Chapter 12

390 58 10
                                    

Vote sebelum membaca

Happy Reading

*

*

*


Kami menatap bangunan di depan kami dengan teliti. Aku memasang muka datar sementara Murayama memasang muka bingung.

"Yui-chan, kau bilang akan membantuku mencari Cobra-chan kan?"

"Hm'm." Jawabku singkat, Murayama bertanya lagi.

"Lalu apa yang kita lakukan disini?"

Aku dan Murayama pun saling beradu pandang satu sama lain, lalu aku mulai tersenyum.

"Untuk mencari jawaban."

Aku berjalan menuju pintu club Funk Jungle, namun Murayama mencoba mengikutiku. Langkahku terhenti.

"Kurasa sebaiknya kau tunggu di mobil saja."

"Kau akan memasuki club itu sendirian? Kau gila? Bagaimana jika mereka menyakitimu hah." Titah Murayama. Aku hanya menghela nafas lalu terkekeh.

"Mura-chan, musuh mereka itu kau bukan aku. Jadi, mereka tidak boleh tau kalau kita berteman. Juga, ini bukan pertama kalinya aku memasuki Funk Jungle."

Akhirnya Murayama tersadar, ia hanya mengangguk mengerti. Setelah itu, ia kembali memasuki mobil sementara aku melanjutkan langkahku menuju Funk Jungle.

Club ini begitu ramai, sama seperti biasanya. Mataku mulai memindai orang-orang seisi club, mencoba menemukan keberadaan sosok orang yang sedang kucari. Hasilnya? Nihil.

"Hmm, Ryu tidak ada disini. Okay, times for plan B."

Aku melihat ke arah meja bar, nampak Sarah yang sedang beradu alkohol. Baguslah wanita pengacau itu sedang sibuk. Diantara geng mereka hanya Sarah yang pernah melihat wajahku secara jelas. Aku pun menghampiri Ice yang baru saja turun dari panggung bersama kedua temannya.

"Hi guys." Kuhadang jalan mereka sembari tersenyum.

"Wow, who is this pretty little girl? Wanna take a picture with me huh?" Ucap pria bertopi hitam yang berdiri di sebelah kanan Ice.

"Let's make it quick, where's your phone?" Timpal Ice menambahi.

Jelas saja aku tertawa mendengar mereka, rasa percaya diri mereka sebesar itu.

"I'm not a fan."

Ice berjalan dua langkah mendekatiku,

"Then get out, ini bukan tempat untuk anak kecil." Ucapnya yang begitu mengintimidasi. Lalu, ia berjalan melewatiku.

"Kau yakin ingin aku keluar? Meski aku ingin berbicara bisnis?"

Ice menghentikan langkah, ia kembali menatapku namun kali ini dengan tatapan ragu. Detik selanjutnya, ia mengundangku duduk di tempat khusus gerombolannya, mighty warrior.

"Aku tidak mempercayainya, dia terlihat seperti gadis SMA. Bagaimana bisa gadis SMA ingin berbisnis dengan kita?" Ujar pria yang memiliki tato di lehernya.

"Okay then." Sahutku singkat. Kukeluarkan ponselku, lalu kutunjukan saldo tabungan yang mucul di layar.

Pria bernama Bernie mendekat agar bisa melihat lebih jelas, ia menganga ketika melihat jumlah angka di saldoku.

"Wah, bahkan saldo tabunganmu tidak sebanyak ini Ice."

Begitu juga dengan Ice yang kini menatapku kaget, "Who are you?"

F*ck Low, I'm High Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang