak kalo pulang duluan didepan anak-anak yang lain."
"Gapapa, mereka juga pasti ngerti kok. Kamu ambil aja tas kamu terus langsung pulang. Jangan keluyuran kemana-mana tapinya!"
Mendengar Pa Hasan yang memperbolehkannya untuk pulang lebih dulu, membuat Rama segera mengambil tasnya yang tersimpan di ruang istirahat.
"Makasih ya, pa. Kalo gitu saya izin pulang duluan." ucap Rama sembari menyalimkan tangan kanan Pa Hasan ke dahinya.
"Iya Ram, hati-hati bawa motornya!"
Sebelum benar-benar pergi dari lapangan basket, tak lupa Rama juga berpamitan kepada anggota ekskul yang lain terutama kepada ketiga sahabatnya.
Rama mulai melangkahkan kakinya menuju parkiran motor. Karena hari sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, Rama tak mau membuang-buang waktu lagi untuk segera menemui Alana yang pastinya sudah berada di rumah. Sampai ia juga melupakan ucapan Pa Hasan yang menyuruhnya langsung pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Mantan!
RomantizmSinopsis : Adirama Pradikta merupakan siswa kelas 11 dari SMA Wismagama yang sangat berbakat dalam bidang olahraga basket. Itu lah yang membuat Rama semakin terkenal di penjuru sekolahnya. Sampai suatu hari, saat dilaksanakannya Turnamen Basket yan...